Paparan Topik | Piala Dunia

Pemain Legenda Tanpa Mahkota Juara

Ajang Piala Dunia melahirkan pemain hebat dan menjadi legenda sepak bola berkat talenta dan skill individunya. Namun, tidak sedikit para legenda tersebut gagal mengangkat trofi Piala Dunia sepanjang karier mereka di sepak bola.

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Pemain Argentina Lionel Messi merayakan gol yang dicetak ke gawang Meksiko di fase Grup C Piala Dunia 2022 di Stadion Lusail, Qatar, Minggu (27/11/2022) dini hari WIB. Argentina menang 2-0.

Fakta Singkat

Pemain Top di Piala Dunia

  • Julukan diberikan pada pemain sepak bola yang bertalenta: pencetak gol, pengatur serangan, spesialis tendangan bebas, atau inspirator tim.
  • Sejumlah pemain yang menyandang predikat sebagai pemain top dunia belum tentu berhasil mengantarkan negaranya meraih tropi Piala Dunia.

Sejumlah pemain top dunia:

  • Ferenc Puskas dari Hungaria yang dikenal dengan tendangan geledeknya,
  • Just Fountine dengan gol-gol spektakulernya
  • Michael Platini dari Perancis dengan kepemimpinannya di lapangan
  • Johan Cruyff dari Belanda sebagai kapten yang penuh bakat bagi timnya
  • Paulo Maldini dari Italia yang menjadi bek terbaik
  • Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo berpotensi menciptakan rekor-rekor baru di Piala Dunia kelima yang mereka ikuti di Qatar.

Banyak pemain-pemain hebat muncul di ajang Piala Dunia. Mereka mampu membuktikan dengan penampilan terbaiknya demi membawa nama harum negaranya. Berbagai julukan diberikan pada pemain sepak bola yang bertalenta sebagai pencetak gol, pengatur serangan, spesialis tendangan bebas, atau inspirator tim. Meski demikian, ada sejumlah pemain yang menyandang predikat itu, namun timnya gagal mengangkat tropi Piala Dunia.

Pemain yang mencuri perhatian dunia di ajang tersebut menjadi legenda sepak bola, meski tanpa mahkota juara Piala Dunia. Sebut saja misalnya Ferenc Puskas dari Hungaria yang dikenal dengan tendangan geledeknya, Just Fountine dengan gol-gol spektakulernya, Michael Platini dari Perancis dengan kepemimpinannya di lapangan, dan Johan Cruyff dari Belanda sebagai kapten yang penuh bakat bagi timnya, serta Paulo Maldini dari Italia yang menjadi bek terbaik.

Nama-nama legenda itu juga masuk dalam tim all star yang disusun FIFA usai gelaran Piala Dunia yang diikutinya. Tim all star merupakan gabungan pemain yang tampil gemilang selama perhelatan ajang empat tahunan itu dari negara-negara peserta. Puskas masuk dalam tim all star 1954, Fointine di Piala Dunia 1958, Cruyff di Piala Dunia 1974, Platini menjadi bagian tim all star 1982 dan 1986, dan Paulo Maldini di Piala Dunia 1990 dan 1994.

Selain nama-nama itu, ada juga kiper Lev Ivanovich Yashin dari Uni Soviet yang main di empat Piala Dunia, Karl-Heinz Rummenigge, kapten tim Jerman yang dua kali mencapai babak final, Alfredo Di Stefano yang bermain bersama tiga negara yang berbeda, serta Eusebio da Silva Ferreira dari Portugal yang menjadi top skorer di Piala Dunia 1966.

Di perlehatan Piala Dunia 2022, ada dua nama yang masih bermain mewakili negaranya bakal menjadi legenda sepak bola pada masa mendatang. Dua nama bintang sepak bola itu, yakni Leonel Messi dari Argentina dan Chistiano Ronaldo dari Portugal. Meski sudah bermain 4 kali di Piala Dunia, dua megabintang sepak bola ini belum mampu membawa negaranya menjuarai Piala Dunia saat mereka ikut bertanding.

Meski demikian, Messi dan Ronaldo berpotensi menciptakan rekor-rekor baru di Piala Dunia kelima yang mereka ikuti di Qatar. Mereka bakal berjuang habis-habisan bersama timnas negaranya dalam menjuarai Piala Dunia sekaligus tropi perdana mereka di ajang yang bisa jadi menjadi penampilan terakhir mereka.

Tulisan berikut memaparkan profil sejumlah pemain yang menjadi bagian dari legenda sepak bola dunia meski dalam kariernya di sepak bola belum pernah sekalipun mempersembahkan Piala Dunia bagi negaranya.

Alfredo Di Stefano

Di Stefano merupakan satu-satunya pemain sepak bola yang pernah membela tiga negara berbeda. Pria yang lahir di Argentina ini pernah bermain sebagai bagian dari timnas di tiga negara berbeda, yakni Argentina, Kolombia, dan Spanyol.

