Paparan Topik

Diaspora Indonesia: Definisi, Persebaran, dan Peran untuk Tanah Air

Terminologi masih menjadi kendala dalam menentukan jumlah dan persebaran diaspora Indonesia. Meski begitu, mayoritas diaspora memiliki keinginan kuat untuk menjaga keterhubungan dan peran pembangunan bagi Tanah Air.

KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI

Warga negara Indonesia bercengkerama selepas salat Idul Fitri, Rabu (10/4/2024), di Konsulat Jenderal RI (KJRI) Melbourne, Australia. Selain upacara kemerdekaan setiap 17 Agustus, Lebaran adalah momen berkumpulnya diaspora Indonesia di ibu kota negara bagian Victoria tersebut.

Fakta Singkat

  • Diaspora memiliki makna yang sangat luas. Tidak hanya mencakup WNI yang tinggal di luar negeri, diaspora Indonesia juga mencakup keturunan Indonesia yang sudah menjadi WNA.
  • Jumlah diaspora sulit ditentukan dengan pasti. Sejumlah perhitungan menyebutkan bahwa setidaknya terdapat 8-9 juta diaspora Indonesia.
  • Jumlah diaspora Indonesia terbanyak diperkirakan berada di benua Asia (1.567.207 jiwa), diikuti dengan benua Eropa (88.533 jiwa) dan Amerika (66.868 jiwa).
  • Pada tahun 2016, diaspora menyumbang Rp118 triliun ke perekonomian Indonesia melalui remitansi, dengan sebagian besar berasal dari Malaysia (55 persen).
  • Pada tahun 2023, diketahui bahwa 60 persen responden diaspora berencana kembali ke Indonesia dalam rencana lima tahun. Angka ini meningkat dari 46 persen pada 2021 menunjukkan masih adanya relasi yang kuat dengan Tanah Air.
  • Alasan utama untuk tidak kembali ke Indonesia adalah perbedaan kompensasi (68 persen), rendahnya kualitas hidup (45 persen), dan isu keamanan serta rasial (39 persen).
  • Komunitas diaspora Indonesia seperti IDN-Global terlibat dalam pembangunan nasional melalui promosi bahasa, pemberdayaan UMKM, dan pengenalan kuliner lewat program “Spice Up The World”.
  • Pengelolaan diaspora membutuhkan kemauan politik pemerintah yang besar, terutama lewat penetapan definisi resmi diaspora untuk memaksimalkan manfaat ekonomi, sosial, dan politik.

Warga Negara Indonesia (WNI) tidak hanya mencakup mereka yang tinggal dan menetap di tanah Indonesia saja. Di luar garis-garis batas negara, terdapat warga negara yang tengah merantau dan berkiprah dengan tetap mengusung identitas dan nasionalitas ke-Indonesiaan. Mereka inilah yang disebut sebagai diaspora Indonesia.

Berbagai alasan menjadikan WNI sebagai diaspora, baik itu untuk pendidikan, berkeluarga, maupun karier. Meski demikian, dalam batas jarak tersebut, para diaspora Indonesia tetap mampu menawarkan kontribusi bagi Tanah Air.

Ruang-ruang yang diciptakan pemerintah maupun wadah organisasi memungkinkan para diaspora untuk tetap terhubung dengan pembangunan bangsa.

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO

Pengujung Konggres Diaspora Indonesia ke-4 berfoto di lokasi konggres di Pusat Perbelanjaan Kota Kasablanka, Jakarta, Jumat (1/7). Sejumlah diskusi dengan tema Dunia Sejuta Peluang: Memajukan indonesia Bersama diaspora itu mendapat sambutan hangat dari warga.

Apa itu diaspora?

Terdapat sejumlah pemaknaan atas kata “diaspora”. KBBI mendefinisikannya sebagai suatu “masa tercerai-berainya suatu bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia dan bangsa tersebut tidak memiliki negara, misalnya bangsa Yahudi sebelum negara Israel berdiri pada tahun 1948”. Definisi ini merujuk secara sempit pada persebaran masyarakat Israel.

