Kronologi

Perjuangan Guru pada Masa Pandemi Covid-19

Sang “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” terus berjuang melawan pandemi covid-19 di tengah perannya mencerdaskan bangsa di berbagai pelosok negeri. Semangat mengabdi terasa di dalam ragam rupa keterbatasan.

Tangkapan Layar Youtube

Dialog antara Presiden Joko Widodo dengan seorang guru terangkum dalam Artikel Harian Kompas berjudul “Presiden Jokowi, Pandemi Covid-19, dan Cerita “Akrobat” Guru yang terbit pada tanggal 14 September 2020. Percakapan tersebut bisa disaksikan pada video rekaman yang diunggah Sekretariat Presiden di Youtube, Jumat (11/9/2020) sore. Dalam video berdurasi 4 menit 10 detik itu, Presiden berbincang-bincang dengan Rika Susi Waty, guru SMP Negeri 7 Padang, Sumatera Barat.

Mengawali dialog, Presiden Joko Widodo menanyakan pendapat Rika tentang kegiatan belajar lewat cara online selama pandemi. Rika menjelaskan, kegiatan pendidikan tetap berlangsung dengan model pembelajaran jarak jauh (PJJ). Tantangannya, guru tidak bisa memantau kemampuan anak dalam menyerap materi. Tantangan lain adalah tidak semua anak memiliki akses telepon seluler sebagai alat penunjang PJJ. Kepada siswa yang kesulitan memahami materi, sekolah memberikan jadwal khusus setiap Jumat. ”Untuk memotivasi anak, saya video call atau voice (call),” katanya.

Saat diminta saran oleh Presiden, guru matematika itu melontarkan wacana pembukaan kembali kegiatan pembelajaran tatap muka dengan protokol kesehatan ketat. Tentu ini dilakukan jika situasinya memungkinkan. Presiden menjawab, idealnya memang pembelajaran dilakukan tatap muka. ”Tapi, masa pandemi seperti ini memang risikonya kalau anak terpapar Covid-19, ya, semuanya menjadi salah. Bu Rika tetap semangat. Dan, salam semua untuk anak-anak,” kata Presiden sekaligus menutup dialog.

Cerita Rika merupakan satu dari sejumlah kisah “pahlawan tanpa tanda jasa” dari berbagai daerah di Indonesia. Berikut merupakan sejumlah indeks artikel cerita guru di masa pandemi yang tersimpan di Arsip Kompas:

  • Istining Rahayu

KOMPAS/Ferganata Indra Riatmoko

Isti (48) mendirikan sekolah Surya Bunda pada 2017 di Desa Wanurejo, Magelang. Awalnya, sekolah tersebut hanya mengajarkan anak-anak berkebutuhan khusus, seperti anak dengan autisme dan down syndrome, usia 10-25 tahun. Namun, sejak pandemi, ia melebarkan jangkauannya ke anak-anak dengan cacat fisik dan mental. Ia telah menggelar 10 kali pendidikan keterampilan dengan peserta masing-masing 20 orang.

Sosok: Istining Rahayu – Mendidik Murid Istimewa (Kompas, 13 November 2020 halaman 16)

  • Kadek Puspasari

Kadek (41) merupakan perempuan asal Bali yang sekarang mengajar kesenian Indonesia di Perancis. Bersama suaminya, ia mendirikan sanggar seni Asosiasi Pantcha Indra yang mengajarkan seni tradisi Indonesia seperti wayang, tari, dan tembang. Sejak lockdown di Perancis (14/03), Kadek rutin mengunggah video menarinya selama karantina di rumah melalui IG TV. Melalui unggahan-unggahan tersebut, Kadek memperkenalkan kekayaan kebudayaan Indonesia kepada murid-muridnya.

Sosok: Kadek Puspasari – Cerita dari Bilik Karantina (Kompas, 7 November 2020 halaman 16)

  • Rita Tresnawati

Rita, Guru BK SMP Negeri 111 Jakarta, menegaskan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi perlu terus dibekalkan kepada siswa sekalipun di masa pandemi Covid-19. Hal ini penting mengingat pergaulan remaja saat ini semakin mengkhawatirkan.

