Paparan Topik | Telekomunikasi

Pengembangan Teknologi 5G di Indonesia

Jaringan 5G secara komersial telah dioperasikan di Indonesia pada 24 Mei 2021. Pengembangan teknologi jaringan ini merupakan wujud upaya transformasi digital indonesia. 

KOMPAS/MADINA NUSRAT

Dunia siap menyambut teknologi jaringan generasi ke 5 atau 5G, dan masing-masing perusahaan penyedia teknologi jaringan pun mempertunjukkan kemampuannya di Mobile World Congress 2019 dii Barcelona, Spanyol, 25-28 Februari 2019. Di Indonesia, teknologi jaringan 5G ini tengah dibangun oleh PT Telekomunikasi Indonesia bekerja sama dengan Huawei selaku perusahaan penyedia teknologi, dan Cisco selaku penyedia perangkat lunak untuk mendukung teknologi 5G.

Fakta Singkat

Keunggulan 5G:

  • 20 kali lebih cepat dari 4G, hingga 20 Gbps (giga bytes per second);
  • memiliki kapasitas jaringan 100 kali lebih kuat dari 4G;
  • efisiensi energi lebih tinggi;
  • latensi 10 kali lebih rendah dari 4G, di bawah 1 milli-second.

Provider Penyedia Jasa Jaringan 5G di Indonesia (per Juni 2022):

  • Telkomsel, XL, Indosat

Saat ini layanan 5G secara terbatas tersedia di beberapa tempat di Balikpapan, Medan, Surakarta, dan Jabodetabek.

Pada 2023, layanan jaringan 5G akan tersedia di:

  • 6 Ibu-kota Provinsi di Pulau Jawa;
  • 5 Destinasi Wisata Super Prioritas;
  • Kawasan Ibukota Negara (IKN) baru;
  • Industri manufaktur.

Indonesia tengah mengembangkan jaringan teknologi informasi dan komunikasi 5G. Teknologi ini mulai dioperasikan secara komersial pada 24 Mei 2021.

Pengoperasian perdana jaringan 5G di Indonesia menggunakan sistem International Mobile Telecommunications 2020 (IMT-2020) pada frekuensi 2.300 MHz. Operasi pertama ini dilakukan oleh PT Telkomsel sebagai provider pertamanya yang telah mengantongi Surat Keterangan Laik Operasi (SKLO) Layanan 5G dari Kementerian Kominfo karena telah lulus Uji Laik Operasi pada 19–20 Mei 2021. Namun, kini PT XL dan Indosat juga telah mengantongi izin layanan jaringan 5G.

Terhadap upaya pengembangan 5G tersebut, Presiden Joko Widodo menyampaikan agar Indonesia jangan hanya menjadi smart digital users. Indonesia harus mampu mencetak smart digital specialist yang mampu bersaing. Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny Gerard Plate mengatakan bahwa pengembangan 5G merupakan perwujudan dari upaya transformasi digital Indonesia.

Apa itu sebenarnya 5G? Potensi manfaat apa yang dapat diperoleh dengan pengembangannya? Bagaimana Indonesia mengupayakan pembangunan jaringan ini?

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate (tengah) didampingi Komisaris Utama Telkomsel Wishnutama (kiri) dan Direktur Utama Telkomsel Setyanto Hantoro saat peluncuran layanan 5G di Jakarta, Kamis (27/5/2021). Telkomsel secara resmi meluncurkan layanan 5G dengan mengusung tema “5G: Unlock the Future”. Pada tahap pertama komersialisasi 5G ini, layanannya sudah tersedia di beberapa titik di 9 kota, yaitu Jakarta, Surabaya, Makassar, Bali, Batam, Medan, Solo, Balikpapan, dan Bandung.

Teknologi Jaringan 5G

Teknologi jaringan 5G adalah perkembangan generasi ke-5 dari teknologi jaringan informasi komunikasi. Teknologi ini merupakan pengembangan dari jaringan 1G, 2G, 3G, dan 4G. 5G memungkinkan jaringan yang kapasitasnya lebih besar, jeda jauh lebih kecil, dan cepat untuk menghubungkan semua orang dan semua peranti, termasuk mesin ke mesin.