Pemaknaan demikian turut ditemukan dalam Bahasa Inggris yang terserap dengan penulisan serupa. Merujuk kamus Merriam Webster, terminologi diaspora pertama-tama didefinisikan sebagai “orang Yahudi yang tinggal di luar Israel” dan “komunitas Yahudi di luar Palestina kuno”.

DOKUMENTASI: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Menurut data Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Beijing, jumlah Warga Negara Indonesia (WNI) yang tercatat pada 2024 di Beijing sebanyak 5.092 WNI. Tampak suasana menjelang tahun baru 2025 di tepi Sungai Zhujiang, di Kota Guangzhou, Provinsi Guangdong, China (31/12/2024). 

Namun, Kamus Merriam Webster juga memberikan definisi diaspora sebagai “penyebaran suatu masyarakat dari tanah air asal mereka”. Sebuah pemaknaan yang lebih umum digunakan untuk komunitas berbangsa yang lebih luas. Definisi demikian menunjukkan perbedaan terminologis dengan KBBI yang hanya merujuk pada suatu masa dan pada satu kelompok bangsa tertentu.

Sementara secara etimologis, diaspora berasal dari Bahasa Yunani, yakni dia yang berarti menyeberangi (across) dan speirein yang artinya terpencar (scatter). Kata “diaspeirein” sendiri diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris sebagai “disperse” dan “dispersion” yang secara literal diartikan sebagai persebaran dalam area yang luas.

Sejak akhir abad ke-18, istilah diaspora digunakan untuk merujuk kelompok massa yang tersebar. Kelahiran istilah ini selaras dengan persekusi keagamaan Gereja Moravia dari Republik Ceko dan penyebaran orang Yahudi di seluruh dunia.  

DOKUMENTASI ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Suasana perayaan Natal diaspora Indonesia di Kedutaan Besar Republik Indonesia Beijing, China (28/12/2024).

Kini, diaspora telah dipahami dalam konteks yang lebih luas yang dapat ditemukan dari masifnya penggunaan kata tersebut dalam berbagai platform populer, situs pemerintah, dan diskusi-diskusi publik. Diaspora tidak hanya merujuk pada mereka yang secara kebangsaan terafiliasi dengan Israel dan Gereja Morotai saja.

Mengacu pada Kompas.id (2/7/2017, Siapakah Diaspora Indonesia?), diaspora Indonesia memiliki makna yang demikian luas. Mereka tidak hanya WNI maupun semua orang di luar negeri yang memiliki darah, jiwa, dan budaya Indonesia.

Diaspora Indonesia juga tidak hanya kelompok yang yang masih mengeyam status WNI. Lebih daripada itu, diaspora Indonesia adalah semua keturunan Indonesia di luar negeri, meskipun sudah tidak lagi berkewarganegaraan Indonesia.

KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Suporter Indonesia yang sebagian besar adalah WNI yang bekerja di Qatar, memasuki kawasan Stadion Ahmed bin Ali, Al Rayyan, Qatar, untuk mendukung timnas Indonesia melawan Irak pada penyisihan grup D Piala Asia 2023, Senin (15/1/2024).

Diaspora Indonesia dalam Angka

Dengan definisi yang begitu luas tersebut, sulit untuk menyebutkan angka persis dari jumlah diaspora Indonesia. Kala masih menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Dino Patti Djalal pernah menuliskan di sebuah artikel bahwa tidak ada yang tahu persis jumlah diaspora Indonesia.

“Yang pasti, jumlah diaspora Indonesia jauh lebih banyak dari yang diperkirakan dan jauh lebih besar daripada jumlah WNI di luar negeri, yang tahun 2010 tercatat sekitar 3 juta orang,” tulisnya.