Siswa Tak Akrab dengan Pendidikan Seksual (Kompas, 6 November 2020 halaman D)

  • Veronika Keneka Demon

Veronika, guru SMP Katolik Santo Yoseph Noelbaki, selama pandemi memilih mendatangi siswanya secara langsung dibandingkan secara online karena dianggap lebih efektif. Ia mengajar di sejumlah titik kumpul, baik di rumah maupun di bawah pohon. Veronika datang membawa perangkat pembelajaran dan papan tulis. Pembelajaran berlangsung dengan protokol kesehatan ketat. Daerah tempatnya mengajar berjarak sekitar 15 kilometer dari Kota Kupang.

Hanya Diberi Tugas, Siswa di NTT Pusing Tujuh Keliling (Kompas, 30 Oktober 2020 halaman F)

  • Millah Kamilah

KOMPAS/Machradin Wahyudi Ritonga

Millah (39) meninggalkan jabatannya sebagai Kepala Sekolah di suatu TK di Kota Bandung hingga menjual mobil untuk mendirikan Sekolah Rumah Kasih Mandiri (RKM) Tahfidzpreneur, sekolah gratis bagi keluarga tidak mampu. Sejak Pandemi Covid-19, ia menerima murid-murid baru yang orang tuanya kehilangan pekerjaan. Millah harus mengandalkan donasi dan menyisihkan uang lebih banyak agar RKM bisa tetap beroperasi.

Sosok: Millah Kamilah – Berbagi Kail Ilmu (Kompas, 23 Oktober 2020 halaman 16)

  • Farid Bachmid

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Tut Wuri Handayani merupakan pusat belajar gratis bagi peserta Kejar Paket A, B, dan C yang didirikan oleh Farid (58) di kampung halamannya, Pulau Gangga. Ditengah pandemi, Farid tetap mengajar bersama keluarga dan para pengajar sukarela meski harus menempuh sekitar 43 kilometer dari Manado ke Likupang, dilanjutkan dengan berlayar menuju Dermaga Desa Gangga selama 45 menit.

Sosok: Farid Bachmid – Mengangkat Derajat Pulau Gangga (Kompas, 19 September 2020 halaman 16)

  • Wawan dan Tim SLB Negeri A Pajajaran

Wawan bersama guru di SLB Negeri A Pajajaran beradaptasi dengan sistem PJJ akibat pandemi. Berbagai aplikasi digital tidak dirancang khusus bagi anak-anak berkebutuhan khusus, terutama tunanetra. Namun ada satu aplikasi yang dipilih, yaitu aplikasi TeamTalk yang bersuara jernih. Sekitar 70 persen dari 78 siswa menggunakan aplikasi itu. Sementara lainnya belajar melalui aplikasi Whatsapp dan kunjungan guru ke rumah.

Anak Berkebutuhan Khusus: Berbagai Aplikasi Pun Kami Coba * Suara Tak Terdengar (Kompas, 15 September 2020 halaman 1)

  • Ervina

Ervina, guru Bahasa Inggris di SMPN 7 Muaro Jambi, setelah mendapatkan pelatihan dari Tanoto Foundation, ia mulai belajar memanfaatkan ruang virtual lebih maksimal untuk berinteraksi dengan murid-muridnya. Dalam sesi pelajaran yang dipandunya, siswa diundang bergabung dalam kelas virtual Zoom. Ada juga kalanya ia menyiapkan materi dengan memanfaatkan Youtube.

Sebarkan Praktik Baik Guru Lewat Narasi (Kompas, 15 September 2020 halaman C)

  • Sri Muji Rahayu dan Tim SLB Negeri Bantul

Selama pandemi, Sri Muji, kepala sekolah bersama para guru SLB Negeri 1 Bantul, DIY menggelar pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara daring. Selain PJJ, sebagian guru rutin menyambangi rumah siswa-siswanya. Kunjungan ke rumah siswa bukan semata-mata untuk mengajar, melainkan juga menyapa, memberi semangat, dan memotivasi siswa agar tetap bahagia dan sehat. 