Dari segi kecepatan, 5G memberikan kecepatan arus data hingga 20 kali lebih cepat dari 4G, yakni hingga 20 Gbps (giga bytes per second) dan di atas 100 Mbps pada angka rata-rata. Dalam hal sistem jaringan, jaringan 5G dapat bekerja pada spektrum gelombang low bands (di bawah 1 GHz), mid bands (1-6 GHz), hingga high bands (millimeter wave). Teknologi ini juga dapat bekerja pada tiga tipe spektrum (licensed, shared, unlicensed), berbagai model pemancar (tradisional macro-cells maupun hotspots). Dalam hal kapasitas atau kekuatan jaringan, 5G memiliki kapasitas lebih kuat dari 4G yang mampu menopang hingga 100 kali peningkatan arus data, dengan efisiensi energi yang tinggi. Dalam hal jeda atau latensi (waktu yang diperlukan untuk mengantarkan data dari satu titik ke titik lain), latensi 5G jauh lebih rendah dibanding 4G sehingga dapat memberikan pengalaman real-time yang lebih baik. Diperkirakan latensinya 10 kali lebih rendah dibandingkan 4G sehingga mencapai latensi di bawah 1 milidetik.

Dalam sejarahnya, teknologi seluler 1G pertama muncul tahun 1981. Generasi pertama ini mampu mengirimkan sinyal suara secara analog (sinyal berbentuk gelombang, bukan biner 0-1 seperti pada sinyal digital). Teknologi 2G muncul pada tahun 1990-an yang mampu mengirimkan sinyal suara digital. Sistem jaringan 2G yang termasuk dalam 2G adalah Global System Mobile (GSM) dan Code Division Multiple Access (CDMA).

Generasi ke-3 atau 3G kemudian muncul pada awal tahun 2000-an yang mendukung layanan data seluler, seperti CDMA2000 dan Wideband CDMA (WCDMA). Teknologi jaringan 4G muncul pada tahun 2010-an dengan layanan kecepatan data yang lebih kuat dan lebih cepat, memungkinkan layanan pengiriman data suara, video, dan teks yang lebih unggul dari 3G. Akhirnya, teknologi 5G mulai dikenal luas pada tahun 2020.

KOMPAS/RIAN SEPTIANDI

Uji coba mobil listrik tanpa sopir atau otonom Navya di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Senin (20/8/2018). Mobil listrik otonom ini ditunjang oleh teknologi 5G Telkomsel dan dipamerkan saat Asian Games 2018 berlangsung.

Terkait penggunaannya, jaringan 5G ini unggul dibandingkan dengan teknologi jaringan pendahulunya karena dapat melaksanakan tiga jenis fungsi yang tidak dapat dibuat oleh kapasitas jaringan pendahulunya, yaitu enhanced mobile broadband, mission-critical communication, dan massive Internet of Things.

Pertama, enhanced mobile broadband meliputi penggunaan jaringan 5G untuk menghadirkan pengalaman imersif seperti Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AG) yang lebih kuat, dengan kecepatan data yang lebih cepat dan kokoh (tanpa jeda), bahkan dengan biaya yang lebih rendah pula.

Kedua, misson-critial communications. Jaringan 5G memungkinkan layanan baru seperti operasi medis jarak jauh, pengendalian infrastruktur dari jarak jauh, pengendalian mobil jarak jauh. Daya jaringan sebelum 5G tidak cukup kuat untuk menopang fungsi ini. Kondisi keterbatasan dokter dan jarak yang jauh lantas tidak lagi menghalangi seseorang untuk mendapatkan pengobatan dalam situasi genting karena dimungkinkannya operasi medis jarak jauh.

Ketiga, massive Internet of Things (IoT). Jaringan 5G dapat menghubungkan dengan lancar dan mulu berbagai macam sensor pada beragam peranti dan peralatan. Hal ini membuat lebih banyak lagi peranti yang dapat terkoneksi untuk memenuhi kebutuhan mobilitas dan komunikasi manusia. Pembangunan smart city misalnya adalah salah satu implementasi dari jaringan 5G ini.

Kebutuhan Jaringan 5G dan Pengembangannya

Teknologi jaringan 5G akan menunjang pemenuhan kebutuhan koneksi jaringan yang lebih cepat dan kuat di Indonesia. Salah satu bentuk kebutuhan tersebut adalah permintaan jaringan untuk akses konten video dan konferensi video yang meningkat tajam pada masa pandemi Covid-19. Pemakaian jaringan internet meningkat tajam hingga 300 persen sejak pandemi merebak di Indonesia pada Maret 2020. Tingginya akses konten video oleh masyarakat ini dibarengi dengan peningkatan pola konsumsi masyarakat lainnya seperti e-commerce.

