Kronologi | Hari Bidan

Bidan-Bidan Tangguh

Bidan yang bertugas di daerah pedalaman, selain sebagai penolong dan tenaga kesehatan khusus persalinan, juga sebagai konsultan kesehatan bagi masyarakat desa. Beberapa tugas para medis, dilakukan untuk memberikan pertolongan pertama, sebelum dirujuk ke pusat layanan kesehatan.

KOMPAS/ATIKA WALUJANI M

Peran paraji atau dukun bayi seperti Ambu Rawi (kanan) dalam komunitas Baduy masih dominan. Untuk menghormati adat, bidan Eros Rosita (kedua dari kiri) akan membantu persalinan jika ada penyulit.

Menjadi seorang bidan merupakan profesi yang mulia. Bidan tidak hanya membantu proses persalinan ibu hamil, tetapi juga memastikan kesejehateraan dan kesehatan ibu hamil dan anak balita. Menurut IBI, pengertian Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di Indonesia, serta memiliki kompetensi dan kualitas untuk deregister, sertifikasi, dan mendapatkan lisensi secara sah untuk menjalankan praktik kebidanan.

Bidan yang bertugas di daerah pedalaman, selain sebagai penolong dan tenaga kesehatan khusus persalinan, juga bertugas sebagai konsultan kesehatan bagi masyarakat desa. Beberapa tugas para medis, dilakukan untuk memberikan pertolongan pertama, sebelum dirujuk ke pusat layanan kesehatan. Selain itu, tantangan paling berat adalah mengubah tradisi dan kebiasaan warga yang  Maka dari itu, seorang bidan perlu bekerja keras meyakinkan masyarakat, bahwa kehadirannya adalah untuk memastikan masyarakat mendapatkan pelayanan medis yang memadai.

Ada beberapa bidan yang mempunyai ide kreatif dengan terobosan membuat program pelayanan kesehatan bagi warga sekitarnya. Para bidan tersebut, antara lain, bidan Eros Rosita (mengabdi di Puskesmas Cisimeut), bidan Robin Lim (mengabdi di Klinik Bumi Sehat, Bali), bidan Siti Fatonah (mengabdi di Kendal), bidan Dewi Susila (mengabdi di Puskesmas Tanjung Morawa), bidan Kesih (mengabdi di Bandung), bidan Ni Nyoman Rai Sudani (mengabdi di Bali), bidan Agnes Barabara Kudimgo (mengabdi di Puskesmas Pembantu Kampung Maryam), dan bidan Eulis Rosmiati (mengabdi di Pusat Kesehatan Desa Ujung Genteng).

Berikut ini beberapa catatan tentang para bidan tangguh di daerah pedalaman Indonesia yang dirangkum dari Arsip Kompas.

KOMPAS/DWI BAYU RADIUS

Eros Rosita

  1. Eros Rosita

Eros Rosita menjadi bidan sejak 1994. Ia mengabdi di perkampungan suku Baduy di Kampung Kaduketug, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten sejak tahun 1997. Bidan Eros bekerja di Puskesmas Cisimeut. Akses menuju kampung suku Baduy lewat jalan setapak naik-turun menyusuri perbukitan berbatas jurang dangkal yang hanya bisa dengan jalan kaki, ia lakukan untuk melayani di posyandu. Sambil membawa vitamin A, biskuit, dan susu, ia melakukan perjalanan menuju ke posyandu yang perlu waktu lebih dari sehari.

Kegiatan bidan Eros adalah memberi pelayanan kesehatan, keluarga berencana, membina posyandu, serta membantu persalinan sulit yang tidak mampu ditangani oleh dukun bayi. Selain mengabdi di Kampung Kaduketug, bidan Eros juga mengabdi di Kampung Ciranji, Desa Kanekes. Kendala saat melayani warga suku Baduy dikarenakan masih tertutup terhadap tenaga kesehatan.

Mereka lebih percaya pada dukun bayi. Ini dikarenakan kuatnya tradisi masyarakat Baduy yang mandiri dan pantang menyusahkan orang lain. Mereka akan menolak pemberian orang lain, termasuk program pemerintah dalam hal ini program kesehatan, jika mereka merasa masih bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Namun, berkat keuletan dan sikap bidan Eros yang pantang menyerah serta didukung suaminya, ia bisa mendekati warga.

Pada 2005 bidan Eros Rosita mendapat beasiswa dari pemerintah untuk melanjutkan kuliah di Akademi Kebidanan Rangkasbitung. Pada 2006, menurut catatan Puskesmas Cisimeut, ada 227 ibu hamil. Menurut catatn tersebut, semenjak adanya bidan Eros Rosita, 60 ibu, dari total 220 orang yang melahirkan, ditolong oleh bidan. Satu ibu hamil meninggal dunia saat melahirkan karena pendarahan.