Stefano adalah pria kelahiran Buenos Aires, Argentina, pada 4 Juli 1926. Dia sudah bermain untuk Tim Tango pada usia 21 tahun di ajang Coppa Amerika  pada 1947. Stefano menjadi pencetak gol terbanyak di ajang itu dengan 6 gol dari 6 pertandingan serta membawa Argentina juara Copa Amerika.

Dua tahun berselang, Stefano hijrah dan membela Kolombia. Tercatat, Stefano membela Kolombia sebanyak 4 kali dalam rentang 3 tahun, yakni 1949–1952. Kemudian, ia kembali ke negara kelahirannya Argentina dan kembali aktif di sepak bola meski FIFA melarangnya jadi bagian timnas Argentina.

Stefano akhirnya merantau ke Spanyol dan pada 1957 menjadi warga negara Spanyol dan mendapat hak bermain bersama La Furia Roja, sebutan timnas Spanyol. Bersama Spanyol, Stefano bermain sebanyak 24 kali dalam rentang 1957 hingga 1961. Dia mencetak 23 gol dan menyudahi karier internasionalnya di negara itu.

AFP/ PIERRE-PHILIPPE MARCOU

Pelatih baru Real Madrid, Manuel Pellegrini (kanan), Presiden Kehormatan Alfredo Di Stefano (tengah), dan Presiden Real Madrid Florentino Perez berpose bersama setelah acara jumpa pers di Stadion Santiago Bernabeu, Spanyol, Selasa (2/6/2009). 

Meski sudah bermain di tiga negara berbeda, Stefano tak pernah bermain di edisi putaran final Piala Dunia. Pada 1950, misalnya, Argentina menolak untuk berpartisipasi di ajang tersebut. Empat tahun berselang, Stefano sudah bermigrasi ke Kolombia kemudian merantau ke Spanyol dan menjadi warga negara Spanyol. Peluang bermain di Piala Dunia terbuka pada 1958 bersama Spanyol, tapi negara barunya itu tak lolos kualifikasi. Piala Dunia pada 1962, Spanyol lolos ke putaran final di Chili, namun Stefano yang menjadi pilar timnas gagal berangkat karena cedera otot yang menggerogotinya.

Stefano memang lebih dikenal publik sepak bola sebagai legenda tim Real Madrid. Lima gelar Piala Champions (kini bernama Liga Champions) pernah ia persembahkan buat Real Madrid. Stefano juga sukses menbawa Madrid berjaya di kompetisi domestik selama bertahun-tahun.

Ferenc Puskas

Pemain gelandang kelahiran Hungaria ini dikenal dengan kaki kirinya yang seperti dinamit meledak jika menendang. Ia tiga kali berpartisipasi dalam ajang Piala Dunia mewakili dua negara yang berbeda, yakni Hongaria dan Spanyol. Di Piala Dunia 1954 dan 1958, Puskas menjadi bagian timnas Hongaria, sementara di Piala Dunia 1962 mewakili Spanyol.

Pria kelahiran tahun 1927 di Hongaria ini menyandang predikat salah satu pencetak gol internasional yang paling produktif. Puskas mampu mencetak 83 gol dari 84 penampilan internasionalnya di tim Hongaria. Sayangnya, produktivitas Puskas tidak pernah membawanya sebagai juara Piala Dunia, baik ketika menjadi warga negara Hongaria maupun Spanyol.

Puskas memulai karier sepak bolanya pada 1943 di tim Kispet Honved yang dilatih sang ayah. Saat pemerintah komunis berkuasa, klubnya dinasionalisasi dan diubah menjadi kamp militer. Kemudian, Puskas mulai bermain untuk tim sepak bola militer. Tubuh Puskas memang tidak seperti pemain sepak bola pada umumnya. Dia pendek, gempal, dan cenderung gendut. Puskas tidak mampu melompat untuk menyundul bola dan hanya dapat menggunakan satu kaki untuk bermain.

Di tengah semua keterbatasan fisik, Puskas mampu menunjukkan kecemerlangan bakatnya. Pada 1945, Puskas mengawali pertandingan internasional pertamanya dengan mencetak gol indah saat tim Hongaria menggilas Austria, 5-2.

AP PHOTO

Pemain tim nasional Hongaria Ferenc Puskas pada Piala Dunia Swiss 1954.

Pasca-Perang Dunia II, Puskas memimpin tim “pasukan emas” Hongaria untuk mendominasi persepakbolaan internasional sampai pertengahan 1950-an. Pada 1953, Puskas mengapteni Hongaria saat mengalahkan Inggris dengan skor 6-3 di Wembley.

Pada 1956, Puskas menolak kembali ke Hongaria saat terjadi pemberontakan untuk memisahkan diri dari Uni Soviet. Penolakan itu membuat FIFA melarang Puskas bermain sepak bola selama 18 bulan.