Jaringan 5G juga akan menumbukan konsumsi data individu dengan memungkinkan teknologi VR atau AR yang kian maju, serta wearables dan smart home appliances yang makin saling terkoneksi, di mana peranti-peranti yang dipakai tiap individu saling terhubung satu sama lain, mulai dari jam tangan, telepon genggam, rekening, mobil tanpa pengemudi, pintu garasi rumah, dan peralatan rumah lainnya.

Akan tetapi, kebutuhan pengembangan jaringan 5G tidak hanya datang dari konsumsi data atau jaringan internet individu dan rumah tangga. Kebutuhan lebih besar datang dari sektor industri yang memerlukan jaringan yang lebih kuat, cepat, dan tanpa jeda untuk menunjang proses produksi yang terotomatisasi dengan komputer. Penggunaan jaringan 5G untuk sektor produksi inti industri sudah mulai marak terjadi di berbagai negara pada tahun 2021. Selain itu, bongkar muat logistik di pelabuhan yang terotomatisasi dengan komputer adalah salah satu contoh implementasi jaringan 5G pada sektor transportasi. Hal ini dilakukan di salah satu pelabuhan tersibuk di dunia, yakni Pelabuhan Yanshen, di Shanghai, RRT.

Pemanfaatan teknologi jaringan 5G juga datang dari sektor kesehatan. Rumah sakit yang menggunakan jaringan ini akan dimampukan untuk mengadakan pemantauan pasien secara jarak jauh dan dokter yang siap dari jauh pula. Ambulans-ambulans juga dapat diperlengkapi dengan kapasitas sama sehingga dokter siap dari jauh ketika ambulans mendapati pasien yang memerlukan pertolongan segera. Sektor ini diperkiran menjadi sektor yang mendapatkan pengaruh paling signifikan dari perkembangan teknologi jaringan 5G. PWC, sebuah perusahaan konsultan finansial, memperkirakan bahwa pada tahun 2030 sektor kesehatan akan menghasilkan penambahan hingga 530 miliar dollar AS pada nilai Produk Domestik Bruto Global (dengan nilai USD dasar tahun 2019).

Secara singkat, teknologi 5G memang merupakan pendongkrak industri 4.0. Teknologi ini diperkirakan akan mampu menghasilkan total penambahan nilai PDB Global hingga 1,3 triliun dollar AS pada tahun 2030 (dengan tahun dasar 2019). Bila diperinci, selain penambahan 530 miliar dollar AS pada sektor kesehatan yang telah disebutkan di atas, 5G akan membawa penambahan nilai PDB Global sebesar 330 miliar AS pada sektor peranti cerdas (smart utilities), 254 triliun dollar AS pada sektor konsumsi dan media, 134 triliun dollar AS pada sektor industri manufaktur, dan 85 triliun dollar AS pada sektor layanan perbankan.

Potensi besar dari penggunaan jaringan 5G inilah yang membuat negara-negara berpacu untuk membangun infrastruktur jaringan 5G dan layanan 5G. Pada tahun 2020 tercatat setidaknya ada 140 jaringan 5G komersial yang telah memulai pelayanannya di 59 negara. Dari angka tersebut, 50 persen dari sistem jaringan 5G tersebut dibangun oleh perusahaan Huawei.

Kebijakan Pengembangan 5G di Indonesia

Upaya pengembangan jaringan 5G di Indonesia dimulai sejak tahun 2017. Dalam kurun waktu tahun 2017-2019, Kementerian Komunikasi dan Informatika melaksanakan 10 kali uji coba teknologi 5G di Indonesia. Teknologi jaringan 5G juga sempat dipertunjukkan pada saat Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggara Asian Games 2018. Namun pengembangannya masih baru dalam tahap awal dan baru akan mulai diperkenalkan di 11 lokasi pada tahun 2023.

Dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 2 Tahun 2021 tentang Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2020-2024 tercatat bahwa lembaga pemerintah yang bertanggung jawab dalam pengembangan 5G adalah Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika. Dalam dokumen tersebut juga dijelaskan bahwa target pemerintah Indonesia untuk membangun jaringan 5G di Indonesia meliputi:

Target 2021 2022 2023 2024
Persiapan Implementasi 5G Nasional Roadmap 5G Nasional Regulasi Kebijakan Percepatan 5G
Jumlah lokasi yang terkoneksi 5G pada tahap awal implementasi 11 tempat, meliputi 6 ibu kota provinsi di Pulau Jawa dan 5 destinasi wisata super prioritas. 2 tempat, satu pada IKN dan satu pada kawasan industri manufaktur.
Infrastruktur 5G di Ibu Kota Negara (IKN) Desain infrastruktur dan jaringan Telekomunikasi 5G untuk IKN. Memorandum of Understanding antar-pemangku kepentingan dalam membangun infrastruktur dan jaringan telekomunikasi 5G di IKN.