Biodata

Nama: Eros Rosita

Lahir: Lebak, 15 Agustus 1972

Pendidikan:

  • SD Negeri 2 Lebakparahiang, Kabupaten Lebak (1985)
  • SMP Negeri 1 Leuwidamar, Kabupaten Lebak (1988)
  • Sekolah Perawat Kesehatan Misi Lebak, Kabupaten Lebak, Banten (1991)
  • D-1 Program Pendidikan Bidan Politeknik Kesehatan Bandung di Rangkasbitung, Banten (1994)

Pekerjaan: Bidan di Puskemas Cisimeut

Penghargaan:  pada 2008 bidan Eros Rosita mendapatkan penghargaan Bank Danamon Award 2008.

KOMPAS/HERPIN DEWANTO PUTRO

Robin Lim Bidan dan Pendiri Yayasan Bumi Sehat di Ubud, Gianyar, Bali.

2. Robin Lim

Bidan Robin Lim mendirikan klinik bersalin Yayasan Bumi Sehat di Desa Nyuh Kuning, Ubud, Bali tahun 1995. Klinik Bumi Sehat awalnya diperuntukan bagi masyarakat yang kurang mampu, tetapi sekarang juga melayani warga negara asing yang ingin melahirkan di situ. Dalam melakukan proses persalinan, klinik ini menggunakan metode gentle birth, yaitu mengelola stres selama masa kehamilan dan menghadapi persalinan. Selain itu, metode ini menganjurkan persalinan di dalam air (water birth) untuk mengurangi trauma kelahiran pada bayi.

Metode persalinan lainnya adalah metode memegang tali dengan posisi setengah berdiri dan jongkok, bahkan metode sujud atau posisi menungging untuk kasus kelahiran bayi sungsang. Metode untuk mengurangi ketegangan saat kontraksi lainnya adalah memijat bahu pasien. Biasanya cara ini diajarkan kepada suami.

Bidan Robin Lim berasal dari Amerika Serikat. Pada tahun 2005 bidan Robin mendirikan lagi Klinik Bumi Sehat di Meulaboh, Aceh. Klinik di Aceh didirikan alasannya untuk membantu korban bencana tsunami. Robin merangkul 13 dukun bayi yang sudah dipercaya masyarakat untuk mendampingi dan merawat pasien ketika proses melahirkan.

Biodata:

Nama: Robin Lim

Lahir: Arizona, Amerika Serikat, 24 November 1956

Pendidikan: Mendapat sertifikat bidan profesional (certified professional midwife) dari North American Registry of Midwives.

Penghargaan: pada 2011 Robin Lim dinominasikan oleh CNN Heroes 2011 sebagai pejuang kemanusiaan.

3. Siti Fatonah

Bidan Siti Fatonah mengabdi di Desa Kedungboto, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Bidan Siti sudah mengabdi di sana selama 19 tahun. Pada 2000 dan 2008, bidan Siti tidak bisa menolong pasien yang meninggal dunia dalam perjalanan ke Poliklinik Kesehatan Desa ketika mau proses melahirkan. Hal ini dikarenakan kesulitan akses kendaraan tidak ada jalan dan jembatan menyebabkan terhambat pertolongan.

KOMPAS/MOHAMMAD HILMI FAIQ

Bidan Dewi Susila

4. Dewi Susila

Bidan Dewi Susila mengabdi di Puskesmas Tanjung Morawa di Desa Tanjung Morawa A, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara sejak tahun 2006. Ia sebagai penggerak kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit aids. Pada 2010, Bidan Dewi bekerja sama dengan Pramuka Sumut mengadakan acara kemah dan outbound bertajuk “Kesan Pertama (Kegiatan Santai Peduli Kesehatan Remaja Tanjung Morawa)”.

Kegiatan ini rutin dilakukan sebulan sekali bertujuan memberikan edukasi tentang kesehatan reproduksi, perilaku hidup sehat, motivasi kepemimpinan, dan penyalahgunaan narkoba. Alasan yang menjadikan Bidan Dewi tergerak mencegah penyebaran penyakit aids, karena melihat anak-anak remaja di Desa Tanjung Morawa A datang ke puskesmas dengan penyakit kelamin. Puskesmas Tanjung Morawa sebagai satu-satunya yang mempunyai klinik metadhon.