Anak Berkebutuhan Khusus: Berbagai Aplikasi Pun Kami Coba * Suara Tak Terdengar (Kompas, 15 September 2020 halaman 1)

  • Rika Susi Waty

Rika, guru SMP Negeri 7 Padang, terus memperjuangkan jalannya kegiatan belajar mengajar di masa pandemi. Kegiatan pendidikan yang tetap berlangsung dengan model pembelajaran jarak jauh (PJJ) menuntutnya beradaptasi dalam memantau kemampuan anak dalam menyerap materi. ”Untuk memotivasi anak (belajar), saya video call atau voice (call),” katanya.

Presiden Jokowi, Pandemi Covid-19, dan Cerita ”Akrobat” Guru (Kompas, 14 September 2020 halaman B)

  • Sugeng Budiyanto

Sugeng, guru SMP Negeri 3 Sidomulyo Lampung Selatan menuturkan, selama pandemi, pendidikan di sekolahnya berlangsung secara daring. Model ini dilakukan dengan mengomunikasikan tugas-tugas melalui aplikasi Whatsapp. Terkait dengan itu, sekolah membentuk Whatsapp Group dalam beberapa kelompok, yakni kelompok murid per kelas dan kelompok murid untuk tiap-tiap mata pelajaran, juga kelompok orangtua murid per kelas guna memudahkan komunikasi dengan orangtua murid.

Presiden Jokowi, Pandemi Covid-19, dan Cerita ”Akrobat” Guru (Kompas, 14 September 2020 halaman B)

  • Maksimus Masan Kian

Maksimus, Guru SMPN 1 Lewolema Flores Timur, di tengah kondisi daerahnya yang minim akses internet dan kesejahteraan penduduk yang masih rendah (sedikit murid yang memiliki akses telepon seluler) terus berjuang melakukan kegiatan belajar secara daring. Sebagai solusi, sekolah berinisiatif menggelar sekolah keliling. Tempat yang mereka gunakan beragam seperti rumah kosong, di bawah pohon jambu mede, dan di halaman kantor desa.

Presiden Jokowi, Pandemi Covid-19, dan Cerita ”Akrobat” Guru (Kompas, 14 September 2020 halaman B)

  • Samsul Ridwan

Samsul, guru seni rupa di sebuah SMA swasta di Bandung, mengikuti pameran karya seni Bandung Art Month ”Edankeun” 2020 dengan konsep “rumahku galeriku” yang berlangsung dari 20 Agustus hingga 20 September 2020. Di rumahnya, Ia memamerkan karyanya bersama karya dua anaknya setiap hari Sabtu dan Minggu. Samsul juga membuat kegiatan lain, seperti melukis bersama dan mendongeng.

Seni: Seni Menjaga Kewarasan (Kompas, 13 September 2020 halaman 11)

  • Nanik

KOMPAS/Priyombodo

Nanik mengajar pendidikan agama Islam dengan bahasa isyarat dalam pembelajaran jarak jauh bagi siswa tunarungu dari ruang kelas di SLB B-C Sumber Budi, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Seperti pendidikan lainnya, pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus ini juga dilaksanakan secara daring karena pandemi Covid-19. Padahal anak berkebutuhan khusus lebih membutuhkan pendampingan guru dalam belajar.

Foto: Mengajar Daring Anak Berkebutuhan Khusus (Kompas, 12 September 2020 halaman 5)

  • Siti Nuryani

Ancaman pandemi Covid-19 tidak menyurutkan langkah Siti (45), guru SMK Caruban Nagari, untuk blusukan ke rumah korban kekerasan seksual di Kabupaten Cirebon, Jabar. Ia terbiasa menyisihkan honor dari mengajar untuk kebutuhan rumah aman hingga membantu persalinan perempuan korban kekerasan seksual. Ia juga kerap menebus obat untuk korban. ”Lihat buku tabungan ternyata sudah habis. Uang itu untuk bekal di akhirat” ujarnya.

