KOMPAS/PAT HENDRANTO
Raja bola Pele (kanan) Selasa pagi kemarin diterima Presiden Soeharto di gedung utama Sekretariat Kabinet (11/12/1974). Pada pertemuan itu, Pele menghadiahkan selembar kaos bernomerkan angka 10, yaitu nomer yang dipakainya pada setiap pertandingan. Tidak ketinggalan pula medali kenang-kenangan yang diperolehnya sewaktu mengundurkan diri dari dunia persepakbolaan, diserahkan kepada Presiden Soeharto.
Fakta Singkat
Piala Dunia
- Tim All-Star dipilih oleh grup studi teknis (technical study group) yang terdiri dari jurnalis yang sebagian besar dari Eropa dan Amerika Selatan serta pakar sepak bola. Namun, sejak 1994, FIFA menambahkan skuad resmi yang dipilih oleh grup teknis FIFA.
- Dua pemain, yakni Franz Beckenbauer yang membela Jerman Barat dan mantan bek Timnas Brasil Djalma Santos masuk dalam tim all star.
- Beckenbauer masuk dalam tim all star pada Piala Dunia 1966, 1970, dan 1974. Sementara Santos memperkuat tim all star pada Piala Dunia 1954, 1958, dan 1962.
- Pele (Brasil), Diego Maradona (Argentina), Bobby Charlton (Inggris), dan Zinedine Zidane (Perancis), hanya dua kali masuk squad tim all star yang disusun FIFA.
- Presiden FIFA Jules Rimet yang menggagas dan mempelopori penyelenggarakan Piala Dunia merupakan pimpinan FIFA terlama, yakni selama 33 tahun.
Piala Dunia selalu menjadi ajang pembuktian bagi para pesepak bola dunia untuk memberikan penampilan terbaik mereka demi meraih trofi Piala Dunia. Pemain atau pelatih hebat yang mengangkat trofi tersebut bisa menjadi legenda sepak bola, apalagi tidak banyak tokoh sepak bola yang bisa memenangi trofi Piala Dunia kala menjadi pemain.
Federasi sepak bola dunia (FIFA) sebagai penyelenggara Piala Dunia dipastikan mengumumkan tim all star usai gelaran ajang tersebut. Tim ini merupakan gabungan pemain yang tampil gemilang selama perhelatan ajang empat tahunan itu dari negara-negara peserta.
Tim All-Star dipilih oleh grup studi teknis (technical study group) yang terdiri dari jurnalis yang sebagian besar dari Eropa dan Amerika Selatan serta pakar sepak bola. Namun, sejak 1994, FIFA menambahkan skuad resmi yang dipilih oleh grup teknis FIFA.
Berdasarkan skuad all star sepanjang sejarah Piala Dunia, ada dua pemain yang pernah masuk dalam tim all star dalam tiga perhelatan secara beruntun dan menjadi legenda sepak bola. Dua pemain itu, yakni Franz Beckenbauer yang membela Jerman Barat dan mantan bek Timnas Brasil Djalma Santos. Beckenbauer masuk dalam tim all star pada Piala Dunia 1966, 1970, dan 1974. Sementara Santos memperkuat tim all star pada Piala Dunia 1954, 1958, dan 1962.
Nama legenda sepak bola lainnya seperti Pele (Brasil), Diego Maradona (Argentina), Bobby Charlton (Inggris), dan Zinedine Zidane (Perancis), hanya dua kali masuk squad tim all star yang disusun FIFA. Pele menjadi bagian dari all star Piala Dunia pada perhelatan 1958 dan 1970, Maradona pada Piala Dunia 1986 dan 1990, Charlton memperkuat tim all star pada 1966 dan 1970, sementara Zidane pada Piala Dunia 1998 dan 2006.
Selain itu, ada dua nama, yakni Lothar Matthaus dan Miroslav Klose asal Jerman yang menjadi legenda Piala Dunia berkat pencapaiannya. Matthaus sebagai pemain terbanyak yang bermain di putaran final, yakni 25 kali dan menjadi bagian dari all star pada Piala Dunia 1990, sementara Klose memegang rekor sebagai pencetak gol terbanyak, yakni 15 gol dan masuk tim all star di Piala Dunia 2002 dan 2006.
Selain all star, pemain legendaris Maradona dan Pele dipilih FIFA sebagai Pemain Terbaik Abad Ini (FIFA Player of the Century) pada Desember 2000 di Roma, Italia. Pemilihan tokoh itu dilakukan dengan pemungutan suara publik melalui situs resmi FIFA dan pemungutan melalui jurnalis sepak bola dan dewan juri internasional yang terdiri dari ofisial dan pelatih.
