KOMPAS/Dudy Sudibyo
Dr Haryono Suyono yang saat itu menjabat Deputi III BKKBN memberi penjelasan kepada para perwakilan negara-negara asing dalam Pameran Visuil Program Nasional Keluarga Berencana di Bina Graha, Jakarta (30/9/1977).
Dewasa ini setiap keluarga di Indonesia pada umumnya hanya memiliki dua anak. Perubahan pola pikir lama masyarakat, dari banyak anak banyak rezeki menjadi keluarga kecil bahagia dan sejahtera tidak lepas dari kampanye program Keluarga Berencana (KB) yang giat dilakukan sejak tahun 1970-an.
Salah seorang tokoh yang sangat menonjol dalam gerakan KB di Indonesia ialah Profesor Haryono Suyono. Ia adalah Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 1983 sampai 1993, Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN 1993–1998, Menko Kesra dan Taskin dan Kepala BKKBN tahun 1998, dan menjadi Menko Kesra dan Taskin 1998–1999.
Sejak berkarier di BKKBN tahun 1973 sebagai Pejabat Deputi Bidang Keluarga Berencana ia sudah menjadi motor penggerak program KB. Bicara kesana-kemari memberi ceramah, memberi penjelasan dan motivasi program instansinya kepada para petugas KB, kepada instansi-instansi lain dan di hadapan masyarakat. Dia juga berbicara di forum-rorum internasional dan aktif di badan dunia PBB.
Dalam pelaksanaan “MengKB-kan masyarakat dan memasyarakatkan KB” terutama dalam aspek pembatasan kelahiran dan penggunaan kontrasepsi Haryono lincah “memanfaatkan” semua peluang sebagai pejabat. Ia menggalang kerja sama dengan berbagai departemen/instansi dalam hal menyusun kebijakan. Mengembangkan programnya seakan-akan menjadi program sektor lain dan membuat aksi bersama dengan berbagai pihak.
Dengan program nyata yang dibuatnya seperti, Safari KB, Program KB Lingkaran Biru, Program KB Lingkaran Emas, dan Gebrakan Pendidikan KB Massal, BKKBN mampu meningkatkan kepesertaan peserta KB dan menekan jumlah penduduk di Indonesia.
Lahir di Pacitan, Jawa Timur, 6 Mei 1938, Haryono Suyono yang pernah gagal menjadi dokter akhirnya kuliah di Akademi Statistik. Pada awal tahun 1960-an, dengan ijazah sarjana muda bekerja di Biro Pusat Statistik (BPS). Tidak hanya ingin melihat data-data permasalahan besar di Indonesia tetapi ingin ikut menyelesaikannya, Haryono mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat. Gelar master dan doktor bidang sosiologi dicapainya dalam waktu tiga tahun tiga bulan di Universitas Chicago, Illinois.
Kesempatan menjadi pejabat di BKKBN diperoleh ketika ketua BKKBN pertama dr Soewardjono Soerjaningrat bertemu dengannya di Amerika Serikat dan menawarkan untuk membantu di lembaga yang waktu itu masih dalam proses pembentukan.
Atas kerja keras dan konsistensinya selama di BKKBN, pria yang hobi membaca buku drama yang happy ending dan buku sains futuristik ini akhirnya program KB di Indonesia beberapa kali mendapat pengakuan dan penghargaan internasional bahkan dijadikan contoh buat negara-negara lain.
KOMPAS/Irwan Julianto
Dr Haryono Suyono saat diambil sumpahnya menjadi Kepala BKKBN (20/4/1983).
KOMPAS/Sani Sanusi
Kepala BKKBN Haryono Suyono pada acara pertemuan dengan pramuka yang tergabung dalam satuan Saka Pramuka Kencana yang bergerak dalam kegiatan KB di Lubuk Pakam, Sumatera Utara (5/1/1985). Dalam pertemuan itu generasi muda menyatakan ketekatan bulat untuk mendukung kegiatan Keluarga Berencana.
KOMPAS/JB Suratno
Kepala BKKBN Dr Haryono Suyono ketika jumpa pers di Bina Graha (5/4/1986). Dalam kesempatan itu, ia menjelaskan akan menggunakan lagu-lagu dangdut sebagai media kampanye kondom di Indonesia.
KOMPAS/Diah Marsidi
Kepala BKKBN Haryono Suyono dalam safari PPKBD di Nganjuk, Jawa Timur (5/7/1986) memanggil ibu-ibu untuk diwawancarai. Salah seorang yang diwawancara ialah Ny Murah, seorang dukun anak, yang menceritakan penurunan jumlah ibu melahirkan yang ditolong setiap bulannya.
KOMPAS/Pat Hendranto
Bayi Kelima Milyar, Eko Prasetyo Milyardi, digendong ibunya Sarmastuti, diapit Gubernur Jabar Yogie SM dan Menko Kesra Alamsyah Ratu Perwiranegara serta kepala BKKBN Haryono Suyono (kanan). Pemberian nama bayi kelima milyar itu dilakukan di desa karangkertak, Indramayu (3/8/1987).
KOMPAS/Bambang Sukartiono
Kepala BKKN Haryono Suyono mendampingi Presiden Soeharto melihat produk kondom setelah meresmikan pabrik kondom pertama di Indonesia dan terbesar di Asia Tenggara di Pameungpek, Bandung (25/2/1987).
KOMPAS/Kartono Ryadi
Kepala BKKBN Haryono Suyono dan Gubernur DKI Wiyogo Atmodarminto pada acara peluncuran kampanye Keluarga Berencana Mandiri serta memperkenalkan logo Lingkaran Biru dengan pemasangan spanduk raksasa di gedung Sarinah, Jakarta (27/11/1987).
KOMPAS/Hasanuddin Assegaff
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terpilih menjadi salah satu dari tujuh organisasi yang mendapat penghargaan Asian Institute of Management (AIM), Manila Filipina. BKKBN mendapat perhargaan The Asian Management Awards di bidang manajemen operasi. Enam organisasi lain yang mendapatkan penghargaan adalah PT Astra International (bidang manajemen sumber daya manusia dan manajemen umum), Bank Bali (bidang manajemen SDM dan teknologi informasi), Dancos Laboratories dan Charoen Pokphand Indonesia (bidang manajemen keuangan), serta Great River Pineapple Company (Bidang manajemen pemasaran). Penyerahan penghargaan dilakukan Mendikbud Wardiman Djojonegoro (tengah) hari Rabu (31/8) di Hotel Hilton dan Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN Haryono Suyono menerima langsung penghargaan tersebut bagi lembaga yang dipimpinnya, disaksikan Chairman AIM Rachmat Saleh.
KOMPAS, 2 Desember 1979. DR Haryono Suyono, Merasa bahagia ketika dr Suwardjono menerima Bintang Mahaputera
KOMPAS, 20 Januari 1991. Lebih Jauh Dengan DR Haryono Suyono
KOMPAS, 22 Februari 1994. Dr Haryono Suyono: Keluarga Bahagia Sejahtera Prioritas Program Kependudukan
KOMPAS, 6 September 1994. Menihilkan “Hil yang Mustahal”
Foto lainnya dapat diakses melalui http://www.kompasdata.id/
Klik foto untuk melihat sumber.