Sosok: Siti Nuryani – Melawan Predator Anak (Kompas, 8 September 2020 halaman 16)

  • Hesti Setyowati

Hesti (49), guru lukis di sejumlah sekolah dasar di Sidoarjo, ikut dalam perlombaan yang dilaksanakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sidoarjo dalam rangka sosialisasi Pilkada 2020 melalui media lukisan. Dia nyaris tak pernah pulang ke rumah demi menyelesaikan karya seluas 6 m x 7 m sendirian. Dia ingin mengoptimalkan kesempatan yang dimiliki untuk tetap eksis berkarya di tengah pandemi.

Saat Semar Menyapa Warga ”Kota Delta” (Kompas, 28 Agustus 2020 halaman C)

  • Yacinto Dacrus

KOMPAS/Kornelis Kewa Ama

Seorang eks-warga Timor Timur yang sudah lebih dari 20 tahun mengabdi sebagai guru di Silawan, perbatasan RI-Timor Leste. Ia tidak hanya mengajarkan pelajaran sekolah, tetapi juga keberagaman dan kekayaan Indonesia. Karena keterbatasan akses selama pandemi, kegiatan belajar mengajar di rumah tidak bisa dilakukan secara virtual. Yacinto harus menitip bahan pelajaran kepada kepala sekolah yang kemudian meneruskannya kepada para siswa.

Sosok: Yacinto Dacrus – Mengabdi di Perbatasan (Kompas, 18 Agustus 2020 halaman 16)

  • Aswanto & Erlina

Pasangan suami istri ini merupakan guru honorer di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Sebagai guru honorer, Aswanto hanya menerima Rp 750.000 per bulan dan diterima tiga bulan sekali, sedangkan Erlina hanya menerima Rp.150.000 per bulan. Dengan honor yang kecil itu, mereka tidak bisa membeli bensin untuk mengunjungi rumah siswa yang jauh selama PJJ. 

Pembelajaran Jarak Jauh: Balada Guru Honorer di Masa Pandemi (Kompas, 14 Agustus 2020 halaman 1)

  • Sriyani Wongkar

Sriyani, guru honorer di Boyongpate, Sulawesi Utara, menerima upah 500.000 rupiah per bulan yang diterima setiap empat bulan sekali. Pembelajaran daring sulit diterapkan di Boyongpate. Selain sinyal tidak stabil, kebanyakan wali murid merupakan nelayan kecil, sehingga sulit untuk membeli paket data. Akibatnya, setiap hari Sriyani harus mengeluarkan biaya transportasi untuk menyambangi muridnya. Biaya pendukung pembelajaran juga ia tanggung sendiri.

Pembelajaran Jarak Jauh: Balada Guru Honorer di Masa Pandemi (Kompas, 14 Agustus 2020 halaman 1)

  • Besiap

Saat berusia 7 tahun, Besiap kagum melihat sukarelawan dari Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi yang mengajar anak-anak rimba Bukit Duabelas, Kabupaten Batanghari. Kini di usia 16 tahun, Besiap sudah menjadi sukarelawan mengajar anak-anak rimba. Ia juga membantu menyalurkan bantuan sosial Covid-19 kepada warga rimba. Status Orang Rimba yang belum tercatat sebagai warga negara, membuat mereka terabaikan dari berbagai layanan negara.

Sosok: Besiap – Mendorong Anak-anak Rimba Berdaya (Kompas, 7 Agustus 2020 halaman 16)

  • Valentina Sastrodihardjo

Selama satu dekade terakhir, Valentina Sastrodihardjo (39) terjun mendidik anak-anak jalanan, pengemis, dan pemulung yang tinggal di bawah kolong jembatan. Sayangnya, aktivitas belajar di kolong jembatan ini terpaksa dihentikan selama pandemi. Namun, Valentina mencari cara untuk meneruskannya, yaitu akhir pekan ia mendatangi anak-anak di sekitar pemukiman rumah warga untuk belajar bersama.