Hasilnya, Maradona memenangkan jajak pendapat berbasis internet dengan mengumpulkan 53,6 persen suara melawan 18,53 persen untuk Pele, sementara pemungutan melalui jurnalis sepak bola, ofisial, dan pelatih, memilih Pele sebagai pemain terbaik abad ini dengan 72,75 persen suara, sementara Maradona mendapat 6 persen suara. FIFA kemudian memutuskan keduanya menjadi pemenang bersama.
Tak hanya pemain yang tampil cemerlang, pelatih yang sukses membawa timnya juara Piala Dunia juga menjadi legenda tersendiri di jagad sepak bola. Salah satu yang menjadi legenda adalah Vittorio Pozzo yang membawa timnas Italia dua kali berturut-turut menjuarai Piala Dunia, yakni 1934 dan 1938 dan dikenal pelatih terbaik sepanjang masa timnas Italia.
Begitu juga dengan Presiden FIFA Jules Rimet yang menggagas dan mempelopori penyelenggarakan Piala Dunia perdana sebagai tokoh legendaris di sepak bola. Tak hanya sukses penyelenggaraan Piala Dunia, pria asal Perancis ini juga berhasil sebagai pimpinan FIFA terlama, yakni selama 33 tahun.
Artikel ini memaparkan profil sejumlah legenda sepak bola dunia yang pernah mengangkat trofi Piala Dunia semasa kariernya menjadi pemain atau pelatih, begitu juga dipaparkan Presiden FIFA yang sukses dalam menyelenggarakan Piala Dunia dan mengelola federasi itu.
Pele (Edson Arantes do Nascimento)
Edson Arantes do Nascimento atau lebih dikenal dengan sebutan Pele, lahir pada 23 Oktober 1940 di Tres Coracoes, Brasil. Ia mengawali karier sepak bola profesionalnya ketika berusia 15 tahun dengan bergabung di Santos, klub asal Brasil. Di klub tersebut, Pele banyak mencetak gol ke kandang lawan dan namanya pun kemudian didaftarkan di timnas Brasil di ajang Piala Dunia 1958 di Swedia.
Debut pertama Pele bersama timnas Brasil terjadi kala Brasil menjalani laga ketiga melawan Uni Soviet. Ia menjadi penyerang Brasil bersama dua pemain lainnya, Garrincha dan Vava. Selanjutnya Pele tampil di seluruh sisa pertandingan tim Brasil di Piala Dunia 1958.
Pele menjadi salah satu pahlawan ketika negaranya menjuarai Piala Dunia 1958 dengan menyumbang enam gol dari empat laga di mana ia bermain, termasuk hat-trick di laga semifinal melawan Perancis dan dua gol saat Brasil menantang Swedia di laga final. Satu gol lagi Pele cobloskan ke gawang Wales.
Saat pertama kali mengangkat tropi Jules Rimet di Piala Dunia 1958, dirinya baru berusia 17 tahun dan menjadi satu-satunya pemain termuda bagi tim Samba di ajang tersebut. Pele juga menjadi runner-up top scorer dalam turnamen tersebut, di bawah Just Fontaine.
ASSOCIATED PRESS/JASON DeCrow
Bintang sepak bola ternama asal Brasil, Pele, dan bintang sepak bola Inggris, David Beckham, berpose bersama pada malam dana yang digelar Yayasan Sepak Bola hari Rabu (19/3/2008) di New York, AS.
Empat tahun kemudian, Pele juga tampil di Piala Dunia 1962 di Cile, ajang yang sebenarnya diharapkan dapat menjadi arena pembuktian kepiawaiannya. Namun, ia cedera saat Brasil berlaga pertama kali dan tak mampu tampil kembali di sepanjang kejuaraan. Brasil akhirnya tetap juara dengan mengalahkan Cekoslowakia di final, 3-1 meski tanpa Pele.
Tahun 1970, Pele kembali menjadi pahlawan bagi Brasil dengan mengantar negaranya untuk kembali menjuarai Piala Dunia untuk ketiga kalinya. Prestasi itu menjadikannya sebagai satu-satunya pemain yang berhasil menjuarai tiga Piala Dunia.
AP PHOTO/DANIEL MAURER
Legenda sepak bola asal Brasil, Pele, dan model asal Jerman, Claudia Schiffer, mempersembahkan trofi Piala Dunia dalam acara pembukaan Piala Dunia 2006 menjelang pertandingan di Grup A, Jerman melawan Kosta Rika, di FIFA World Cup Stadium Muenchen, Jerman, Jumat (9/6/2005). Tim lain di Grup A adalah Ekuador dan Polandia.
