Paparan Topik

Potret Produksi dan Konsumsi Buah di Indonesia

Dengan kondisi iklim tropis, Indonesia menjadi negara agraris penghasil buah yang sangat lengkap jenisnya. Negara ini menempati posisi kedelapan sebagai produsen buah segar di dunia.

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Para pembeli memilih buah-biuah yang dijual Harun (27) yang menyajikan dagangan buah-buahan di Pasar Andir, Bandung, Jawa Barat, dengan hampir 80 persen buah lokal, Senin (14/8/2017). Pilihan buah lokal yang mendominasi lapaknya ini juga disambut positif para konsumen yang lebih banyak membeli buah lokal. 

Fakta Singkat

  • Indonesia penghasil buah segar kedelapan terbesar di dunia dengan produksi 24,9 juta ton per tahun.
  • Tahun 2020 Indonesia mencapai angka ekspor buah tertinggi, yaitu 1,07 juta ton. Angka ekspor ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 2012.
  • Menurut data Riskesdas 2018, hanya 10 persen masyarakat Indonesia yang mengonsumsi buah.
  • Masyarakat Indonesia hanya mengkonsumsi buah 81,4 gram per kapita per hari masih jauh dengan anjuran Organisasi Kesehatan Dunia 150 gram per kapita per hari.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO merekomendasikan agar setiap orang pada usia dewasa mengonsumi sayur dan buah sejumlah 400 gram per orang setiap hari. Terdiri dari 250 gram sayur dan 150 gram buah.

Sementara itu, Kementrian Kesehatan Indonesia menganjurkan balita dan anak-anak untuk mengonsumsi sayuran dan buah-buahan 300–400 gram per harinya. Sedangkan bagi remaja dan dewasa sebaiknya mengonsumsi 400–600 gram.

Dalam penggolongan yang dilakukan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia atau FAO, sayur-sayuran dan buah-buahan termasuk dalam penggolongan Desirable Dietary Pattern (Pola Pangan Harapan/PPH) yang berfungsi sebagai sumber vitamin dan mineral.

Kekurangan buah dan sayur dapat menyebabkan risiko kematian akibat kanker saluran cerna sebesar 14 persen, resiko akibat penyakit jantung koroner 11 persen dan kematian akibat stroke 9 persen.

Berdasarkan data World Fruit Map, Indonesia menempati posisi kedelapan di dunia sebagai produsen buah segar terbesar di dunia dengan produksi mencapai 24,9 juta ton per tahun.

Meskipun angka produksi buah sangat tinggi, masyarakat Indonesia bukanlah pengemar buah. Menurut data Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) tahun 2018 memperlihatkan tidak lebih dari 10 persen orang Indonesia mengkonsumsi buah dan sayur.

Hasil penelitian BMJ Nutrition, Prevention and Health menunjukkan bahwa asupan buah dan sayuran yang tinggi akan berdampak pada meningkatnya kesehatan mental pada anak sekolah menengah. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sarapan dan makan siang yang bergizi akan meningkatkan kesejahteraan emosional pada orang pada segala tingkatan usia.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Buah-buahan lokal bersaing dengan buah impor yang dijual di salah satu supermarket di Tangerang Selatan, Jumat (24/5/2013). Buah lokal makin sering muncul di pasar, tetapi selama triwulan I-2013, buah-buahan dan sayuran impor masih masuk ke dalam negeri. Impor buah-buahan tercatat 93.522 ton atau senilai 103,8 juta dollar AS dan impor sayuran tercatat 129.000 ton atau 92,2 juta dollar AS. Kedua komoditas tersebut paling banyak diimpor dari China.

Produksi Buah

Pada 2021 produksi buah nasional mencapai 7,9 juta ton. Sementara, ekspor buah-buahan sebesar 1,07 juta ton senilai 389,9 juta dolar AS atau meningkat  42,67 persen dibandingkan tahun 2019. Nilai eskpor buah tahun 2020 merupakan rekor tertinggi sejak tahun 2012.