Biodata

Nama: Dewi Susila

Lahir: Tanjung Morawa, Sumatera Utara, 25 April 1979

Pendidikan: 

  • SDN 064034 Medan Johor, lulus 1991
  • SMPN 13 Medan, 1994
  • Sekolah Perawat Kesehatan/SPK (kini Politeknik Kesehatan/Poltekes) Medan, 1997
  • D-1 Kebidanan Poltekes Medan, 1998
  • D-3 Akademi Kebidanan Medistra Lubuk Pakam, Deli Serdang, 2011

Penghargaan:

  • 2009 – bidan Dewi mendapatkan penghargaan sebagai Bida Desa Terbaik Kabupaten Deli Serdang.
  • 2010 – bidan Dewi mendapatkan penghargaan Bidan Desa Siaga Terbaik Sumatera Utara.
  • 2011 – Ikatan Bidan Indonesia mengukuhkan Dewi Susila sebagai penerima Srikandi Award. Penghargaan ini diberikan bagi bidan-bidan inspiratif.

KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO

Kesih, Bidan peraih Srikandi Award.

5. Kesih

Bidan Kesih mengabdi di Desa Mekarjaya, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat sejak 2006. Pada 2009, bidan Kesih merintis Koperasi Bunda Lestari yang beranggotakan Kader PKK dan para Ibu. Alasan utama mendirikan koperasi ini, dianggap mampung menggerakan perekonomian anggotanya yang kalangan mampu untuk membantu masyarakat khususnya ibu hamil dan anak balita yang kurang mampu.

Biodata

Nama: Kesih

Lahir: Sumedang, Jawa Barat, 3 Oktober 1976

Pendidikan: D-3 Kebidanan Politeknik Kesehatan, Bandung, 2004

Penghargaan:

  • 2009 – bidan Kesih mendapatkan penghargaan sebagai Bidan Teladan Kabupaten Bandung.
  • 2009 – bidan Kesih mendapatkan penghargaan sebagai Bidan Teladan Provinsi Jawa Barat.
  • 2011 – bidan Kesih mendapatkan penghargaan Srikandi Award karena mampu memberdayakan masyarakat.

KOMPAS/AYU SULISTYOWATI

Bidan Ni Nyoman Rai Sudani

6. Ni Nyoman Rai Sudani

Bidan Ni Nyoman Rai Sudani mengabdi sebagai bidan desa di Sibang Kaja, Kabupaten Badung, Bali sejak 1990. Program kegiatan yang dilakukan oleh bidan Ni Nyoman adalah penyelenggaraan KB untuk para suami dengan vasektomi. Alasan tercetusnya program ini karena banyak keluhan pasien sering kali hamil yang tidak direncanakan, tidak sedikit hal ini menimpa para ibu yang sudah menjalani program KB. Bidan Ni Nyoman memiliki beberapa penghargaan yang diterima karena telah menjadi bidan inspiratif, antara lain, pada 2011 mendapatkan penghargaan sebagai Bidan Teladan Inspirasional Srikandi 2011 dan Bidan Teladan Provinsi Bali 2011.

Biodata

Nama: Ni Nyoman Rai Sudani

Lahir: Kabupaten Badung, Bali, 28 Oktober 1960

Pendidikan:

  • Sekolah Pendidikan Kesehatan Politekes Bali, 1982
  • D-1 kebidanan, 1990
  • D-3 kebidanan, 2002
  • S-1 Fakultas Hukum Universitas Dwijendra, Bali, 2004

Pengalaman:

  • 1990 – menjadi Bidan Desa Sibang Kaja
  • 1998 – menjadi bidan Puskesmas Pembantu Abiansemal Kabupaten Badung.
  • 2000 – menjadi bidan Puskesmas III Abiansemal
  • 2011 – menjadi Kepala Seksi Ibu dan Anak Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

KOMPAS/ERWIN EDHI PRASETYA

Agnes Barabara Kundimgo

7. Agnes Barabara Kundimgo

Bidan yang mengabdi di Puskesmas Pembantu Kampung Maryam, Distrik Mandobo selama 8 tahun sejak 1996. Kemudian pada 2004, Bidan Agnes berpindah tugas ke Puskesmas Tanah Merah, Ibu Kota Boven Digoel, Papua. Akses Puskemas Tanah Merah tidaklah mudah, karena perjalanan menuju puskesmas tersebut di tempuh melalui sungai dan mendayung perahu selama empat hari.

Perjalanan itu ditempuh setiap hendak mengambil stok obat-obatan, menggambil gaji bulanan, dan menyampaikan laporan kegiatan. Tugas berat bagi bidan yang bertugas di daerah pedalaman adalah kendala pendekatan dengan warga yang masih memegang tradisi dan adat. Sebagai contoh untuk proses persalinan dan melahirkan harus di luar rumah utama. Warga masih menggunakan peralatan seadanya yang berisiko infeksi dapat menyebabkan kematian ibu atau bayi. Namun, bidan Ages tetap selalu mendampingi persalinan dan bersiap-siap jka terjadi hal buruk sewaktu-waktu.