Puskas kembali ke dunia sepak bola pada 1958 dan bergabung dengan klub Real Madrid. Selanjutnya, Puskas tergabung dalam tim nasional Spanyol pada Piala Dunia 1962, tetapi gagal mencetak gol dalam empat pertandingan. Puskas pensiun pada 1967 dalam usia 40 tahun.

Lev Ivanovich Yashin

Kiper legenda asal Uni Soviet ini terkenal karena menggagalkan lebih dari 150 tendangan keras dan sulit diduga sepanjang karier. Yashin empat kali mengikuti Piala Dunia, yakni 1958, 1962, 1966, dan tahun 1970 saat ia menginjak usia 40 tahun.

Yashin meninggalkan kisah panjang kehebatannya membela tim Uni Soviet pada Piala Dunia 1958 di Swedia, tahun 1962 di Cile, dan tahun 1966 di Inggris. Tahun 1970, ia masih ikut bagian dari timnas Uni Soviet di Meksiko meski di usia 40 tahun.

Kehebatannya menahan tembakan lawan, termasuk menahan lebih dari 150 tendangan penalti selama 13 tahun kariernya, membuat Yashin mendapat banyak julukan. Ada “Laba-laba Hitam”. Julukan lain, “Oktopus Hitam” atau “Macan Hitam”. Julukan itu diberikan karena bola seperti enggan bergulir ke dalam gawangnya. Postur tinggi, jangkauan yang panjang, lenturan badan, dan reaksi yang cepat membuat gawangnya seperti ada “jaring laba-laba”.

Getty Images/Central Press

Lev Yashin, penjaga gawang Rusia, melakukan penyelaman atletis untuk menyelamatkan tendangan bebas di semifinal Piala Dunia melawan Jerman Barat di taman Goodison, Liverpool (26/7/1966).

Lahir di Moskwa, November 1929, Yashin yang tinggi besar mulai karier di sepak bola dengan bergabung dengan Dynamo Moskwa dan ikut merasakan lima kali juara Soviet. Yashin kemudian masuk timnas negaranya dan berhasil menunjukkan penampilan yang luar biasa dan selalu menjadi kiper utama. Pada Olimpiade Melbourne 1956, Yashin berada di gawang. Uni Soviet pun meraih medali emas sepak bola. Tim Soviet ini sempat ditahan Indonesia, 0-0, sebelum akhirnya menang, 4-0, dalam tanding ulang.

Di Piala Dunia, Yashin mengukir legenda pada 1958 dan mencapai puncak di Piala Dunia 1966 saat Soviet berada di peringkat ketiga. Pensiun kiper pada usia 41 tahun, Yashin melakukan 270 penyelamatan gemilang. Dia juga sukses menahan lebih dari 150 tembakan penalti. Yashin meninggal pada tahun 1986.

Michel Platini

Pemain legendaris asal Perancis ini dikenal sebagai sosok yang multi talenta. Berbagai julukan menyatu pada dirinya, yakni pencetak gol, pengatur serangan, spesialis tendangan bebas, dan inspirator tim. Kapten timnas Perancis ini sangat cerdas membaca permainan, akurat dalam passing, dan pencetak gol andal. Ia membawa negaranya menjadi juara Eropa tahun 1984 dan tampil di tiga kali putaran final Piala Dunia, yakni 1978, 1982, dan 1986.

Platini bukanlah keturunan warga Perancis. Lahir tahun 1955 di kota kecil Joeuf, Perancis bagian timur, ia adalah cucu seorang imigran dari Italia. Ia mencetak gol saat melakukan debut internasionalnya tahun 1976 melawan Cekoslowakia.

Sebagai playmaker di Timnas Perancis, Platini sukses membawa negaranya kembali dalam turnamen tersebut tahun 1978 setelah pada 1970 dan 1974, gagal lolos di putaran final. Pencapaian puncaknya membawa Perancis menjadi semifinalis Piala Dunia 1982 (peringkat keempat) dan 1986 (peringkat ketiga).

Pada Piala Dunia 1982, Platini semakin disegani. Meski Perancis sempat kedodoran di babak penyisihan, ia membawa timnya ke semifinal sebelum dikandaskan Jerman (Barat) melalui adu penalti 4-5. Perancis di edisi ke-12 Piala Dunia akhirnya finish di posisi ke-4 setelah di perebutan peringkat ketiga kalah dari Polandia dengan skor 2-3.

 KOMPAS/MH SAMSUL HADI

Presiden Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) Michel Platini (berdiri) berbincang-bincang dengan wartawan sesaat setelah menyampaikan keterangan pers menutup perhelatan Piala Eropa 2012 di Stadion Olimpiade, Kiev, Ukraina, Sabtu (30/6/2012)

Sementara pada Piala Dunia 1986, kapten tim Perancis ini sering disejajarkan dengan Maradona. Namun, berbeda dengan legenda Argentina yang lebih instingtif dan individualis dalam bermain, pengguna nomor punggung 10 ini memahami sepak bola lebih sebagai pengatur irama permainan. Pada Piala Dunia terakhir yang diikutinya, ia membawa timnya melaju hingga semifinal dan menduduki di peringkat ketiga, setelah diperebutan peringkat ketiga mengalahkan Belgia dengan skor 4-2.