Sepanjang karier profesionalnya, Pele telah berhasil mencetak 1.281 gol dari 1.363 pertandingan bersama klub Santos dan New York Cosmos, termasuk 77 gol untuk tim nasional Brasil. Pele pun dijuluki dengan sebutan Black Pearl karena kehebatan dan bakat yang dimilikinya. Pada tahun 1974, Pele memutuskan untuk gantung sepatu sebagai pemain professional di klub sepak bola terakhirnya New York Cosmos.
Prestasinya itu membuat Pele selalu dikenal sebagai salah satu legenda pemain sepak bola terbaik sepanjang masa. Bahkan, FIFA menempatkan tokoh ini sebagai Pemain Terbaik Abad Ini (FIFA Player of the Century) bersama Maradona dari Argentina.
KOMPAS/IGNATIUS SUNITO
Bintang sepak bola Pele, di Kartika Plaza Hotel, Jakarta. Pele tiba di Jakarta pada 19 Juni 1972, bersama kesebelasan FC Santos. Mereka bertanding dengan PSSI di Stadion Utama Senayan, pada 21 Juni 1972.
Tak hanya itu, ia juga terpilih sebagai pemain sepak bola terbaik abad 20 versi majalah World Soccer. Mantan Menteri Olahraga Brasil ini terpilih juga menjadi Tokoh Olahraga Terbaik Abad Ini oleh kantor berita bergengsi Reuters. Di puncak kejayaannya, ia masuk tim all star untuk Piala Dunia 1958 dan 1970.
AP PHOTO
Legenda sepak bola dunia asal Brasil, Pele, berpose bersama sekumpulan pelajar di Shanghai, China, Senin (27/2/2006). Pele berada di China dalam rangka kampanye Piala Dunia 2006. Pele (65) memenangi tiga gelar juara dunia bersama Brasil tahun 1958, 1962, dan 1970.
Diego Maradona
Legenda sepak bola Argentina yang lahir pada 30 Oktober 1960 ini dikenal dengan“Gol Tangan Tuhan” yang kontroversial. Gol itu dicetaknya ketika melawan Inggris pada perempat final Piala Dunia 1986. Bukannya menyundul bola, Maradona malah menjebol gawang Inggris dengan menggunakan tangan kirinya. Beruntungnya, wasit tidak melihat dan mengesahkan gol tersebut.
Pemain yang lahir di Villa Fiorito, sebuah kota miskin di selatan Buenos Aires ini tumbuh di kawasan pemukiman miskin Buenos Aires. Di usia 15 tahun, Maradona membuat debutnya dengan Argentinos Juniors, klub tempat ia bermain sejak 1976 hingga 1981. Ia kemudian menjadi pemain termuda di skuad timnas Argentina ketika menjalani debutnya sebagai pemain profesional di usia 16 tahun pada Piala Dunia 1982. Maradona tampil dalam semua pertandingan bersama timnas Argentina dan mencetak 2 gol saat melawan Hongaria di Piala Dunia 1982.
Empat tahun berselang, Diego Maradona sebagai kapten timnas Argentina berhasil membawa negaranya menjuarai Piala Dunia 1986. Di ajang itu, publik sepak bola juga terkesan ketika Maradona menciptakan gol terbaiknya dalam sejarah Piala Dunia dengan aksi solonya mengecoh lima pemain bertahan Inggris dan kiper Peter Shilton di perempat final Piala Dunia 1986 di Meksiko City.
Puncaknya di pertandingan final melawan Jerman. Maradona melepaskan umpan matang yang diselesaikan dengan tuntas oleh rekannya Jorge Burruchaga untuk mencatat kemenangan dramatis dari Jerman Barat dengan skor 3 – 2 dan membawa Argentina juara Piala Dunia untuk kedua kalinya.
Di Piala Dunia 1990, Maradona kembali membawa Argentina tampil di partai puncak, namun Argentina kalah dari Jerman Barat dan menduduki posisi runner up Piala Dunia 1990.
Di ajang 1986, Maradona mencetak 5 gol dan 5 assist, sementara di 1990 tidak mencetak gol. Sepanjang kariernya di timnas Argentina, Maradona telah bermain sebanyak 91 kali dan melesakkan 34 gol. Ia masuk tim all star Piala Dunia pada 1990.
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG
Diego Maradona di Jakarta Legenda sepak bola asal Argentina, Diego Maradona (kiri), bersiap menendang bola kepada peserta pelatihan singkat sepak bola di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (29/6/2013).
Pada 25 Oktober 1997, Maradona memutuskan gantung sepatu dari dunia sepak bola. Selama kariernya sebagai pemain, Maradona telah berhasil meraih total sebanyak 11 trofi bergengsi yang salah satunya adalah Piala Dunia 1986. Selain itu, namanya juga tercatat dalam FIFA Player of the 20th Century bersama dengan Pele.