Menggunakan definisi yang lebih sempit, Bank Dunia menghitung jumlah diaspora Indonesia berdasarkan jumlah orang Indonesia yang bekerja di luar negeri. Perhitungan tersebut dipublikasikan lewat publikasi laporan Indonesia’s Global Worker: Juggling Opportunities and Risks pada tahun 2017.

Laporan tersebut mencatat bahwa WNI yang bekerja di luar negeri mencapai 9 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, porsi tertinggi adalah pekerja rumah tangga atau perawat dengan mencapai rasio 32 persen. Di peringkat berikutnya, terdapat pekerja pertanian (19 persen), pekerja kontruksi (18 persen), dan pegawai pabrik (8 persen).

DOKUMENTASI ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Pesta kembang api saat peralihan tahun baru 2025 yang diambil dari the Peak di Hongkong (1/1/2025). Menurut data Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Hongkong, China, jumlah warga negara Indonesia (WNI) yang tercatat pada 2024 di KJRI Hongkong sebanyak 168.214 WNI.

Pada tahun 2016, para WNI di luar negeri ini menyumbangkan Rp 118 triliun bagi ekonomi Indonesia, melalui pengiriman uang ke Tanah Air. Sebanyak 55 persen dari mereka bekerja di Malaysia. Sementara di peringkat berikutnya, terdapat Arab Saudi (13 persen), Taipei (10 persen), dan Hong Kong (6 persen).

Selain itu, Direktorat Perlindungan WNI (PWNI) Kementerian Luar Negeri juga memberikan angka persebaran WNI di luar negeri dalam Laporan Kerja 2022. Jumlah tersebut dibagi dalam kategori lima benua di dunia. Jumlah terbanyak berada di Benua Asia, mencapai 1,5 juta jiwa. Sementara terendah di Afrika, dengan 21 ribuan jiwa.

Selaras dengan pernyataan Dino Patti Djalal, Muhidin dan Utomo dalam artikel Global Indonesian Diaspora: How Many Are There and Where Are They? juga mengungkap sulitnya menghitung jumlah diaspora Indonesia secara presisi akibat pendefinisian yang begitu luas. Menggunakan definisi diaspora secara sempit yakni WNI yang lahir di Indonesia dan menetap di luar negeri, maka jumlah diaspora Indonesia berkisar di angka 2,9 juta jiwa (tahun 2015).

Sementara mengacu pada definisinya yang lebih luas, jumlah diaspora Indonesia mencapai jumlah 8 juta jiwa. Definisi ini mencakup WNI yang menetap di luar negeri maupun WNA yang memiliki darah Indonesia.

DOKUMENTASI ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Suasana sederetan toko yang menjual pernak pernik untuk persiapan tahun baru Imlek (31/12/2024). Ornamen natal dan untuk persiapan tahun baru 2025 di China Mainland. Menurut data Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Guangzhou, China, jumlah WNI yang terdata di Kota Guangzhou pada 2024 sebanyak 1.722 WNI.

Pendataan terhadap diaspora Indonesia juga telah dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Menggunakan 1.493 responden diaspora yang berdomisili di 90 negara pada 2021, BRIN membangun gambaran atas karateristik diaspora Indonesia. Hasil riset tersebut memetakan alasan diaspora Indonesia untuk bermigrasi, pekerjaan yang ditekuni, besaran penghasilan, jejaring diaspora, dan sebagainya.

Peneliti Pusat Riset Kewilayahan BRIN Angga Bagus Bismoko memaparkan bahwa mayoritas pendapatan bersih diaspora yang menjadi responden adalah kurang dari1.999 dolar AS per bulan (36,13 persen) Angka ini setara dengan kurang lebih Rp 32 juta.