Sosok: Valentina Sastrodihardjo – Ilmu di Kolong Jembatan (Kompas, 1 Agustus 2020 halaman 16)

  • Tim Pengajar SD Katolik Santa Maria, Magelang

Di tengah kepenatan PJJ, para guru di SD Katolik Santa Maria, Magelang menggunakan halaman kosong di belakang sekolah mereka untuk bercocok tanam. Hasil panen sayuran kemudian ditawarkan dan dijual kepada wali murid melalui grup percakapan daring. Sejumlah wali murid juga menginformasikan kepada tetangga dan kenalan masing-masing. Selain dijual, hasil panen juga diberikan kepada wali murid yang kesulitan membeli pangan.

Berkah Sayuran dari Sekolah (Kompas, 29 Juli 2020 halaman C)

  • Yunita Maiza

Guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Bintan, Kepulauan Riau ini mengaku kesulitan karena harus mengajar siswa berkebutuhan khusus secara virtual selama pandemi. Banyak wali murid yang masih gagap teknologi dan tidak sabar mengajar anak berkebutuhan khusus. Akhirnya, ia harus mendatangi rumah siswa sehingga ada pengeluaran tambahan. Subsidi yang diberikan pemerintah jumlahnya kecil, sehingga ia sering kali harus memakai dana pribadi.  

Beban Guru Bertambah (Kompas, 28 Juli 2020 halaman 5)

  • Guru TK Cahaya Mas

Guru Taman Kanak-kanak Cahaya Mas mengunjungi rumah siswa untuk mengajar secara langsung dengan jumlah murid terbatas di Larangan, Kota Tangerang, Banten. Kunjungan satu minggu sekali ini dilakukan karena PJJ sulit diterapkan terhadap para siswa akibat berbagai keterbatasan. Orangtua siswa pun merasa terbantu dengan kunjungan guru tersebut.

Foto: Guru Datang ke Rumah Siswa (Kompas, 28 Juli 2020 halaman 5)

  • Herlina Gaitedy & Kamaria Watafuhan

PJJ kala pandemi Covid-19 mustahil dilakukan di daerah terpencil, seperti di Kepulauan Aru, Maluku. Ketiadaan internet dan listrik membuat Herlina (26) dan Kamaria (25) rela mendatangi murid satu per satu meski harus mendayung menyusuri pantai. Mereka harus mendayung perahu melewati perairan dalam, berarus kencang, dan sedikit bergelombang sekitar 1 kilometer, selama 40 menit untuk sampai ke Desa Foket.

Pendidikan Di Pulau Terpencil: Kayuhan Dayung Guru demi Masa Depan Murid (Kompas, 22 Juli 2020 halaman 1)

  • Tim Pengajar SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi

KOMPAS/Agus Susanto

  • Tim Pengajar SMK Negeri 1 Pacet

Sekolah menengah kejuruan dengan unggulan agrobisnis ini mendorong siswa menggali dan mengembangkan potensi wilayahnya selama PJJ. Konsep ketahanan pangan ditekankan guna mengatasi dampak krisis akibat pandemi. Selain mengembangkan potensi pertanian, sejumlah siswa juga mengembangkan produksi roti, bakso, dan makanan lain. 

Praktik Baik Belajar di Masa Pandemi (Kompas, 11 Juni 2020 halaman 5)

  • Avan Fathurrahman

Karena adanya kendala akses teknologi untuk  mengikuti PJJ daring, guru SDN Batuputih Laok III, Sumenep, Jawa Timur ini memilih memberikan pembelajaran kontekstual, sesuai kondisi siswa yang berasal dari keluarga petani kecil. Kurikulum tidak lagi menjadi patokan, ia hanya menganjurkan murid-muridnya untuk membantu orang tua dan membaca dan menceritakan kembali apa yang mereka baca untuk melatih kemampuan bicara publik siswanya.

Praktik Baik Belajar di Masa Pandemi (Kompas, 11 Juni 2020 halaman 5)

  • Sri Wahyu Sarwoko

Selama PJJ, guru SMK Negeri 1 Tengaran, Semarang, Jawa Tengah ini mengajarkan siswanya tentang penghargaan atas kehidupan. Untuk praktik kompetensi teknik kendaraan ringan, misalnya, dia mengizinkan siswanya belajar dari pemilik bengkel sekitar rumah atau sekolah. Ia juga mendorong para siswa membantu orangtua mereka bekerja di peternakan atau pertanian keluarga. 