Karier profesional bersama klub Juventus, pemain gelandang penyerang ini diganjar titel sebagai Pemain Terbaik Eropa secara berturut-turut pada 1983, 1984, dan 1985. Bahkan, majalah World Soccer pun menobatkannya sebagai Pemain Terbaik Tahun 2004.

Johan Cruyff 

Kapten timnas Belanda ini dikenal sebagai sosok inspiratif yang memimpin tim yang penuh bakat. Cruyff lihai sebagai penyerang, pemain sayap, gelandang, atau pemain bertahan. Dalam menendang maupun menyundul bola. Tendangan kaki kirinya sama baik dengan kaki kanannya.

Teknik dan postur Cruyff yang tinggi besar dan didukung oleh pemahamannya yang brilian mengenai pertandingan membuat dia dikenal sebagai roh total football. Alhasil, dia pun menerapkan semangat total football pada tiap menit pertandingan.

Debut Cruyff di tim nasional Belanda dimulai pada 1966. Pada pertandingan keduanya melawan Cekoslowakia, Cruyff adalah pemain Belanda pertama yang menerima kartu merah. Ia pun menerima sangsi selama setahun tidak boleh tampil dalam pertandingan Oranje.

Dalam karier internasionalnya, Cruyff menjalani 48 pertandingan bagi Belanda dan mengemas 33 gol. Cruyff mengakhiri bermain bagi tim nasional Belanda tahun 1977 saat mengalahkan Belgia di babak kualifikasi Piala dunia 1987.

Dalam karier internasionalnya, Cruyff menjalani 48 pertandingan bagi Belanda dan mengemas 33 gol. Cruyff mengakhiri bermain bagi tim nasional Belanda tahun 1977 saat mengalahkan Belgia di babak kualifikasi Piala Dunia 1987.

KOMPAS/JIMMY S HARIANTO

Pemain top Belanda di Piala Dunia 1974 dan 1978, Johan Cruyff bersiap berlatih di lapangan Stadion Utama Senayan di Jakarta pada Rabu (23/Mei/1984). Cruyff tampil terakhir sebelum mundur, pada pertandingan segitiga antara klub terakhirnya Feyenoord Rotterdam vs juara perserikatan Mandala Jayapura dan Queen’s Park Ranger di Stadion Utama Senayan.

 

Sementara dalam karier profesionalnya sebagai pemain klub, Cruyff membawa Ajax memenangi Liga Belanda sebanyak enam kali, Piala Belanda empat kali, menggondol Piala Eropa (kini Liga Champions) tiga kali berturut-turut (1971–1973), serta tercatat tiga kali sebagai Pemain Terbaik Eropa (1971, 1973, 1974).

Bersama Barcelona yang dibelanya empat musim (1974–1978), ia juga sekali memenangkan gelar Liga Spanyol atau La Liga. Cruyff meninggal dunia di Barcelona pada tanggal 24 Maret 2016 setelah mengalami kanker paru-paru sejak setahun sebelumnya.

Just Fontaine

Penyerang asal Perancis ini merupakan sosok yang hingga kini memegang rekor jumlah gol terbanyak dalam satu turnamen Piala Dunia. Fontaine mencetak sebanyak 13 gol di Piala Dunia 1958 di Swedia, dalam enam partai.

Fontaine lahir di Marakesh, Maroko, 18 Agustus 1933. Bakatnya yang luar biasa dalam mencetak gol mulai terlihat sejak dia bermain untuk klub kecil USM Casablanca. Fontain kemudian memutuskan menjadi pemain profesional di klub Perancis, Nice.

Pada Piala Dunia 1958, Perancis mengalahkan Paraguay dengan skor telak 7-3, dan Fontaine mencetak hat-trick alias 3 gol. Pada partai berikutnya, saat melawan Yugoslavia, Fontain mencetak dua gol, tetapi Perancis secara mengejutkan kalah 2-3.

Dalam partai terakhir grup melawan Skotlandia, Perancis unggul 2-1 dan Fontain mencetak lagi sebuah gol, serta melaju ke perempat final menghadapi Irlandia Utara. Di babak ini Fontaine mencetak dua gol dan Perancis menang telak 4-0. Total 8 gol sudah dicetak Fpntain hingga babak perempat final.

Di babak semifinal melawan Brasil, Fontaine mencetak golnya yang kesembilan meskipun Perancis kalah 2-5. Gagal ke final tak membuat Fontaine kehilangan nalurinya mencetak gol. Dia mengamuk dengan mencetak empat gol saat mengalahkan Jerman Barat di perebutan posisi ketiga. Secara keseluruhan total 13 gol diciptakannya di ajang tersebut.

