Foto | Kesehatan

Menjaga Kesehatan Jiwa

Kesehatan jiwa adalah kondisi di mana individu berkembang dan menyadari kemampuannya, bisa mengatasi tekanan, bekerja secara produktif dan memberi kontribusi bagi komunitasnya. (WHO)

KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Ratusan simpatisan mengajak warga tersenyum sambil melepaskan balon dalam kampanye Gerakan Mari Tersenyum yang digelar Himpunan Psikologi Indonesia di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Rabu (10/10/2012). Gerakan tersenyum adalah salah satu cara mencegah depresi yang diadakan untuk memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia.

Setiap tanggal 10 Oktober dunia memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia. Peringatan ini digagas pertama kali pada tahun 1992 oleh Wakil Sekretaris Jenderal World Federation for Mental Health (WFMH) Richard Hunter. WFMH adalah organisasi internasional untuk meningkatkan pemahaman tentang kesehatan mental dunia.

Di Indonesia, masalah kesehatan jiwa belum mendapat perhatian yang serius seperti halnya dengan kesehatan fisik. Masih ada kesenjangan baik itu dari segi penanganan maupun fasilitas pelayanan kesehatan jiwa yang dapat diakses oleh masyarakat.

Pemahaman akan arti kesehatan jiwa juga belum sepenuhnya dimengerti oleh masyarakat, yang hanya mengganggap kesehatan jiwa adalah suatu penyakit gangguan jiwa. Padahal, kesehatan jiwa itu sendiri memiliki arti yang lebih luas di mana ada kesadaran akan perkembangan dan kemampuan diri, bisa bekerja dengan produktif dan mengatasi tekanan sehingga bisa memberikan kontribusi untuk lingkungannya.

Ada kalanya, individu tidak mampu untuk mengelola dan memahami kemampuan diri sehingga mengalami stres, depresi, dan gangguan jiwa. Banyak faktor pemicu stres dan depresi, misal tuntutan pekerjaan yang terlalu berat, tekanan ekonomi, sosial, dan mental hingga faktor lingkungan. Apabila hal ini diabaikan, ada kalanya bisa berakhir dengan bunuh diri.

Mengelola stres dapat dilakukan dengan melakukan aktivitas yang dapat menenangkan jiwa. Kesadaran sedini mungkin akan kondisi diri mengurangi resiko mengalami gangguan jiwa. Berolahraga, menyalurkan hobi, berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman atau komunitas tertentu akan sangat membantu mengelola kesehatan jiwa.

Namun, ada kalanya gangguan jiwa tak dapat terelakkan. Dibutuhkan pelayanan kesehatan jiwa baik itu secara medis maupun secara terapi mental. Stigma dan diskriminasi terhadap penderita gangguan jiwa yang lebih dikenal dengan istilah ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa) perlu dihilangkan.

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Warga menyalakan lilin sebagai bentuk kepedulian terhadap orang dengan skizofrenia dalam puncak acara Hari Kesehatan Jiwa Sedunia di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Jumat (10/10/2014) malam.

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Warga mengikuti kegiatan meditasi yang diselenggarakan oleh komunitas meditasi Tergar Indonesia di Jakarta, Kamis (6/2/2020). Melakukan meditasi adalah salah satu cara untuk menjaga kesehatan mental seseorang.

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Anggota komunitas line dance Happiness berlatih di Taman Lansia, Bandung, Jawa Barat, Rabu (5/2/2020). Menurut anggota komunitas yang terdiri dari anak muda hingga orang tua itu, line dance memberikan asupan bahagia secara fisik dan mental kepada mereka.

KOMPAS/ELOK DYAH MESSWATI

Paguyuban Penyembuhan Alternatif Indonesia di Jakarta, Selasa (18/1/2005) mengadakan terapi tertawa. Belasan anggota paguyuban turut tertawa bersama di bawah pengawasan pelatih Armand Archisaputra, pendiri Klub Tawa Seuri Euy. Terapi tertawa bisa mencegah serangan jantung disamping untuk kesehatan jiwa dan raga. Seperti hasil penelitian dari Dr.M. Miller, Direktur Centre for Preventive Cardiology Maryland Medical Centre Baltimore AS.

KOMPAS/MARIA HARTININGSIH

Kesehatan jiwa berperan penting dalam kesehatan manusia secara keseluruhan. Seseorang yang merasa bahagia, memiliki dan dimiliki, serta bermakna dalam hidupnya, niscaya kesehatannya juga akan terjaga. Namun, masih banyak yang kesehatan jiwanya terganggu sehingga memerlukan bantuan seperti di Rumah Sakit dr Radjiman di Lawang, Malang.

KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH

Anak-anak pengungsi sudah lebih ceria terutama setelah mendapatkan terapi trauma dari tim psikososial yang dipimpin oleh aktivis anak Kak Seto di posko pengungsian di Masjid Jami’ Al Istiqamah Rhieng, Kecamatan Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh, Kamis (15/12/2016). Sembilan hari pasca gempa Aceh, kondisi psikologi anak-anak secara umum mulai membaik. Pemerintah diharapkan mendukung perkembangan positif itu dengan segera membangun infrastruktur, terutama membantu pembangunan kembali rumah warga yang rusak. Hal ini untuk semakin menguatkan jiwa anak-anak maupun para orang dewasa yang terdampak gempa Aceh.

