KOMPAS/ROBERT ADHI KUSUMAPUTRA
Patung dokter Joseph Batista Sitanala yang terletak di halaman depan Rumah Sakit Kusta Sitanala Tangerang ini, hari sabtu pagi (1/4/1989) diresmikan. Dokter J.B Sitanala adalah pelopor pemberantasan penyakit Kusta di Indonesia. Jumlah penderita kusta di indonesia menurut data tahun 1985, sebanyak 126.129 orang. Peresmian ditandai dengan pembukaan selubung yang menutupi patung seberat 950 kg oleh Ditjen Pelayanan medik Depkes dr. Sumarya Anirun. Patung itu dibuat oleh empat orang bekas penderita kusta.
Penyakit kusta (lepra) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Leprae yang menyerang kulit dan saraf tepi bagi penderitanya. Penyakit ini berkembang lambat dengan masa tunas 2–5 tahun. Penyakit ini sangat rentan menyerang pada mereka yang berusia remaja dengan pertimbangan masa tunas yang lama. Biasanya penyakit ini ditularkan melalui pernapasan atau kontak kulit yang lama (“Kusta Terus Hantui Warga Pesisir Jabar *Termasuk Provinsi Endemis Kusta di Indonesia”, Kompas Jabar, 07 Juli 2006)
Kuman penyebab kusta tersebut, ditemukan oleh Gerhard Armauer Hansen pada tahun 1873. Masyarakat diimbau untuk melaksanakan gaya hidup bersih dan sehat supaya tidak tertular penyakit kusta. Selain upaya pemulihan secara medis, psikologis, pemberdayaan dalam hal kemampuan kemandirian, sosial, serta pendidikan sudah menjadi program pusat-pusat pelayanan kesehatan bagi penyandang kusta. Rumah sakit pertama yang dikhususkan untuk pusat rehabilitasi penderita kusta adalah Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala.
Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala berada di Jalan Dokter Sitanala, Sewan, Neglasari, Kota Tangerang, Banten. RSK Dr. Sitanala dibangun di atas lahan seluas 54 hektar. Sebagian besar penderita kusta dari seluruh Indonesia datang berobat ke rumah sakit yang berada di perbatasan antara Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, dan Jakarta Barat itu. RSK Dr. Sitanala diresmikan pada 28 Juli 1951 oleh Ny Rachmi Hatta, istri wakil presiden pertama RI, Mohammad Hatta (“Rumah Sakit Khusus: Sepenggal Cerita Kasih di Sitanala”, Kompas, 25 April 2016)
Hampir seluruh penderita dan mantan penderita kusta menutup diri. Hal ini disebabkan, adanya stigma bahwa penyakit kusta bisa menular dengan mudah ditambah cacat fisik yang terlihat memicu perlakuan berbeda atau diskriminasi terhadap penderita dan mantan penderitanya. Namun, stigma tersebut berubah saat tamu istimewa berkunjung dan membaur dengan penderita dan mantan penderita. Tamu istimewa tersebut adalah Putri Diana dari Kerajaan Inggris dan Marc van Rysselberghe Duta Besar Belgia.
Putri Diana dari Kerajaan Inggris berkunjung ke RSK Dr. Sitanala pada 4 November 1989. Putri Diana tidak canggung untuk berbincang dan menggenggam tangan pasien. Putri Diana berkeliling RSK Dr. Sitanala ditemani oleh dr MR Teterissa, MPH. Putri Diana ikut berpartisipasi dalam permainan tradisional Inggris (lawn ball), yang sejak tahun 1985 dipertandingakan di RSK Dr. Sitanala.
Marc van Rysselberghe Duta Besar Belgia mengunjungi RSK Dr. Sitanala pada 15 November 1993. Kunjungannya tersebut dalam rangka merayakan Koningsdag atau Hari Raja. Hari Raja atau Koningsdag sengaja diselenggarakan di RSK Dr. Sitanala, dengan harapan para pasien/mantan penyandang kusta di rumah sakit itu dapat bersantap siang bersama Duta Besar Belgia, Marc Van Rysselberghe dan rombongan.
KOMPAS/MYRNA RATNA
Putri Diana dan Pangeran Charles dari Kerajaan Inggris berkunjung ke Rumah Sakit Kusta Sitanala. Putri Diana menanam pohon di RSK Sitanala.
KOMPAS/JULIAN SIHOMBING
Putri Diana mengunjungi RS Sitanala Tangerang bersama dr. MR Teterissa disampingnya sedang menyapa dan berjabat tangan dengan pasien kusta.
KOMPAS/JULIAN SIHOMBING
Putri Diana dari Inggris mengunjungi RS Kusta, Sitanala, Tangerang, 4 November 1989.
KOMPAS/JULIAN SIHOMBING
Putri Diana melakukan permainan lawn ball di Rumah Sakit Kusta Sitanala (04/11/1989). Putri Diana tampak gembira sewaktu bola yang digulirkan nyaris menyentuh bola yang sudah digulirkan oleh dr MR Teterissa.
KOMPAS/MOHAMMAD NASIR
Duta Besar Belgia, Marc Van Rysselberghe, bergembira bersama sedikitnya 1.500 orang, terdiri atas para pasien kusta, bekas penderita kusta yang tinggal di perkampungan Sitanala, serta seluruh pegawai rumah sakit itu, pada peringatan Hari Raja atau Koningsdag Belgia, di Gedung Olah Raga Rumah Sakit Kusta Sitanala, Tangerang, hari Senin, 15 November 1993.