Fontaine memainkan pertandingan terakhirnya pada Juli 1962 karena cedera yang terus menghantuinya. Tahun 1967 ia sempat melatih tim nasional Prancis, tetapi setelah hanya dua pertandingan (yang berakhir dengan kekalahan) ia didepak dari jabatannya.

Bersama Nice, klub yang dibelanya, Fontaine mampu meraih gelar juara Piala Prancis dan Liga Prancis dalam tiga musim. Selain berhasil membawa timnya juara Liga Prancis tiga kali, Just Fontaine juga merengkuh penghargaan individu top skor Liga Prancis pada musim 1957/58 dan 1959/60.

Karl-heinz Rummenigge

Karl-heinz Rummenigge merupakan mantan pegawai bank dan salah satu pemain terbesar yang pernah dilahirkan Jerman (Barat) seusai era Beckenbauer berakhir. Karl-Heinz Rummenigge menuruskan predikat timnas Jerman yang selalu memiliki striker tajam di lini depan.

Kalle, demikian Rummenigge sering dipanggil, lahir di Lippstadt, pada 25 September 1955. Kalle mulai bermain bola bersama klub lokal Borussia Lippstadt. Tahun 1974, saat berusia 18 tahun, bakat pemain muda ini ditemukan Bayern Muenchen yang kemudian merekrutnya. Ia menjadi anggota skuad Bayern saat merajai Eropa tahun 1975 dan 1976.

Dia kemudian dipanggil Pelatih Jerman Helmut Schon untuk berlaga di Piala Dunia 1978 Argentina. Kalle menjadi bintang dengan mencetak tiga gol, namun Jerman harus tersingkir di babak kedua.

Pada Piala Dunia 1982, ia ditunjuk sebagai kapten dan ajang itu menjadi panggungnya dalam menunjukkan permainan terbaiknya. Kalle menjadi bintang dan mencetak hat-trick ke gawang Cile. Kemudian Perancis juga menjadi korban ketajaman Kalle di babak semifinal. Ia mencetak satu gol hingga akhir pertandingan waktu normal dengan kedudukan menjadi 3-3. Jerman pun melaju ke final setelah menang adu penalti 5-4.

Kalle memenuhi mimpi setiap pesepak bola, menjadi kapten untuk memimpin timnya tampil di partai final Piala Dunia. Sayangnya, kehebatan Italia memaksa Jerman tersungkur di final, kalah menyakitkan 1-3.

KOMPAS/EDDY HASBY

Bekas kapten kesebelasan Jerman era 1980an, Karl Heinz Rummenigge hadir di Stadion Gelora 10 Nopember Surabaya 1995. Menyaksikan pertandingan ekshibisi antara klub Niac Mitra Surabaya melawan Pelita Jaya Jakarta. Gambar Karl ditengah-tengah pemain Pelita Jaya.

Piala Dunia 1986 Meksiko merupakan ajang ketiganya di Piala Dunia. Kalle yang kembali menjadi kapten Jerman berhasil membawa negaranya hingga partai final menghadapi Argentina. Itu merupakan partai final untuk dua kali berturut-turut yang diikutinya.

Meskipun Kalle mencetak satu gol di final, Jerman gagal membendung kehebatan Maradona dan takluk dengan skor tipis 2-3. Pada Piala Dunia terakhirnya ini, Kalle menjadi orang pertama yang kalah dua kali pada final Piala Dunia sebagai kapten. Sepanjang kariernya di timnas Jerman Barat, Rummenigge bermain 95 kali dan mencetak 43 gol.

Eusebio da Silva Ferreira

Penyerang Portugal ini lahir pada 25 Januari 1942 di Lourenco Marques, Mozambik, Afrika Utara. Ia bergabung dengan klub Benfica dan menorehkan sejarah di klub tersebut. Sejak memperkuat Benfica, ia sudah mempersembahkan 11 kali juara Liga Portugal selama kurun 1961–1975. Hanya pada tahun 1962 dan 1975, Eusebio di Benfica-klub tersebut gagal menjadi juara Liga Portugal.

Prestasi Eusebio da Silva Ferreira di timnas Portugal tampak pada saat Piala Dunia 1966 di Inggris. Di babak perempat final melawan Korea Utara, Portugasl sudah tertinggal 0 – 3 di 25 menit babak pertama. Portugal butuh keajaiban jika ingin melangkah ke semifinal. Eusebio berhasil mencetak hattrick untuk menyamakan kedudukan lewat golnya pada menit ke-56.

Eusebio benar-benar menjadi pahlawan Portugal selepas gol keempatnya berbalik membawa Portugal unggul 4-3 atas Korea Utara. Portugal akhirnya unggul 5-3 lewat gol Jose Augusto, namun hari itu rakyat Portugal mengenang partai melawan Korea Utara sebagai harinya Eusebio.