KOMPAS/RIZA FATHONI

Komunitas Yoga Gembira melakukan kegiatan senam yoga bersama di Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (19/8/2018). Selain dapat menguatkan, menyehatkan dan merelaksasi otot, sendi dan tulang, yoga juga dilakukan untuk menenangkan jiwa.

KOMPAS/RUNIK SRI ASTUTI

Nur Rohmania, perajin aksesori, mengajari orang dengan gangguan jiwa membuat kerajinan bunga dari bahan manik-manik di Panti Rehabilitasi Mental Al Hafizh, Desa Suko, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (8/10/2016).

KOMPAS/RUNIK SRI ASTUTI

Khotim (46) merajut keset dengan pendampingan Kopisemel di depan Poli Curhat Puskesmas Krian, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (1/10/2020).

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Pasien penderita gangguan jiwa psikotik menyantap makan siang di UPT Panti Karya, Kecamatan Mergangsan, Yogyakarta, Selasa (20/1/2015). Tempat rehabilitasi tersebut saat ini merawat 72 pasien penderita gangguan jiwa yang terus mendapatkan pengobatan rutin hingga dapat dikembalikan ke keluarga masing-masing.

KOMPAS/AYU SULISTYOWATI

Pengunjung tengah menikmati karya-karya orang dengan skizofrenia di Rumah Berdaya Denpasar, Bali, Sabtu (20/1/2018) sore. Rumah tersebut merupakan tempat rehabilitasi orang dengan skizofrenia melalui berkesenian, termasuk melukis dan menulis puisi. Beberapa dari mereka membaik dengan terapi seni ini dan menghasilkan karya lukisan hingga buku. Mereka membutuhkan pemberdayaan tak hanya sekadar pengobatan medis.

KOMPAS/RUNIK SRI ASTUTI

Penderita gangguan jiwa (berbaju hijau) mengikuti kegiatan senam pagi di Rumah Sakit Jiwa Menur, Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (29/7/2016). Senam merupakan salah satu bagian dari terapi pengobatan untuk pasien gangguan jiwa.

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO

Pengunjung melintas di depan lukisan karya orang dengan masalah kejiwaan yang dipamerkan di Kementerian Kesehatan, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Senin (11/10). Melukis merupakan salah satu kegiatan untuk menyalurkan emosi pengidap skizofrenia.

KOMPAS/ATIKA WALUJANI M

Para pasien gangguan psikotik di Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan Jakarta, bersiap untuk makan siang. Selain pelayanan kesehatan jiwa di institusi, kini mulai diperkenalkan juga perawatan kesehatan jiwa di masyarakat.

KOMPAS/MEGANDIKA WICAKSONO

Pasien dengan gangguan jiwa berlatih berkebun di RSUD Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (9/10/2020). Pasien sedang memindahkan bibit.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Orang dengan gangguan jiwa mengaji bersama Ustaz Risqi (kiri) di panti rehabilitasi disabilitas mental Yayasan Jamrud Biru, Kota Bekasi, Jawa Barat, Minggu (21/10/2018).

KOMPAS/ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN

Beberapa orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), pasien Rumah Sakit Jiwa Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang, Malang, Jawa Timur, bersama-sama melukis di Gedung Rehabilitasi RSJ Lawang, Senin (28/5/2018). Melukis merupakan salah satu terapi yang bisa membantu pemulihan ODGJ. Lokakarya menggambar ini merupakan rangkaian dari Festival Bebas Batas yang digelar Direktorat Kesenian, Ditjen Kebudayaan Kemdikbud, bersama para pegiat seni dan kurator.

KOMPAS/PRIYOMBODO

Pasien gangguan jiwa yang dirawat di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1, Cengkareng, Jakarta Barat, berolahraga sebelum membersihkan kawasan Monumen Nasional, Jakarta Pusat, Rabu (3/12/2014). Sebanyak 50 orang dengan masalah kejiwaan tersebut diuji coba kerja lapangan dengan membersihkan lingkungan Monas. Mereka sebelumnya berkeliaran di jalanan Ibu Kota tanpa ada yang mengurus.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berjemur matahari pagi di panti rehabilitasi disabilitas mental Yayasan Jamrud Biru, Kelurahan Mustikasari, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat, Rabu (14/4/2021). Sebanyak 215 orang dengan gangguan jiwa di rawat di yayasan tersebut. Berbagai tekanan yang dihadapi manusia di tengah pandemi Covid-19 menyebabkan kerentanan pada kesehatan jiwa. Sayangnya, hingga kini risiko kesehatan jiwa belum menjadi prioritas dalam upaya penanggulangan Covid-19 di masyarakat. Pandemi Covid-19 tidak hanya menyebarkan virus korona, tetapi juga kecemasan dan berbagai masalah kesehatan jiwa di masyarakat. Laporan WHO menyebut banyak orang stres karena dampak kesehatan akibat korona dan konsekuensi dari karantina.

Foto lainnya dapat diakses melalui http://www.kompasdata.id/
Klik foto untuk melihat sumber.