Lebih lanjut, sektor pekerjaan terbanyak adalah di pemerintahan (15,87 persen) dan bidang jasa (11,09 persen). Kebanyakkan dari diaspora tersebut memegang posisi sebagai tenaga profesional (37,54 persen). Sementara yang menduduki posisi sebagai pemilik atau manajer usaha mencapai rasio 24,18 persen.

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO

Presiden Ke-44 Amerika Serikat Barack Obama (kiri) dan Ketua Board of Trustees Diaspora Network Global Dino Patti Djalal saat berbicara dalam Kongres Ke-4 Diaspora Indonesia di Kota Kasablanca, Jakarta, Jumat (1/7/2017). Dalam kesempatan itu Obama berbicara tentang demokrasi, persamaan hak, toleransi, dan kepemimpinan.

Antara Dua Pilihan

Diaspora Indonesia sering berada di persimpangan sudut yang berlawanan. Dari Tanah Airnya, sejumlah stereotipe menggema bersamaan dengan kata diaspora. Mereka dipandang negatif sebagai “tidak nasionalis” dan “egois”. Di saat bersamaan, pilihan untuk kembali ke Indonesia tak bisa begitu saja diambil karena situasi dalam negeri sendiri.

Artikel di Kompas.id (30/8/2023, Diaspora Indonesia yang Memilih Pulang ke Tanah Air Semakin Meningkat) menemukan bahwa sejatinya, banyak diaspora Indonesia yang berkeinginan untuk kembali ke Indonesia.

Mengutip survei Robert Walters pada tahun 2023, setidaknya 60 persen diaspora Indonesia menyatakan berencana untuk kembali dalam 5 tahun ke depan. Angka tersebut menunjukkan kenaikan yang signifikan. Data sebelumnya pada tahun 2021 mencatat bahwa hanya 46 persen responden yang menyatakan hal serupa.

DOKUMENTASI ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Sepasang anak muda melintas di deretan toko yang menjual pernak-pernik tahun baru 2025 dan perayaan Imlek.di China Mainland (31/12/2024).

Kenaikan minat untuk kembali ke Tanah Air dipengaruhi oleh beragam faktor. Mayoritas responden mengungkapkan alasan untuk mengurus orangtua dan berelasi lebih dekat dengan kerabat/pasangan di Indonesia (68 persen). Alasan tersebut diikuti oleh adanya kedekatan emosi, sosial, dan kultural dengan Indonesia (36 persen), peluang pekerjaan yang lebih menarik (29 persen), ingin memberikan sumbangsih kepada negara (25 persen), dan keinginan untuk menghabiskan masa pensiun di Indonesia (20 persen).

Meski demikian, data tersebut juga mengungkap 35 persen responden yang menyatakan enggan untuk kembali ke Indonesia. Alasan utama yang terungkap adalah perbedaan standar besaran kompensasi dan manfaat yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan asing dibandingkan dengan perusahaan di Indonesia (68 persen).

Selain itu, 45 persen dari kelompok responden ini juga menilai kualitas hidup di Indonesia begitu rendah. Hal ini dilihat dari segi fasilitas publik, faktor keamanan, serta fasilitas masyarakat yang dibandingkan dengan di negara luar. Permasalahan keamanan dan isu rasial juga menjadi perhatian besar bagi 39 persen responden,

DOKUMENTASI ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Suasana diaspora Indonesia menyambut tahun baru 2025 di tepi Sungai Zhujiang, di Kota Guangzhou, Provinsi Guangdong, China (31/12/2024). Situasi di negara China sedang mengalami kondisi pelemahan ekonomi dan tingkat pengangguran tinggi.

Sementara dari faktor ekonomi, hambatan utama untuk kembali ke Indonesia adalah kompetensi ahli yang lebih dihargai di luar negeri (66 persen). Ketimpangan inisiatif pemerintah juga menjadi alasan, ketika 35 persen diaspora menilai bahwa insentif yang mereka terima di luar negeri jauh lebih baik.