Portugal melaju ke semifinal meski dihentikan Inggris yang kemudian menjadi juara dunia. Namun, nama Eusebio dikenang sebagai pencetak gol terbanyak di Piala Dunia 1966 dengan sembilan gol. Itulah debut Portugal di pentas Piala Dunia. Sayang, pada Piala Dunia 1970 dan 1974, meski masih diperkuat Eusebio, Portugal gagal lolos kualifikasi.

Karier professionalnya di klub bersama SL Benfica selama 15 tahun, yakni dari 1961–1975 dan meraih banyak penghargaan bersama klubnya, yakni 11 gelar Liga Portugal, lima Taca de Portugal, serta satu Piala Eropa. Eusebio juga meraih gelar Ballon D’Or tahun 1965. Total, ia berhasil mencetak 473 gol dari 440 penampilan bersama Benfica di semua kompetisi.

Paulo Maldini

Pemain belakang yang menjadi legenda AC Milan dan Timnas Italia ini mengikuti empat edisi Piala Dunia, yakni 1990, 1994, 1998, dan 2002, namun tak sekalipun mampu membawa negaranya mengangkat trofi Piala Dunia. Prestasi tertinggi Maldini bersama timnas Italia di Piala Dunia 1994, di mana negaranya menjadi runner-up usai kalah adu penalti dari Brasil.

Pria yang lahir di Milan pada  26 Juni 1968 ini menjadi Kapten di Milan dan timnas Italia selama bertahun-tahun dan dianggap sebagai pemimpin oleh anggota timnya, hingga mendapat julukan “Il Capitano” (“Sang Kapten”).

Pada Piala Dunia 1990, Maldini tampil perdana, namun nasib baik masih enggan berpihak pada Italia yang menjadi tuan rumah. Italia berhenti di babak semifinal setelah kalah dari Argentina melalui adu pinalti. Maldini dan Italia akhirnya menduduki peringkat ke-3 setelah di partai perebutan peringkat ketiga menang atas Inggris dengan skor 2-1.

Dalam dua edisi berikutnya, Maldini dipercaya sebagai kapten, yakni pada Piala Dunia 1998 dan 2002. Bagi Maldini, Piala Dunia 2002 adalah momen yang menyesakkan di mana Negara Pizza secara mengejutkan disingkirkan tuan rumah Korea Selatan di babak 16 besar. Ketika itu Italia kalah 1-2 dari Korea Selatan yang berstatus sebagai tuan rumah bersama Jepang.

Maldini mengoleksi 23 penampilan dalam 4 edisi putaran final Piala Dunia. Prestasi terbaiknya bersama timnas, yakni runner-up pada edisi 1994 usai kalah adu penalti 2-3 dari Brasil di final. Secara keseluruhan, ia mengantongi 126 penampilan bersama timnas Italia dalam berbagai turnamen dan mencetak 7 gol. Dia pensiun dari timnas Italia pada tahun 2002 setelah hampir 8 tahun menjadi kapten tim.

AP PHOTO / FELICE CALABRO

Bek AC Milan, Paolo Maldini (kiri), bertarung dengan penyerang Bayern Muenchen, Roy Makaay, saat perempat final Liga Champions di Muenchen, 11 April 2007. 

Sepanjang 25 tahun kariernya di sepak bola, Maldini dianggap sebagai salah satu bek terhebat sepanjang masa. Dia memenangi penghargaan, antara lain, Pemain Bertahan Terbaik pada Anugerah Pesepak bola Klub Eropa UEFA 1997, masuk daftar 100 pemain sepak bola terhebat abad 20 versi majalah World Soccer, tim all star pada Piala Dunia 1990 dan 1994,  dan Pemain Bertahan Terbaik Seri A pada 2004.

Bersama klubnya AC Milan, Maldini sukses mempersembahkan gelar 7 kali Scudetto, 1 Coppa Italia, 5 Supercoppa Italia, 5 gelar Liga Champions, 5 gelar Piala Super Eropa, 2 Piala Interconental dan satu gelar Piala FIFA World Club.

Cristiano Ronaldo

Piala Dunia 2022 di Qatar merupakan ajang kelima yang diikuti Megabintang Portugal Ronaldo. Sejak debut untuk Selecao das Quinas pada 2003, Ronaldo sudah membuat 17 penampilan dalam empat edisi Piala Dunia (2006, 2010, 2014, dan 2018).

Sebanyak tujuh gol dibukukan Ronaldo untuk sejajar dengan nama-nama legendaris macam Pele dan Miroslav Klose yang berhasil mencetak gol di empat gelaran Piala Dunia yang berbeda. Jika dicermati, tujuh gol Cristiano Ronaldo di Piala Dunia seluruhnya terlahir di fase grup. Masing-masing satu gol dibuat Ronaldo di 2006, 2010, dan 2014 dan empat gol dicetaknya di Rusia empat tahun silam.