Biodata

Nama: Agnes Barbara Kundimgo

Lahir: Waropko, Boven Digoel, 20 Maret 1974

Pendidikan:

  • SD Xaverius Mindiptana, Boven Digoel, 1983–1990
  • SMP Mindiptana, 1990–1993
  • Pendidikan Bidan C Merauke, 1993–1996

Pengalaman:

  • Bidan Puskesmas Pembantu Maryam, Distrik Mandobo, Boven Digoel, 1996–2004
  • Bidan Puskesmas Tanah Merah, Boven Digoel, 2004–2011
  • Bidan RSUD Boven Digoel, 2011–sekarang

8. Eulis Rosmiati

Bidan Eulis Rosmiati sudah hampir 20 tahun di Pusat Kesehatan Desa Ujung Genteng, Kecamatan Ciracap, Sukabumi, Jawa Barat. Wilayah tugas Bidan Eulis merupakan wilayah pesisir, di mana jarak untuk menuju puskesmas dan puskesdes cukup jauh. Satu-satunya sarana transportasi ke sana adalah ojek. Kondisi akses jalan berbatu, jaringan listrik masih sulit terjangkau, dan sinyal telepon seluler tidak lancar. Bidan Eulis mendirikan rumah singgah persalinan dengan memberdayaan rumah warga di desa terpencil untuk dijadikan tempat persalinan yang layak. Selain itu, Bidan Eulis juga membuat program Ambulan Desa, yakni Dogong yang digunakan membawa pasien dengan menggandeng pengojek dan sopir pengakut hasil bumi. Kedua hal tersebut merupakan terobosan bidang kesehatan yang berbasis kemandirian warga. Berkat semangat keberdayaan warga, kini hampir tidak ada lagi kasus kematian ibu pada saat proses persalinan atau kematian bayi yang dilahirkan. Pada 15 Juli 2011, bidan Eulis mendapatkan penghargaan kesehatan Sang Teladan.

Referensi

Arsip Kompas
  • “Kesehatan Ibu-Anak (1): Mereka yang Bertugas di Daerah Tertinggal”. Kompas, 13 Maret 2007, hal 14.
  • “Kesehatan Ibu-Anak (3-Selesai): Upaya Menyelamatkan Hidup Ibu”. Kompas, 15 Maret 2007, hal 14.
  • “Kilas Ekonomi: Lima Peraih Danamon Award 2008”. Kompas, 16 Agustus 2008, hal 18.
  • “Sosok: Eros Rosita – Keteguhan Bidan Warga Baduy”. Kompas, 23 Januari 2018, hal 16.
  • “Menghadapi Persalinan dengan Tenang”. Kompas, 8 Agustus 2010, hal 17.
  • “Alami: Kelahiran adalah Keajaiban”. Kompas, 8 Agustus 2010, hal 17.
  • “Sosok: Robin Lim – Bidan Penyalamat Ibu dan Bayi”. Kompas, 21 Oktober 2011, hal 16.
  • “Dusun Terisolasi: Ketika Tandu Menjadi “Jembatan” Kala Sakit”. Kompas JATENG, 31 Juli 2009, hal 1.
  • “Sosok: Dewi Susila – Motor Pencegah HIV/AIDS”. Kompas, 3 Juli 2012, hal 16.
  • “Fokus: Tanpa Perempuan, Tak Ada Pembangunan”. Kompas, 23 Desember 2011, hal 1.
  • “Sosok: Kesih – Bidan Pemberdaya Masyarakat”. Kompas, 30 Desember 2011, hal 16.
  • “Sosok: Ni Nyoman Rai Sudani – Bidan Penyemangat KB Pria”. Kompas, 3 April 2014, hal 16.
  • “Ekspedisi Tanah Papua: Merawat Harapan dari Timur Nusantara”. Kompas, 25 Juni 2012, hal 1.
  • “Sosok: Agnes Barabara Kundimgo – Bidan Pelosok Boven Digoel”. Kompas, 29 Juni 2012, hal 16.
  • “Ekspedisi Tanah Air: Berjuang Keluar dari Daftar Sarang Penyakit”. Kompas, 30 Juni 2012, hal 24.
  • “Bidan Berdedikasi: Dari Ujung Genteng hingga Dolly”. Kompas, 27 Juli 2011, hal 1.
  • “Pemberdayaan Warga: Menangkal Kematian Ibu”. Kompas, 3 Oktober 2013, hal 13.