Masalah keamanan dan isu rasial menjadi sorotan utama artikel Kompas (30/12/2022, Tentang Diaspora). Menyandingkannya dengan Tiongkok terkait para diasporanya akan kembali ke negara untuk terlibat dalam pembangunan di Indonesia, peningkatan konservatisme dibiarkan aparat dan negara.

Dampaknya, terus berkembang narasi kebencian, radikalisme, terorisme, dan intoleransi. Masalah-masalah demikian juga disertai dengan persoalan seperti kemunduran moralitas dengan maraknya korupsi. Dampaknya, nasionalisme diaspora kian tergerus. Situasi yang lebih aman dan ideal di luar negeri membuat para diaspora memilih untuk bertahan daripada harus jatuh dalam ketidakamanan dan risiko.

Peneliti BRIN Bidang Hubungan Internasional, Ganewati Wuryandari mengatakan pada Januari 2024 bahwa pengelolaan diaspora dengan segala isu yang munculnya memerlukan kemauan politik (political will) yang besar dari pemerintah. Hal tersebut bisa dimulai dengan menetapkan terminologi yang baku tentang diaspora.

Selama ini, Ganewati menilai bahwa diaspora baru dipahami secara sempit sebagai masyarakat Indonesia di luar negeri. Padahal, kenjelasan konsep dinilainya penting untuk memberikan dampak yang besar. Dari aspek legal kebahasaan, nantinya akan berdampak pada manfaat pada aspek ekonomi, aspek sosial, aspek politik.

Salah satu diaspora Indonesia di Australia, Joe Rahman, mengungkap bahwa terlepas dari alasan dan motivasi para diaspora bermigrasi serta masalah yang muncul, mereka tetap ingin terhubung dengan Indonesia melalui peran dan kontribusi bagi kemajuan Indonesia (Kompas.id, 20/1/2024, Para Diaspora Ingin Beri Kontribusi pada Indonesia).

KOMPAS/ANDY RIZA HIDAYAT

Presiden Joko Widodo berbicara di depan diaspora Indonesia di Shanghai, Tiongkok, Sabtu (3/9/2016). Presiden menjelaskan bahwa negara membutuhkan tenaga-tenaga terampil untuk pulang ke tanah air. Mereka diminta berpartisipasi dalam pembangunan nasional sehingga dapat meningkatkan daya saing ekonomi. Sementara para diaspora menanyakan sejumlah peluang kerja dapat mereka manfaatkan sekembalinya di Indonesia.

Peran Serta Membangun Tanah Air

Keterbatasan jarak dan waktu, juga situasi dalam negeri yang acap tidak pasti, tidak menghalangi peran serta diaspora Indonesia dalam partisipasi membangun Tanah Air. Baik melalui wadah-wadah kelompok maupun gerak individu, para diaspora memberikan peran serta bagi kebermanfaatan bangsa.

Salah satu wadah kelompok diaspora Indonesia adalah Jaringan Global Diaspora Indonesia (Indonesia Diaspora Network Global/IDN-Global) yang resmi dibentuk pada tahun 2012. Melalui situs resminya (diasporaindonesia.org), organisasi IDN-Global bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antar diaspora Indonesia di seluruh dunia dan memperkuat kontribusi terhadap Tanah Air.

Melalui IDN-Global, para diaspora Indonesia terlibat dalam berbagai wujud dedikasi nasionalisme. Misalnya, melalui deklarasi program “Menduniakan Bahasa Indonesia”, para diaspora berkomitmen untuk terus mempromosikan bahasa Indonesia di luar negeri. Salah satu cara nyatanya adalah dengan mendorong pengajaran Bahasa Indonesia bagi para anak-anak diaspora.

Untuk terlibat membangun Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia, IDN-Global juga bekerja sama dengan Bank Negara Indonesia (BNI) untuk mengadakan lokakarya bagi sektor bisnis UKM. Inisiatif ini diharapkan dapat meningkatkan kontribusi UKM terhadap perekonomian nasional melalui peningkatan kualitas dan daya saing produk di pasar internasional.

