KOMPAS/Purnama Kusumaningrat
Menhankam/Pangab Jenderal M. Jusuf menemui prajurit saat berkunjung ke asrama batalyon Linud 330 Bandung (17/11/1978). Dalam kesempatan itu Pangab M Jusuf memerintahkan agar dilakukan perbaikan asrama di sana.
KOMPAS/Dudy Sudibyo
Karier M Jusuf
Pangdam XIV/Hasanuddin (1959-1964)
Menteri Perindustrian Ringan (1965)
Menteri Perindustrian Dasar (1966)
Menteri Perindustrian Dasar/Ringan (1966)
Menteri Perindustrian Dasar, Ringan dan Tenaga (1966)
Menteri Perdagangan (1967)
Menteri Perindustrian (1968-1978)
Menteri Pertahanan/Panglima ABRI (1978-1983)
Kepala Bepeka (1983-1993)
Jenderal M Jusuf adalah Menteri Pertahanan merangkap Panglima ABRI pada kurun waktu 1978 sampai 1983. Tidak seperti kebanyakan panglima lainnya yang menduduki jabatan tersebut melalui jalur karier militer. M Jusuf sebelumnya menjabat Menteri Perindustrian. Ia adalah perwira Angkatan Darat yang lama berkarya sebagai menteri di sektor Industri.
M Jusuf yang lahir di Bone, 23 Juni 1928 merupakan keturunan bangsawan Bugis. Dikenal sebagai sosok yang sederhana dan unik. Ketika diangkat menjadi Menhankam/Pangab, M Jusuf menolak rumahnya dijaga dan dibangunkan pos jaga . Untuk pakaian dinas, sebagai Panglima, M Jusuf lebih senang menggunakan pakaian dinas harian (PDH) dengan kain standar ABRI. Bukan kain mahal yang dikenakan sejumlah perwira tinggi. Dan di pakaian dinasnya hanya menempel tanda wing penerjun di dada sebelah kiri dan tanda kepanglimaan di sebelah kanan.
Yang mengherankan, jarang sekali ia mengenakan pakaian dinas lapangan (PDL) lengkap. Tidak pernah satu kali pun M Jusuf membawa pistol yang merupakan standar seorang perwira. Seingat banyak perwira yang pernah bertugas di Sulawesi Selatan, sewaktu menjabat Pangdam Hasanuddin dan inspeksi ke daerah rawan M Jusuf tidak pernah membawa pistol atau senjata apapun.
Selama menjabat Menhankam/Panglima ABRI waktunya banyak dihabiskan ke daerah-daerah untuk mengunjungi para prajurit dan keluarganya di asrama dan prajurit yang bertugas di satuan-satuan terkecil. Dengan gayanya yang khas ia selalu menyempatkan berdialog. Bertanya hal-hal kecil menyangkut kebutuhan dasar mereka. Bila ada kebutuhan yang dirasa kurang atau asrama yang sudah tidak layak, M Jusuf segera memberi perintah kepada Asisten Logistik Hankam Laksamana Muda Rudolf Kasenda. Dan yang diberi perintah tanpa bertanya-tanya mengambil buku catatan dan menulis apa komitmen Menhankam yang harus dikerjakan.
Melalui program ABRI Masuk Desa (AMD), Jenderal M Yusuf juga berhasil merealisasikan kemanunggalan ABRI dengan rakyat. Program yang dimulai September 1980 itu berupa kegiatan para prajurit turun langsung ke masyarakat, bahu membahu membangun atau memperbaiki berbagai infrastruktur seperti, jalan, jembatan, irigasi, sekolah bahkan penghijauan. Menurutnya arti dan makna yang lebih penting dari AMD yang tidak ternilai harganya dengan uang adalah terikatnya rasa kesetiakawanan ABRI dengan rakyat, sehingga akan memudahkan dalam melaksanakan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta atau dulu sering dikenal dengan istilah HANKAMRATA.
M Jusuf juga salah seorang pelaku sejarah Super Semar (Surat Perintah Sebelas Maret). Dimana pada tanggal 11 Maret 1966, ia yang saat itu menjabat Menteri Industri Dasar bersama Menteri Veteran dan Demobilisasi Mayjen Basuki Rachmat dan Pangdam V/Jaya Amirmachmud menemui Presiden Soekano untuk menyampaikan pesan dari Men/Pangad Letjen Soeharto agar memberikan kewenangan kepadanya untuk memulihkaan situasi keamanan dan politik yang panas akibat peristiwa pembunuhan para Jenderal pada malam 30 September 1965. Sebuah peristiwa yang diduga dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Dimana Surat Perintah 11 Maret 1966 tersebut akhirnya menjadi legitimasi perubahan kepemimpinan dari Presiden Soekarno kepada Soeharto. Sekaligus merubah politik dari Orde Lama menjadi Orde Baru.