Negara utama tujuan eskpor buah-buahan adalah China, Hongkong, Malaysia, Arab Saudi, dan Pakistan.

Menaikkan produksi buah Indonesia sangat baik bagi perekonomian lokal karena akan berdampak pada kesejahteraan petani, ekonomi daerah, ekonomi nasional bahkan mampu meningkatkan devisa melalui ekspor. 

Untuk meningkatkan produksi buah nasional, pemerintah pernah mencanangkan Revolusi Oranye sejak 17 Mei 2013 oleh Menteri BUMN. Revolusi Oranye adalah gerakan nasional untuk mengubah secara revolusioner pengembangan, kebijakan, dan pasar buah nusantara.

Upaya ini dilakukan melalui dukungan dan fasilitas pengembangan produksi buah nusantara berbasis kawasan perkebunan. Dilakukan pula kampanye konsumsi buah nusantara, peningkatan ekspor buah tropis, serta menurunkan ketergantungan terhadap buah impor.

Revolusi Oranye secara konsisten terus menerus mendorong penyediaan produk buah nusantara yang berkualitas tinggi, memiliki nilai tambah dan kompetitif untuk pasara domestik dan internasional.

Selain itu, upaya ini untuk mendorong Indonesia menjadi produsen dan eksportir buah-buahan tropis di Asia Tenggara pada tahun 2025.

Jika dilihat dari persebaran pusat penghasil buah Indonesia, Provinsi Jawa Timur menjadi wilayah penghasil buah-buahan terbesar di Indonesia dengan produksi 6.513.030 ton pada tahun 2021.

Di posisi kedua Jawa Barat sebesar 3.326.852 ton yang hanya separuh dari Jawa Timur. Setelah Jawa Barat, penghasil buah terbesar ketiga adalah Jawa Tengah dengan 3.101.741 ton. Provinsi Lampung menempati posisi keempat dalam menghasilkan buah-buahan.

Grafik:

 

 

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Warga memilih buah-buahan yang dijual di supermarket Superindo Ciater Raya, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (24/4/2022). Selain untuk kebutuhan sehari-hari, masyarakat juga mulai berbelanja aneka makanan, minuman dan kebutuhan lain untuk merayakan Lebaran.

Konsumsi Buah di Indonesia

Dalam data BPS, pengeluaran perkapita buah-buahan pada 2021 sebesar Rp 27.792 turun 5 persen dibandingkan Maret 2021 sebesar Rp 26.240 perbulan.  

Masyarakat Indonesia mengonsumsi buah pada 2021 sebanyak 81,4 gram perkapita perhari, angka ini masih sebatas 54,4 persen dari kecukupan buah menurut WHO. Konsumsi buah tahun 2020 sebesar 88,56 gram per kapita per hari turun sebesar 1,4 persen jika dibandingkan tahun 2019 .

Jika dilihat berdasarkan desa kota, konsumsi buah di perkotaan lebih besar, yaitu Rp 31.878 per bulan, sedangkan di pedesaan hanya Rp 22.341 per bulan.

Sementara itu, jika melihat data mutakhir BPS tahun 2022 terlihat pergerakan konsumsi buah di setiap provinsi yang sangat berbeda konsumsi buah per minggu per kapitanya. Di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat pada tahun 2022 konsumsi buah perminggu per kapita adalah Rp 7.750  sedikit lebih besar dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp 6.390.

Provinsi tertinggi dalam pengeluaran buah per minggunya adalah DKI Jakarta, yaitu Rp 10.000, jika dikalkulasi satu buah berarti Rp 40.000. Jika melihat tren pada pandemi tahun 2020 dan 2021, ada peningkatan dari Rp 9.800 pada 2021 menjadi Rp 10.000 pada tahun 2022.

Sedangkan konsumsi buah terendah adalah propinsi Nusa Tenggara Timur berkisar Rp 3.700 per minggu per kapita. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan jika dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp 3.000.

