KOMPAS/WISNU WIDIANTORO
Penampilan salah satu grup gong kebyar dalam Pesta Kesenian Bali 2018 di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Denpasar, Selasa (10/7/2018). Gong kebyar adalah bentuk gamelan asal Bali yang mencerminkan semangat kebaruan dan kebebasan.
Indonesia memiliki berbagai suku yang tersebar di berbagai pulau dari Sabang sampai Merauke. Karena adanya berbagai kebudayaan tersebut, alat musik tradisional tiap-tiap daerah pun berbeda dan memiliki ciri khas masing-masing.
Alat musik tradisional biasanya mengiringi acara budaya dan adat setempat seperti ritual syukuran panen, pertemuan warga, keagamaan, pernikahan, dan juga hiburan lokal warga.
Angklung, gamelan, tifa, kecapi, kolintang, dan sasando adalah beberapa alat musik tradisional khas Indonesia yang sudah terkenal hingga ke mancanegara.
Sayangnya, banyak alat musik tradisional yang terancam punah. Sebagian besar penyebabnya karena kurangnya kepedulian daerah, minimnya dana, dan keterbatasan waktu revitalisasi. Selain itu, minat generasi muda untuk mempelajari dan melestarikan kegiatan budaya tersebut sangat kurang, karena dianggap kuno dan tidak mengikuti perkembangan zaman.
J Kunst, etnograf asal Belanda, pernah meneliti lagu dan musik instrumental pada suku-suku di Pulau Flores. Hasilnya diterbitkan di Leiden pada 1942. Dari Pulau Flores saja, ia mengumpulkan 200 nyanyian dan menemukan 59 jenis instrumen musik yang berbeda. Sasando merupakan salah satu dari alat musik yang pernah dikaji Kunst.
Saung Angklung Udjo yang didirikan Udjo Ngalagena pada tahun 1966, berhasil memopulerkan angklung menjadi obyek wisata pertunjukan yang mendunia. Kelompok pemain Saung Angklung Udjo kerap mementaskan angklung di sejumlah negara, hingga meraih penghargaan internasional.
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menetapkan alat musik tradisional angklung sebagai Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritage) pada November 2010 dan gamelan pada Desember 2021. Ini merupakan pengakuan dunia untuk identitas budaya khas Indonesia yang harus terus dilestarikan.
Dibutuhkan kepedulian dan komitmen pemerintah daerah asal dan antusiasme masyarakat untuk melestarikan kesenian daerah berserta alat musik tradisionalnya, supaya generasi penerus masih bisa menyaksikan keragaman warisan budaya Indonesia lewat alat musik tradisionalnya.
Berikut adalah berbagai alat musik tradisional Indonesia yang terekam dalam Arsip Kompas.
KOMPAS/RUDY BADIL
Memang alat yang dimainkan lelaki itu alat musik, bukan pipa tembakau. Keledi, terbentuk dari rangkuman buluh berlubang untuk pengubah bunyi, serta dilengkapi semacam buah berkulit keras untuk udara keluar masuk. Keledi, salah satu alat musik suku bangsa Daya Kayan di Mendalam – Kapuas Hulu Kalimantan Barat, cukup unik cara memainkannya. Alat itu mutlak berbunyi, apalagi udara dimasukkan. Jadi, keledi dimainkan bukan dengan dihembus, melainkan udara disedot dan menggeletarkan bunyi merdu.
KOMPAS/JOHNNY TG
Rampak Kendang Brimob pada peringatan HUT ke-54 Polri di Lapangan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Sabtu (1/7/2000). Kendang adalah gendang yang merupakan alat musik tradisional yang digunakan dalam kesenian-kesenian Jawa.
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
Seorang pemusik tradisional dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tengah memainkan alat musik khas NTT, sasando rote, yang ikut ditampilkan dalam Pameran dan Bakti Sosial Usaha Mikro Perekonomian Rakyat 2004 di Gedung World Trade Centre, Surabaya, Senin (28/6/2004). Ikut ambil bagian dalam pameran tersebut puluhan usaha mikro rakyat dari berbagai daerah di Indonesia yang merupakan binaan dari berbagai perusahaan besar.
KOMPAS/PRIYOMBODO
Workshop pembuatan alat musik tradisional kunru-kunru dari janur oleh komunitas Suku Kajang, Bulukumba, Sulawesi Selatan berlangsung di Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat (18/11/2005). Kunru-kunru biasa dimainkan oleh anak-anak desa setempat saat mengembala dan menjaga tanaman padi.
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG
Siswa SD berlatih musik tradisional Sejumlah siswa SDN Gunung Simping I, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, sedang berlatih memainkan tok-tok, alat musik tradisional Cilacap yang berbentuk kenthongan, Minggu (7/8/2005). Kegiatan ini dilakukan untuk menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI.
KOMPAS/KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Endang Sugriwa (44) memainkan alat musik tradisional karinding di Saung Udjo, Padasuka, Kota Bandung, Kamis (17/7/2008). Karinding merupakan alat musik masyarakat petani di Jawa Barat yang dahulu dimainkan di sawah dan diyakini bisa mengusir hama. Akan tetapi, saat ini semakin sedikit generasi muda yang mengenali alat musik ini.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Anak-anak bermain angklung pada peresmian Festival Dunia Bambu di Museum Jawa Tengah Ronggowarsito, Kota Semarang, Senin (10/8/2009). Pada festival tersebut, selain menampilkan sisi ekonomis bambu sebagai benda kerajinan, ditampilkan pula kesenian yang berbasis bambu.