Kecintaan rakyat kepada Jenderal M Jusuf nampak ketika acara pelepasannya sebagai Panglima ABRI di Parkir Timur Senayan pada 31 Maret 1983. Acara yang diisi dengan parade dan defile dari berbagai unsur ABRI itu dihadiri ribuan anggota masyarakat. Mereka berbondong-bondong datang untuk menyaksikan acara pelepasan tersebut dan agaknya ingin mengucapkan perpisahan kepada Sang Jenderal. Saat acara tersebut berakhir Jenderal M Jusuf dengan bersusah payah masuk ke mobil karena banyak anggota masyarakat berdesak-desakan untuk bisa bersalaman dengannya. Teriakan “Hidup M Jusuf, Hidup M Jusuf ” terdengar diselingi riuh tepuk tangan.
KOMPAS/Purnama Kusumaningrat
Dalam isnpeksinya di asrama kompi Yon 141 Palembang, Menhankam/Pangab Jenderal M. Jusuf mengamati seragam lapangan seorang prajurit infantri yang ternyata dibelinya sendiri.”Jangan kamu membeli sendiri. Ini ‘kan mahal dari sutera lagi pula panas dipakainya,” katanya menegur. Sang prajuritpun yang berusia 20 tahun membisu. Masalah perlengkapan bukan hanya menyediakan anggaran, tapi juga disiplin untuk tidak ingin lain dari yang lain.
KOMPAS/August Parengkuan
Menteri Pertahanan Keamanan/Panglima ABRI M Jusuf memeriksa pasukan polisi pada Januari 1979. Di mana waktu itu Polri masih menjadi satu dengan ABRI.
KOMPAS/Ansel Da Lopez
Menhnkam/Pangab Jenderal M. Jusuf meninjau pelaksanaan ABRI Masuk Desa (AMD) “Manunggal V” di daerah Sumatera Utara (2/9/1981). Tampak dalam gambar Jenderal Jusuf ketika meninjau pembangunan tanggul sepanjang 300 meter di desa Dolokmasihul, Kabupaten Deli Serdang. Dengan tanggul ini diharapkan areal perkebunan terhindar dari banjir, dan selain itu dapat menyelamatkan 900 hektar tanaman rakyat. Meskipun demikian Jenderal Jusuf minta supaya program AMD ini jangan dilihat dalam bentuk pembangunan fisik semata-mata. Tetapi sebagai suatu usaha yang lebih dalam dan luas lagi. Yakni untuk meningkatkan kemampuan ketahanan nasional, dengan terus memeratakan pengertian dan keyakinan mengenai wajib bela negara dan kesadaran bernegara dalam arti yang seluas-luasnya. Di belakang Menhankam/Pangab nampak Pangkowilhan I Letjen Susilo Sudarman.
KOMPAS/Tumbur Sihotang
Menhankam/Pangab Jenderal M Jusuf, Kamis (3/6/1982) meninjau proyek AMD Manunggal VIII berupa pembangunan saluran air di Karanganyar, Jawa Tengah.
KOMPAS/Ansel Da Lopez
“Kalau sudah besar kau mau jadi apa”? “Mau jadi Jendral pak,” jawab anak ini yang membuat Jendral Jusuf tersenyum sambil mengusap kepalanya. “Pak Jusuf….. oom Jusuf…… pak oom Jusuf,” seru anak-anak prajurit Kopasandha ini ketika Jendral Jusuf mengunjungi Markas Korps Baret Merah di Cijantung, Jakarta (12/11/1979)
KOMPAS/August Parengkuan
Menhankam/Panglima ABRI Jendral M. Jusuf meninjau dapur yang diselenggarakan penduduk desa untuk prajurit yang sedang melakukan AMD di Desa Karangredja Kecamatan Wungu Madiun (5/9/1981).
KOMPAS/Kartono Ryadi
Seusai upacara resmi pelepasan bekas Menhankam/Pangab Jenderal M.Jusuf di Lapangan Parkir Timur Senayan Kamis pagi (31/3/1983), masyarakat berbondong-bondong menyerbu Jenderal Jusuf.”Hidup Pak Jusuf”, Hidup Pak Jusuf.demikian antara lain terdengar teriakan masyarakat. Para pengawal cukup bekerja keras untuk membebaskan Jenderal Jusuf dari kerumunan masyarakat
KOMPAS/Dudy Sudibyo
Pada acara pelepasan Menhankam/Pangab Jenderal M. Jusuf di Lapangan Parkir Timur Senayan Kamis pagi (31/3/1983), rakyak bercampur baur dengan anggota ABRI. Tampak warga berfoto bersama dengan anggota TNI Angkatan Darat.
Sumarkidjo, Atmadji. Jenderal M Jusuf, Panglima Para Prajurit. Kata Hasta Pustaka, 2006
Kompas, 23 Agustus 1980. Satuan ABRI Seluruh Kodam Masuk Desa
Kompas, 2 September 1980. ABRI Masuk Desa untuk Kesetiakawanan dengan Rakyat
Kompas, 2 April 1983. Isi dan Suasana Pelepasan Jenderal Jusuf dan Laksamana Sudomo
Foto lainnya dapat diakses melalui http://www.kompasdata.id/
Klik foto untuk melihat sumber.