Terobosan Pembelajaran: Guru-guru Kreatif Saat Pandemi Covid-19 (Kompas, 10 Juni 2020 halaman 1)

  • Hifni Djafar

Guru kelas XI SMA Negeri Pulau Ende, NTT ini berusaha mengoptimalkan aplikasi Whatsapp selama pembelajaran daring. Jadwal kelas diinformasikan sepekan sebelumnya, absensi tetap dilakukan sebelum kelas dimulai. Materi disederhanakan dan dikirimkan dalam bentuk dokumen. Penjelasan disampaikan melalui audio visual. Tanya jawab juga dilakukan melalui aplikasi Whatsapp. Sesekali, Hifni membuat konten Youtube yang bisa ditonton para murid ketika mendapatkan akses internet.

Terobosan Pembelajaran: Guru-guru Kreatif Saat Pandemi Covid-19 (Kompas, 10 Juni 2020 halaman 1)

  • Yusfina Hendrifiana

Guru kelas IV Lazuardi Global Compassionate School, Depok, Jawa Barat ini memberikan siswanya berbagai tugas menarik di berbagai aplikasi selama PJJ. Siswa pernah ditugaskan membuat video cuci tangan yang benar di aplikasi Tiktok, juga membuat jurnal tentang pandemi yang didesain di aplikasi Canva. Untuk pembelajaran, Yusfina menggunakan berbagai aplikasi Google. Sedangkan untuk tes, ia menggunakan Kahoot!, Quizzes, dan Flipgrid.

Terobosan Pembelajaran: Guru-guru Kreatif Saat Pandemi Covid-19 (Kompas, 10 Juni 2020 halaman 1)

  • Martha

KOMPAS/Junaedi

Guru SDN 05 Kecamatan Jelai Hulu, Ketapang, Kalimantan Barat ini menghadapi tentangan berat selama PJJ. Beberapa muridnya tinggal di tempat yang tidak layak, seperti barak kerja perkebunan sawit dan ladang yang jauh jangkauannya. Martha menemui orang tua murid, yang menjadi perantara tugas dan materi pembelajaran anak-anaknya, seminggu sekali. Saat bertemu orang tua, Martha juga menjelaskan materi pelajaran dan membagikan masker.

Tugas Baru Guru-guru di Pelosok Kalimantan (Kompas, 18 Mei 2020 halaman C)

  • Dodi Riana & Mulyana

PJJ virtual bukan pilihan kedua guru SDN Jayamekar, Cianjur tersebut. Sebab, kebanyakan siswa mereka dibekap kemiskinan, sehingga mereka tidak punya ponsel. Akhirnya, para guru terpaksa blusukan menyambangi siswa-siswanya agar mereka dapat belajar. Perjalanan menuju desa tempat tinggal siswa pun tidak mudah. Jalannya tidak bisa dilewati kendaraan karena merupakan jalan setapak, sehingga mereka harus meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki 4-5 kilometer.

Pendidikan Saat Pandemi: Mereka Blusukan agar Murid Belajar (Kompas, 30 April 2020 halaman 1)

  • Saini

Guru kelas 1 SDN 1 Tegalkarang, Jawa Barat ini harus berkeliling kampung dengan sepeda motor demi mengajar 33 siswanya secara langsung. Dalam sepekan, Saini berkeliling hingga empat kali untuk mengajar, masing-masing sedikitnya selama satu jam. Sering kali ia membawa spidol dan papan tulis sendiri. Jika ada siswa yang rumahnya berdekatan, Saini memilih satu rumah untuk berkumpul dengan mematuhi protokol Covid-19.

Pendidikan Saat Pandemi: Mereka Blusukan agar Murid Belajar (Kompas, 30 April 2020 halaman 1)

  • Deden Suryanto

Menurut Kepala SMKN 1 Cipeundeuy ini, sekitar 560 anak atau 80 persen dari total 700 siswa bisa mengikuti PJJ virtual. Namun, ada 140 anak yang kesulitan, karena ada yang tinggal di pegunungan yang tidak terjangkau sinyal, ada juga yang tidak memiliki ponsel. Para pelajar yang kesulitan sinyal akhirnya diminta untuk belajar bersama di rumah teman dengan jaringan lebih baik. 