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
Bapontar Ansambel Kolintang menggelar pentas musik di Bentara Budaya Jakarta, Selasa (20/8/2013). Pentas ini merupakan eksplorasi untuk mengangkat musik kolintang sebagai bagian dari jiwa orang Minahasa yang mampu mendunia.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Pemain Serunai yang tergabung dalam Komunitas Senang Seni Batak (Kossba) berlatih Gondang Bolon di Lapo Toba Tabo, Jalan Dr Saharjo, Manggarai, Jakarta, Rabu (16/1/2013).
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI
Warga memetik dawai kecapi ciremai di kaki Gunung Ciremai, di Desa Seda, Kecamatan Mandirancan, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Senin (30/5/2016). Kecapi ciremai merupakan karya sejumlah seniman kecapi di Kuningan. Selain sebagai alat musik, kecapi yang dilengkapi dawai hingga 20 tali itu juga dirancang sebagai media terapi untuk menstabilkan emosi pendengarnya.
KOMPAS/IRENE SARWINDANINGRUM
KOMPAS/AYU SULISTYOWATI
Gus Teja pelestari musik seruling Bali, memainkan suling di kediamannya, di Bali, Minggu (2/7/2017).
KOMPAS/NAWA TUNGGAL
Kendang kecil atau disebut tihar yang ditabuh para perempuan penari Likurai. Kendang kecil atau disebut tihar yang ditabuh para perempuan penari likurai di Festival Fulan fehan, Sabtu (28/10/2017) di padang savana Fulan fehan, Belu, Nusa Tenggara Timur.
KOMPAS/PRIYOMBODO
Personel grup dambus Sinar Pinang Jaya, pemain dambus Sulaiman Syachman (tengah), pemain gendang Pirhantono (kanan), dan pemain tamborin Sukini alias Ros. Dambus adalah alat musik etnik Bangka yang bentuknya menggambarkan hewan secara utuh dari kepala, perut, hingga ekor.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Permainan alat musik Talempong Diatonis taua disebut Talempong Goyang mengiringi salah satu acara prosesi akad nikah di Padang, Sumatera Barat, Jumat (16/2/2018). Talempong Goyang sering dipadukan dengan alat musik moderen untuk mengiringi lagu-lagu Pop Minang dengan irama ceria.
KOMPAS/MOHAMMAD HILMI FAIQ
Siprianus Gung (50), saat memainkan sape dua dawai mengiringi tarian sakral Lalang Buko dalam rangkaian ritual Dange Inkulturasi di Desa Datah Diaan, Kecamatan Putrussibau Utara, Putussibau, Kalimatan Barat, Sabtu (21/4/2018). Sape adalah alat musik petik dari Suku Dayak Kayaan, bentuknya seperti gitar namun tidak ada lubang untuk menggaungkan bunyi petikan senarnya.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Jonas Silooy (kanan) tengah mengajari anak didiknya memainkan alat musik tifa di Sanggar Booyratan, miliknya di Ambon, Maluku, Sabtu (29/9/2018). Tifa merupakan salah satu alat musik yang menjadi identitas kultural masyarakat Maluku dan Papua.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Pemain orkes gamelan memainkan musik tradisional di Museum Prabu Geusan Ulun, Sumedang, Jawa Barat, Minggu (23/6/2019). Gamelan ini dulunya pernah dimainkan Kelompok Gamelan Sari Oneng Parakansalak yang menjadi pengiring peresmian menara Eiffel Paris pada tanggal 3 Maret 1889. Pekerja Parakan Salak yang tergabung dalam Gamelan Sari Oneng ini menjadi semacam duta budaya Hindia Belanda dan berkeliling dunia diantaranya ke Amsterdam exposition 1883, Paris exposition 1889 dan Columbian exposition di Chicago 1893.
Referensi
- “42 Alat Musik Tradisional Terancam Punah”, Kompas Jawa Barat, 29 Mei 2009, hlm 9 (I).
- “Kesenian Tradisional: Regenerasi Minim Picu Kepunahan”, Kompas Jawa Barat, 30 Juni 2009, hlm 7 (G).
- “Musik Etnik: Kaya Alat Musik, Lupa Konservasi”, Kompas, 10 Desember 2010, hlm 23.
- “Pengakuan Warisan Budaya Bisa Dicabut * UNESCO Mengawasi Pengembangan Budaya”, Kompas, 20 Januari 2011, hlm 12.
- “Gong Kebyar Mendunia * Masuk dalam Kurikulum Etnomusikologi”, Kompas, 10 November 2014, hlm 12.
- “Musik Tradisi: UNESCO Akui Gamelan Jadi Warisan Budaya Tak Benda”, Kompas, 16 Desember 2021, hlm 5.
- Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994/1995. Album Alat Musik Tradisional. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
- Soewito M, DS. 1996. Mengenal Berbagai Alat Musik. Jakarta: Titik Terang