KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
Puluhan karyawan General Electric Indonesia dan para pelajar membentuk formasi pita merah muda dalam Kampanye Kesadaran Akan Kanker Payudara di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta (31/10/2012). Dalam kampanye ini mereka mengajak masyarakat makin peduli pada kanker payudara dan mengurangi risiko lewat pencegahan dini dengan bergaya hidup sehat.
Kanker payudara merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobusnya. Data WHO tahun 2020 menunjukkan setidaknya 2,3 juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan 685,000 mengalami kematian secara global. Secara kumulatif sejak 2015 hingga akhir tahun 2020, ada 7,8 juta wanita hidup yang didiagnosis menderita kanker payudara, menjadikannya kanker paling umum di dunia.
Sementara, menurut data Riskesdas, prevalensi tumor/kanker di Indonesia terdapat dua jenis kanker terbanyak di Indonesia, yaitu kanker payudara dan leher rahim. Pada tahun 2018, angka kejadian tertinggi kanker payudara mencapai 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk, diikuti kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk.
Kesadaran untuk melakukan deteksi secara dini pada masyarakat masih harus dibangun. Deteksi dini menjadi salah satu upaya untuk pencegahan, terlebih kanker payudara dapat dideteksi sejak awal dan dapat dilakukan sendiri maupun di puskesmas.
Deteksi dini kanker payudara juga dapat dilakukan oleh dokter atau dikenal dengan SADANIS (Pemeriksaan Payudara Klinis). Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan USG payudara atau mamografi. Namun, berdasarkan jajak pendapat Kompas pada 3 Februari 2020, hanya 22,7 persen responden perempuan mengaku pernah ke dokter untuk memeriksa payudara.
Sejarah Hari kanker payudara Sedunia berawal dari organisasi-organisasi di Amerika yang peduli akan kanker payudara dan gagasan-gagasan kaum perempuan tentang kanker payudara.
Kronologi Hari Kanker Payudara Sedunia
1945
American Cancer Society (ACS) didirikan oleh para dokter dan orang awam untuk mengubah pandangan mengenai kanker payudara.
1971
Mary Lasker selaku seorang aktivis kesehatan dan filantropis Amerika meminta bantuan pejabat pemerintah untuk untuk pendanaan National Cancer Institute (NCI), yang berpuncak pada pidato State of the Union Richard Nixon “perang melawan kanker.”
1972
Babette Rosmond, editor majalah Seventeen menulis tentang pengalamannya dengan kanker payudara dalam bukunya “The Invisible Worm”. Dia adalah orang pertama yang secara terbuka tentang pembedahan kanker payudara.
Selain itu, muncul pula Proyek Deteksi dan Demonstrasi Kanker Payudara (Breast Cancer Detection and Demonstration Project) yang diselenggarakan NCI dan ACS, sebuah program yang mempromosikan skrining kanker payudara pada wanita tanpa gejala.
1980
Rose Kushner, seorang jurnalis Amerika dan advokat perintis untuk pasien kanker payudara menulis beberapa esai yang menganjurkan agar wanita mengetahui sebanyak mungkin sebelum memutuskan perawatan. Ia juga menambahkan perlu adanya kelompok-kelompok untuk meningkatkan visibilitas dan suara mereka tentang kanker payudara.
1982
Berawal dari saudara perempuannya yang meninggal Nancy Brinker berjanji mendirikan organisasi peduli kanker payudara. Organisasi tersebut adalah Susan G. Komen Breast Cancer Foundation, dan berganti nama pada tahun 2007 menjadi Susan G. Komen for the Cure.
KOMPAS/PRIYOMBODO
Unit Mobil Mamografi bertujuan memberikan kemudahan kepada warga untuk mendeteksi dini kanker payudara dengan menggunakan sistem sinar-X, yang diluncurkan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta. Seorang ibu menunggu untuk diperiksa di mobil mamografi pada operasi pertamanya di halaman parkir Jakarta Convention Center.
Oktober 1985
National Breast Cancer Awareness Month (NBCAM) sebagai kemitraan antara American Cancer Society dan divisi farmasi Imperial Chemical Industries (sekarang bagian dari AstraZeneca, produsen beberapa obat anti kanker payudara). Tujuan NBCAM sejak awal adalah untuk mempromosikan mamografi sebagai senjata paling efektif dalam memerangi kanker payudara
1990
Yayasan Kanker Payudara Susan G. Komen membagikan pita merah muda cerah kepada para penyintas kanker payudara yang berlari di Race for the Cure. Program penyintas dikembangkan, dan merah muda digunakan sebagai warna untuk mempromosikan kesadaran dan program-programnya Yayasan Kanker Payudara Susan G. Komen.
1991
Yayasan Kanker Payudara Susan G. Komen membagikan pita merah muda kepada setiap peserta di balapan New York City. Alexandra Penney, pemimpin redaksi Majalah Self, menempatkan majalah tersebut sebagai Bulan Peduli Kanker Payudara. Dia melakukan ini dengan membuat pita dan meminta perusahaan raksasa kosmetik untuk mendistribusikannya di toko-toko New York.
19 Agustus 2003
Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta(YKPJ) berdiri atas inisiatif Linda Agum Gumelar, Rima Melati, Andy Endriartono Sutarto, Tati A.M. Hendropriyono dan (Alm) dr. Sutjipto, Sp.B(K)Onk. Yayasan ini bergerak dibidang promosi dan edukasi untuk edukasi dini tentang kanker payudara.
Januari 2015
Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta berganti nama menjadi Yayasan Kesehatan Payudara Indonesia (YKPI).
2020
YKPI memberi dukungan dengan menyerahkan satu mobil kemoterapi dan sistemik kepada RS Kanker Dharmais.
Referensi
- “Waspadai Kanker Pada Perempuan”, Kompas, 03 Oktober 2020, hlm. A.