Angka konsumsi perminggu ini merupakan nilai rata-rata yang dijumlahkan dari kabupaten/kota, sehingga jika dilihat angka real akan berbeda. Salah satu contohnya di Papua Barat Daya yang memiliki konsumsi buah perminggu per kapita Rp 6.200 tahun 2022, ternyata sangat berbeda di tiap kabupatennya. Untuk Kota Sorong konsumsi buah per minggu perkapita adalah Rp 9.750,  sedangkan di Kabupaten Sorong Selatan hanya Rp 4.470 per minggunya.

Demikian pula halnya dengan Provinsi Maluku, antara Kota Ambon dengan nilai 11.425 setiap dengan Kepulauan Aru yang hanya mencapai 2.957 per minggunya. Selain Kota Ambon, konsumsi tertinggi di provinsi ini adalah Kabupaten Maluku Tengah dengan angka konsumsi perkapita 9.781 pada tahun 2022.

Konsumsi buah kala pandemi turun menjadi sangat rendah. Namun, konsumsi itu meningkat tajam setelah pandemi berlalu. Setelah Maluku, provinsi dengan konsumsi buah yang tinggi, yaitu Banten dan Bali. Banten dan Bali adalah provinsi yang dianggap sudah lebih maju memiliki ciri yang sama dengan kota besar. Dilihat dari jenisnya buah yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah jeruk dan pepaya.

Grafik:

 

 

 

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Calon pembeli memilih pisang di Pasar Lembang, Tangerang, Banten, Minggu (6/9/2020). Aneka jenis pisang, seperti pisang tanduk, ambon, uli, kepok, dan nangka, yang didatangkan dari Lampung dan Palembang itu untuk memenuhi kebutuhan warga di wilayah Banten dan Jakarta. Pedagang mengeluhkan turunnya omzet mereka hingga tinggal 20 persen sejak pandemi berlangsung. Biasanya pisang mereka banyak dibeli warga dalam jumlah besar untuk konsumsi buah dalam hajatan, yang saat pandemi ini kegiatan tersebut menjadi dilarang.

Manfaat Konsumsi Buah

Pada ibu menyusui, konsumsi aneka ragam vitamin dan mineral sangat dibutuhkan untuk memperlancar produksi ASI, vitamin C, vitamin D, dan kalsium  dibutuhkan ibu menyusui jika kekurangan kalsium dapat mengakibatkan keropos tulang. Kecukupan buah bagi ibu menyusui akan sangat membantu bayi untuk mendapatkan kecukupan vitamin dan mineral yang alami.

Mengonsumsi dua porsi buah dilengkapi dengan tiga porsi sayur setiap harinya  akan memberi manfaat pada tubuh. Beberapa manfaat mengonsumsi buah segar di antaranya mencegah penyakit degeneratif seperti kencing diabetes, obesitas, kanker, penuaan dini, memperlancar metabolisme.

Selain itu, manfaat lainnya, yakni meningkatkan kesehatan saluran cerna, menjaga daya tahan tubuh dan mencegah kerusakan sel. Serat pada sayur dan buah dapat membantu rasa kenyang sehingga mengurangi rasa lapar di luar jam makan.

Buah mengandung serat larut yang membantu penyerapan gula lebih lambat dan menjaga peningkatan kadar gula darah agar tidak berlebihan ataupun menurun drastis.

Buah-buahan memiliki karakter manfaat tersendiri, buah yang memiliki warna hijau dan kuning kaya akan serat. Kandungan enzim actinidin pada buah kiwi, misalnya, berfungsi membantu pencernaan protein agar lebih mudah diserap.

Buah kiwi aman bagi penderita diabetes karena memiliki kadar gula rendah yang kaya vitamin C dan E. Kandungan vitamin C pada kiwi dua kali lipat dibandingkan jeruk.

Beberapa jenis buah memberikan manfaat sangat baik pada kulit kita seperti mangga, semangka, jeruk, pepaya, dan delima.

Grafik:

 

 

Mangga memiliki kandungan vitamin A,C,E, dan K serta memiliki sifat anti-inflamasi sehingga mampu melindungi kulit dari segala jenis kerusakan DNA.