Pria yang lahir pada 5 Februari 1985 ini banyak menciptakan rekor selama 20 tahun karier profesionalnya. Setelah mencatatkan diri sebelum putaran final Piala Dunia 2022 sebagai pemain dengan gol internasional terbanyak sepanjang sejarah dengan total membukukan 111 gol bagi Portugal, kini di Piala Dunia 2022, rekor terbaru tercipta sebagai pesepakbola pertama yang bisa membuat gol di lima edisi Piala Dunia.

Tambahan satu gol di Piala Dunia 2022 itu diciptakan Ronaldo di laga perdana Portugal melawan Ghana dengan skor 3-2. Hingga partai perdana itu, Ronaldo sudah mengemas 8 gol di Piala Dunia bersama timnas Portugal. Ia bisa memecahkan rekor legenda Portugal Eusebio yang mengemas 9 gol di Timnas Portugal di Piala Dunia 1966.

KOMPAS/ASWIN RIZAL HARAHAP

Cristiano Ronaldo,Pemain Tim Nasional Portugal dan Penyerang Real Madrid (26/6/2013).

Rekor lainnya, yakni Cristiano Ronaldo 7 kali dinobatkan sebagai Player of the Match alias pemain terbaik dalam sebuah laga. Hasil itu menjadikannya pemain dengan penghargaan pemain terbaik pertandingan terbanyak dalam sejarah Piala Dunia. Ia mengalahkan Lionel Messi dengan 6 player of the match, dan Arjen Robben dari Belanda dengan koleksi 5 player of the match.

Selain itu, Ronaldo juga pemegang rekor menjadi pesepak bola Eropa tertua yang mencetak gol di Piala Dunia, mengungguli Gunnar Gren (Swedia) yang berusia 37 tahun, 236 hari pada Piala Dunia 1958. Ia juga dinobatkan pemain tertua kedua yang mencetak gol di Piala Dunia (37 tahun, 292 hari) setelah Roger Milla (Kamerun) pada 1994 dalam usia 42 tahun dan 39 hari.

Sepanjang karier profesionalnya, Ronaldo meraih banyak prestasi bersama klubnya. Bersama Munchester United, Ronaldo mempersembahkan tiga kali juara Liga Inggris, satu Piala FA, dan satu Liga Champions. Sementara bersama Real Madrid, Ronaldo meraih 2 kali juara Liga Spanyol, empat kali juara Liga Champions. Adapun bersama Juventus, Ronaldo mempersembahkan dua kali juara Seri A Liga Italia. Sementara penghargaan pribadi, yakni lima kali FIFA Ballon d’Or/Ballon d’Or pada tahun 2008, 2013, 2014, 2016, dan 2017.

Lionel Messi

Lionel Andreas Messi atau lebih dikenal dengan sebutan Lionel Messi adalah striker Timnas Argentina yang menjadi bintang sepak bola dunia. Messi mendapatkan julukan “si kutu atau la pulga” El Messiah (penyelamat) karena Messi memiliki ukuran postur tubuh yang lebih kecil dibandingkan teman-temannya, tapi handal dalam bermain bola.

Pria yang lahir di Rosario pada 24 Juni 1987 ini mengawali debut dengan timnas di Piala Dunia 2006 saat Argentina melindas Serbia-Montenegro 6-0 di Arena AufSchalke, Gelsenkirchen, Ia menciptakan satu gol hanya 13 menit setelah menapak lapangan sebagai pemain penganti. Messi tak hanya mencetak gol dalam pertandingan itu, tetapi juga memberikan assist (umpan) untuk terciptanya gol Hernan Crespo.

Messi disebut-sebut menjadi “Maradona Baru” bagi Argentina. Megabintang Barcelona itu sudah bersama Timnas Argentina di empat Piala Dunia pada tahun 2006, 2010, 2014, dan 2018. Piala Dunia 2022 di Qatar merupakan kelima kalinya bagi Messi berpartisipasi di ajang terbesar sepak bola dunia.

Pencapaian terbaik yang diraih Albiceleste bersama Messi, yakni maju ke partai final pada Piala Dunia 2014 di Brasil. Messi berhasil membawa Argentina hingga partai final, namun timnas Argentina kalah tipis 0-1 dari Jerman di partai final.  Argentina bersama Messi menduduki posisi runner up.

Di Piala Dunia 2018, Messi hanya mampu meloloskan Argentina di babak 16 besar setelah di penyisihan grup menduduki runner up dari sekali kalah, sekali menang, dan sekali seri. Argentina kalah lewan Kroasia dengan skor 0-3, menang lawan Nigeria 2-1, dan seri lawan Islandia 1-1.

Di babak gugur di 16 besar, Argentina kalah dari Perancis dengan skor 3-4.  Prancis akhirnya menjuarai Piala Dunia 2018 setelah di final mengalahkan Kroasia. Pada ajang itu Messi tak satu pun mencetak gol.