75%

Pembangunan jaringan telekomunikasi 5G di IKN.

100%

Jaringan telekomunikasi 5G terbangun.

Dalam perencanaan pemerintah di atas, pembangunan jaringan 5G akan diawali dengan pilot projects di enam ibu kota provinsi di Pulau Jawa, kawasan Ibu Kota Negara (IKN), satu industri manufaktur, dan lima destinasi wisata super prioritas. Yang dimaksud dengan lima destinasi wisata super prioritas adalah Danau Toba (Sumatera Utara), Borobudur (Jawa Tengah), Mandalika (NTB), Labuan Bajo (NTT), dan Likupang (Sulawesi Utara).

Di luar target pembangunan dan perluasan layanan jaringan 5G, saat ini layanan 5G dapat diperoleh di beberapa tempat dengan jangkauan terbatas di beberapa daerah di Indonesia. Tempat-tempat yang menyediakan layanan 5G tersebut adalah GraPARI Telkomsel di Balikpapan; GraPARI Telkom Group, Bukit Hijau Regency, Taman Setia Budi Indah, dan Perumahan Dinas Pemerintahan Jalan Jenderal Sudirman di Kota Medan; Balai Kota dan GraPARI Telkomsel di Surakarta. Selain itu, layanan 5G juga dapat diakses di enam lokasi residensial di Jabodetabek, yakni di Kelapa Gading, Pondok Indah, Pantai Indah Kapuk, Widya Chandra, Bumi Serpong Damai, Alam Sutera, dan Tangerang Selatan.

Untuk pembangunan layanan jaringan 5G yang optimal, Indonesia membutuhkan alokasi spektrum jaringan pada setidaknya tiga lapisan, yaitu low band, middle band, dan high band. Oleh karena itu, pemerintah menyiapkan tiga layer spektrum, yakni Super Data Layer (high band) di spektrum 26 atau 28 GHz, Capacity Layer (middle band) di frekuensi 2.3 atau 2.6 atau 3.3 atau 3.5 GHz, serta coverage layer (low band) di 700 MHz.

KOMPAS/RIZA FATHONI (RZF)

Teknisi menginspeksi jaringan digital distribution frame (DDF) di instalasi Telkomsel Telecomunication Center (TTC), Tanjung Barat, Jakarta, Senin (31/5/2010). Menghadapi era baru layanan mobile broadband kecepatan tinggi, operator seluler di Indonesia bersiap melakukan uji coba layanan teknologi long term evolution (LTE) atau sering disebut teknologi generasi keempat (4G).

Pembangunan infrastruktur jaringan ini yang menjadi kendala perluasan layanan jaringan 5G di Indonesia. Para operator layanan jaringan tidak memiliki cukup pita frekuensi untuk layanan jaringan 5G secara luas. Infrastruktur jaringan yang ada saat ini masih diperlukan untuk layanan jaringan 4G, sementara para operator jaringan 5G di Indonesia sama-sama mengadopsi sistem non-standalone (NSA) untuk layanan 5G yang artinya layanan dilakukan dengan menggunakan jaringan 4G yang sudah ada. Apabila dipaksakan, perluasan layanan 5G justru akan mengganggu layanan 4G yang telah ada.

Presiden Joko Widodo sendiri menginstruksikan kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk merealisasikan pembangunan 5G demi percepatan transformasi digital Indonesia. Selain mendukung pemenuhan kebutuhan data masyarakat di Indonesia, jaringan 5G diharapkan akan mendorong program Roadmap: Making Indonesia 4.0 yang merupakan strategi Indonesia untuk memasuki era industri 4.0. Potensi jaringan 5G yang menjanjikan memang dapat menghasilkan banyak kemajuan dalam industri tanah air, mengefisiensikan proses produksi automatisasi, dan membuka kemungkinan bagi industri-industri baru yang memerlukan teknologi jaringan lebih mumpuni. (LITBANG KOMPAS)

Referensi

Dokumen Hukum
  • Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020–2024
  • Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 2 Tahun 2021 tentang Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2020–2024
Internet
Jurnal dan Laporan Khusus