Pendidikan Saat Pandemi: Mereka Blusukan agar Murid Belajar (Kompas, 30 April 2020 halaman 1)

  • Emmanuella Mila

Mila mendirikan Rumah Dongeng Pelangi yang mengajari guru-guru dan orang tua mendongeng bagi anak-anak pada 4 April 2010. Selama pandemi, Mila beradaptasi dengan cara mendongeng virtual. Ia membuat kegiatan dongeng maraton yang disiarkan melalui siaran langsung (live) Instagram Rumah Dongeng Pelangi. Ada pula diskusi dengan penulis, ilustrator buku anak, dan ngobrol dongeng dengan berbagai tokoh dongeng dan pertunjukan.

Sosok: Emmanuella Mila – Dongeng demi Karakter Anak (Kompas, 17 April 2020 halaman 16)

  • Kartino Ali

KOMPAS/Abdullah Fikri Ashri

Selama pandemi, guru yang menyandang peringkat pertama guru berprestasi tingkat SMP Kota Cirebon 2019 ini, menggunakan platform YouTube dan panggilan video WhatsApp untuk kegiatan belajar mengajar. Kartino memiliki metode mengajar yang unik agar siswanya tidak bosan belajar di rumah, ia mengenakan kostum Captain America dan menggunakan permainan. Alat pendukung kegiatan mengajarnya, ia danai dengan merogoh koceknya sendiri.

Sosok: Kartino Ali – Kapten Literasi Cirebon (Kompas, 8 April 2020 halaman 16)

  • Rosdiana Akmal Nasution

Rutinitas guru kelas 4 Sekolah Bogor Raya ini berubah semenjak Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Pada sore hari, ia mempersiapkan materi dan tugas dalam bentuk presentasi Power Point atau video, kemudian diunggah ke Google Classroom. Pada malam hari, ia mengirim pesan kepada wali murid untuk mengingatkan anak belajar. Wali murid juga diminta ikut memantau dan memastikan hasil penugasan diunggah ke sistem.

Siasat dan Kreasi Guru Saat Pandemi (Kompas, 8 April 2020 halaman 5)

  • Devi Mariatul

Siswa Devi di SMK PGRI 1 Kediri, masih semangat belajar meski di tengah pandemi. Mereka sering kali konsultasi pelajaran sampai malam sehingga ia memutuskan untuk membuat grup diskusi di Google Meet. Masalahnya, tidak semua siswa tinggal di daerah dengan jaringan internet bagus. Akibatnya, selama tiga minggu ini, Devi kerap mendapati siswanya terlambat mengumpulkan tugas.

Siasat dan Kreasi Guru Saat Pandemi (Kompas, 8 April 2020 halaman 5)

  • Endah Priyati

Guru Sejarah SMA Negeri 12 Kota Bekasi ini, memberi kelonggaran bagi beberapa siswa yang tidak punya kuota internet cukup untuk mengerjakan tugas di buku tulis, lalu dikumpulkan saat kelas tatap muka dibuka lagi. Endah juga mengajak siswa memahami kondisi pandemi Covid-19 dengan membuat karya tulis bertemakan Covid-19. Karya yang bagus akan didokumentasikan, di edit, lalu dijadikan konten komik.

Siasat dan Kreasi Guru Saat Pandemi (Kompas, 8 April 2020 halaman 5)

  • Wijaya Kusuma

Guru Teknologi Informasi Komunikasi SMP Labschool Jakarta ini, bersiasat mengajar dengan mengunggah materi ajar di blog pribadinya agar mudah diakses para siswa. Ke-32 siswa yang ia ajarkan sudah memiliki blog mereka sendiri dan ia harap mereka juga membiasakan diri menulis blog selama PJJ.

Siasat dan Kreasi Guru Saat Pandemi (Kompas, 8 April 2020 halaman 5)

Penulis: JNU/SNT/Azalia Anindy

Riset foto: JNU/Azalia Anindy

Editor: Dwi Rustiono