Getty Images/Ian Walton

Lionel Messi dari Argentina beraksi selama pertandingan Grup B Piala Dunia FIFA 2010 Afrika Selatan antara Yunani dan Argentina di Stadion Peter Mokaba pada 22 Juni 2010 di Polokwane, Selatan Afrika.

Sepanjang kariernya di sepak bola, Messi mencatatkan 7 gol dalam empat Piala Dunia (tahun 2006, 2010, 2014, dan 2018) dalam 19 pertandingan di putaran final. Pada Piala Dunia 2022 di Qatar, Messi berpeluang menambah koleksi gol dan bisa mengeser legenda Argentina Maradona yang mencetak 8 gol dan Batistuta yang mencetak 10 gol di Piala Dunia.

Bersama klubnya Barcelona, Messi mempersembahkan 10 kali juara La Liga, yakni musim 2004–05, 2005–06, 2008–09, 2009–10, 2010–11, 2012–13, 2014–15, 2015–16, 2017–18, dan 2018–19, dan empat kali juara UEFA Champions League yakni musim 2005–06, 2008–09, 2010–11, dan 2014–15. Adapun penghargaan pribadi, yakni 7 kali Ballon d’Or/FIFA Ballon d’Or pada tahun 2009, 2010, 2011, 2012, 2015, 2019, dan 2021. (LITBANG KOMPAS)

Referensi

Buku
  • Crouch, Terry. 2006. The World Cup: The Complete History. London: Aurum Press Limited.
  • Ginanjar, Asep. 2010. 100+ Fakta Unik Piala Dunia. Jakarta: Penerbit Serambi.
  • Aczel, German. 2010. World Cup 1930–2010. Jakarta: Penerbit Tiga Kelana.
Arsip Kompas
  • “Franz Beckenbauer 50 Tahun. Profil Seorang Kaisar dan “Suhu””. Kompas, 10 September 1995 Halaman: 001
  • “Sebelas Pemain Legendaris Sepanjang Piala Dunia”. Kompas, 09 Juni 1998 Halaman: 013
  • “Diego Maradona, Sebuah Telenovela *Box”. Kompas, 17 Januari 2000 Halaman: 012
  • “Pemain Terbesar Abad 20 *Euro 2000”. Kompas, 17 Juni 2000 Halaman: 033
  • “Maradona Terpilih, FIFA Terpojok * Box”. Kompas, 13 Desember 2000 Halaman: 012
  • “Kemenangan Pele, Kemenangan Sepak Bola * Box”. Kompas, 14 Desember 2000 Halaman: 012
  • “Brasil Juara Dunia 2002 – Berkat Dua Gol yang Dibuat Ronaldo”. Kompas, 01 Juli 2002 Halaman: 001
  • “Kilas Balik: Piala Dunia 1930, Berawal dari Rue Saint Honore”. Kompas, 03 April 2006 Halaman: 032
  • “Kilas Balik: Italia 1990, Rusaknya Keindahan Sepak Bola”. Kompas, 16 April 2006 Halaman: 010
  • “Para Legenda Super”. Kompas, 09 Juni 2006 Halaman: 036
  • “Legenda: Maradona Selalu Hidup di Hati”. Kompas, 29 Juni 2006 Halaman: 039
  • “Akhir Perjalanan “Zizou” *Italia Juara Dunia di Tengah Guncangan Skandal Liga Serie A”. Kompas, 11 Juli 2006 Halaman: 001
  • “Legenda: Zidane dan Dua Sisi Nilai”. Kompas, 05 Januari 2007 Halaman: 040
  • “Selamat Datang Juara Baru!”. Kompas, 08 Juli 2010 Halaman: 052
  • “Piala Dunia: “Espana, Campeones del Mundo””. Kompas, 13 Juli 2010 Halaman: 001
  • “Pemain Bintang: Miroslav Klose, Legenda Baru Tim ”Panser” *Brasil 2014”. Kompas, 23 Juni 2014 Halaman: 29
  • “Sejarah Memihak Raksasa * Brasil 2014”. Kompas, 07 Juli 2014 Halaman: 30
  • “Messi Bola Emas, Neuer Tangan Emas”. Kompas, 14 Juli 2014 Halaman: 07
  • “Sepak Bola: Klose Pensiun dari Timnas Jerman”. Kompas, 12 Agustus 2014 Halaman: 31
  • “Hadiah: Rp 408 Miliar untuk Skuad Jerman *Brasil 2014”. Kompas, 15 Juli 2014 Halaman: 28
  • “Piala Dunia 2018: Negeri Rusia Juara Tanpa Trofi” . Kompas, 17 Juli 2018 hlm: 01
  • “Romansa ”Garuda” di Puncak Dunia”. Kompas, 23 Juli 2019 Halaman: 20
  • “Piala Dunia 2026: FIFA Tetapkan 16 Kota Penyelenggara”. Kompas, 18 Juni 2022 Halaman: 14