Sementara dalam promosi kebudayaan, IDN-Global juga bekerja sama dengan Kelompok Kerja Kuliner dalam program “Spice Up The World” (ISUTW). Program ini mendorong ekspor rempah-rempah Indonesia dan penyelenggaraan acara kuliner di luar negeri, sehingga kekayaan gastronomi Indonesia semakin dikenal dan diminati pasar internasional.

 Peran serta perorangan juga tak luput dari pembangunan Tanah Air. Kompas.id (4/12/2024, Kontribusi Senyap untuk Tanah Air (8)) mencatat kontribusi nyata Ainun Najib, yang berdomisili di Singapura. Bersama timnya, ia menginisiasi gerakan KawalCovid19 pada tahun 2020.

Gerakan ini bertujuan menyediakan informasi akurat mengenai Covid-19 kepada masyarakat Indonesia dan mengatasi kesimpangsiuran informasi yang terjadi saat itu. Melalui platform ini, Ainun dan teman-temannya memberikan akses edukasi berbasis sains yang membantu masyarakat memahami pandemi dengan lebih baik.

Sementara dari Amerika Serikat, ada Oki Gunawan yang berkarier sebagai fisikawan. Oki mengembangkan sensor gempa yang lebih sensitif dan dapat diproduksi dengan biaya terjangkau di Indonesia sebagai negara dengan kerentanan gempa yang tinggi. Oki berharap agar inovasinya dapat meningkatkan kemampuan deteksi gempa di Indonesia, sehingga mitigasi bencana dapat dilakukan lebih efektif (Kompas.id, 6/12/2024, Bagaimana Diaspora Indonesia Berkontribusi untuk Tanah Air?).

Pemerintah membangun platform Kedaireka yang menghubungkan kolaborasi inovasi antara perguruan tinggi dan industri berkontribusi. Tujuan utamanya adalah mendongkrak peringkat Indonesia untuk kolaborasi riset dan pengembangan universitas dan industri di urutan kelima pada Global Innovation Index 2023.

Dalam Merdeka Innovation Summit 2023 di Jakarta, pada November 2023, Kedaireka menghadirkan para diaspora Indonesia untuk berbagi pengalaman dan pemikiran dalam rangka membangun jejaring inovasi global. Sesi diskusi bersama para diaspora diharapkan dapat membangun ekosistem inovasi melalui kolaborasi hingga ke tataran dunia.

“Saat ini ratusan ribu warga Indonesia sedang ada di luar negeri, baik yang sudah selesai studi maupun yang sedang studi lanjut. Kita berharap kolaborasi internasional, baik diaspora maupun mitra inventor-inventor global, maka akselerasi inovasi di Indonesia akan semakin tinggi lagi,” ujar Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nizam (Kompas.id, 20/11/2023, Diaspora Digandeng untuk Perkuat Kemitraan Inovasi Global).

Pemerintah Indonesia menyadari pentingnya peran serta dan potensi diaspora Indonesia. Oleh karenanya, terlepas dari upaya kelompok maupun perseorangan yang telah dilakukan, pemerintah sendiri juga mencoba menggandeng kelompok para diaspora. Salah satu upaya tersebut tampak pada tahun 2023 dari upaya pemerintah memperkuat riset dan pengembangan universitas dan industri Indonesia ke level global. (LITBANG KOMPAS)

Referensi

Arsip Kompas
Laporan dan Jurnal
  • Bank Dunia. (2017). Indonesia’s Global Worker: Juggling Opportunities and Risks. Jakarta: Bank Dunia.
  • • Muhidin, S., & Utomo, A. (2015). Global Indonesian Diaspora: How Many Are There and Where Are They? Journal of ASEAN Studies, Vol. 3, No. 2, 93-101.
Internet