Buah semangka sangat baik untuk kulit berjerawat dan sensitif karena memiliki kandungan vitamin A, B1, B6, dan C. Semangka mengandung likopen, flavonoid, dan karotenoid yang bermanfaat mencegah kerusakan kulit dan mencegah radikal bebas.

Sementara itu, jeruk memiliki kandungan vitamin C yang sangat bermanfaat untuk kulit dan mencegah kerusakan photodamage dan oksidatif. Jeruk mengandung antioksidan serta antibakteri, antijamur serta antivirus sehingga berguna menyembuhkan masalah kulit.

Selain itu, buah delima juga sangat baik untuk kulit bersinar dan mampu menghilangkan pigmentasi melindungi kulit dari UV-A dan UV-B. Delima mengadung kaya vitamin C dan K, mineral kalium, magnesium, fosfor hingga sangat baik untuk kecantikan kulit.

Anak-anak usia antara 2–9 tahun sangat dianjurkan mengonsumsi buah karena mereka sedang dalam masa pertumbuhan, otak pun masih berkembang. Selain protein, vitamin, dan mineral, buah merupakan senyawa bioaktif yang tergolong sebagai antioksidan yang berfungsi mencegah kerusakan sel.

Anak remaja usia 10–19 tahun biasanya menyukai aktifitas fisik dan mengalami pertumbuhan linier (tinggi badan). Remaja membutuhkan energi, protein, lemak, air, kalsium, magnesium, vitamin D, dan vitamin A yang penting bagi pertumbuhan. Oleh karena itu, kecukupan buah membantu pertumbuhan mereka. Remaja pun sangat membutuhkan asam folat untuk membentuk sel darah merah. Maka selain protein, dibutuhkan vitamin B6 dan B 12.

KOMPAS/LASTI KURNIA

Warga mengonsumsi buah dalam bentuk minuman es buah di Jakarta (20/10/2005).

Risiko Kekurangan Konsumsi Buah

Kekurangan konsumsi buah akan berpengaruh pada pencernaan dan kecukupan vitamin. Dampak jangka pendek terjadi pada pencernaan, seperti sembelit, diare, dan wasir/ambeien. Jangka panjangnya akan meningkatkan resiko anemia, penyakit kardiovaskular hingga kanker.

Dari sebuah hasil penelitian ditemukan bahwa resiko penyakit jantung 20 persen lebih rendah pada individu yang mengkonsumsi lima porsi buah dan sayuran setiap hari. Asupan buah yang rendah dapat menyebabkan 1 dari 7 kematian akibat penyakit jantung, dan asupan sayur yang rendah dapat menyebabkan 1 dari 12 kematian akibat penyakit jantung.

Selain itu, kulit tubuh menjadi tidak segar dan kering karena dehidrasi karena buah memiliki kadar air dan antioksidan untuk melawan penuaan dini.

Kekurangan mengonsumsi buah menyebabkan tubuh akan kekurangan vitamin dan mineral yang dapat mengakibatkan rambut dan kuku menjadi rapuh, kusam dan kering. Dalam jangka panjang, hal ini berpengaruh pada risiko depresi, selain penyakit kronis seperti penyakit jantung, alzheimer, diabetes, dan kanker.

Kecukupan buah dan sayur akan menurunkan risiko penyakit jantung.  Kecukupan buah dan sayur dapat meningkatkan bakteri usus membuat usus lebih sehat dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Membiasakan diri makan buah dapat dilakukan dengan melakukan variasi makanan, seperti mencampur irisan stroberi, kiwi atau pisang pada sarapan sereal sehari-hari. Dapat pula dilakukan dengan mengonsumsi buah potong seperti rujak. Membiasakan menjadikan buah sebagai cemilan atau selingan makanan dalam keseharian kita merupakan langkah menjaga kesehatan sebagai investasi masa depan. (LITBANG KOMPAS)

Referensi

Internet