Setelah 11 tahun pensiun dari dunia sepak bola, Maradona kembali ke lapangan hijau dan didaulat menjadi pelatih tim nasional Argentina pada November 2008 -Juli 2010. Satu dekade berselang, Maradona meninggal pada 25 November 2020 akibat serangan jantung ketika ia berada di rumahnya yang berlokasi di Tigre, Buenos Aires, Argentina.
AFP/MAXI FAILLA
Mantan pelatih tim nasional Argentina, Diego Maradona, memejamkan matanya saat menjawab pertanyaan wartawan dalam jumpa pers di Ezeiza, Buenos Aires, Argentina, Rabu (28/7/2010).
REUTERSDYLAN MARTINEZ
Pelatih Argentina Diego Maradona memeluk Lionel Messi yang menangis setelah kekalahan telak 0-4 dari Jerman di babak perempat final di Stadion Green Point, Cape Town, Sabtu (3/7/2010 ).
Tim All Star Piala Dunia Sepanjang Masa
Piala Dunia | Kiper | Bek | Tengah | Striker |
1930 | Enrique Ballesteros (Uruguay) | Jose Nasazzi (Uruguay), Milutin Ivkovic (Yugoslavia) | Luis Monti (Argentina), Alvaro Gestido (Uruguay), Jose Andrade (Uruguay) | Pedro Cea (Uruguay), Hector Castro (Uruguay), Hector Scarone (Uruguay), Guillermo Stabile (Argentina), dan Bert Patenaude (AS). |
1934 | Ricardo Zamora (Spanyol) | Jacinto Quincoces (Spanyol), Eraldo Monzeglio (Italia) | Luis Monti (Argentina), Alvaro Gestido (Uruguay), Jose Andrade (Uruguay), | Giuseppe Meazza (Italia), Raimundo Orsi (Italia), Enrique Guaita (Italia), Matthias Sindelar (Austria), Oldrich Nejedly (Cekoslowakia). |
1938 | Frantisek Planicka (Cekoslowakia) | Pietro Rava (Italia), Alfredo Foni (Italia), Domingos da Guia (Brasil) | Michele Andreolo (Italia), Ugo Locatelli (Italia) | Silvio Piola (Italia), Gino Colaussi (Italia), Gyorgy Sarosi (Hungaria), Gyula Zsengeller (Hungaria), Leonidas (Brasil). |
1950 | Roque Maspoli (Uruguay) | Erik Nilsson (Swedia), Jose Parra (Spanyol), Victor Rodriguez Andrad (Uruguay) | Obdulio Varela (Uruguay), Bauer (Brasil) | Alcides Ghiggia (Uruguay), Zizinho (Brasil), Ademir (Brasil), Jair (Rbasil), Juan Alberto Schiaffino (Uruguay). |
1954 | Gyula Grosics (Hungaria) | Ernst Ocwirk (Austria), Djalma Santos (Brasil), Jose Santamaria (Uruguay), | Fritz Walter (Jerman), Jozsef Bozsik (Hungaria) | Helmut Rahn (Jerman), Nandor Hidegkuti (Hungaria), Ferenc Puskas (Hungaria), Sandor Kocsis (Hungaria), Zoltan Czibor (Hungaria) |
1958 | Harry Gregg (Irlandia Utara) | Djalma Santos (Brasil), Bellini (Brasil), Nilton Santos (Brasil) | Danny Blanchflower (Irlandia Utara), Didi (Brasil) | Pele (Brasil), Garrincha (Brasil), Just Fontaine (Prancis), Raymond Kopa (Prancis), Gunnar Gren (Swedia) |
1962 | Viliam Schrojf (Cekoslowakia) | Djalma Santos (Brasil), Cesare Maldini (Italia), Valeriy Voronin (Uni Soviet), Karl-Heinz Schnellinger (Jerman) | Zagallo (Brasil), Zito (Brasil), Josef Masopust (Cekoslowakia) | Vava (Brasil), Garrincha (Brasil), Leonel Sanchez (Chili) |
1966 | Gordon Banks (Inggris) | George Cohen (Inggris), Bobby Moore (Inggris), Vicente (Portugal), Silvio Marzolini (Argentina) | Franz Beckenbauer (Jerman), Mario Coluna (Portugal), Bobby Charlton (Inggris) | Florian Albert (Hungaria), Uwe Seeler (Jerman), Eusebio (Portugal) |
1970 | Ladislao Mazurkiewicz (Uruguay) | Carlos Alberto (Brasil), Atilio Ancheta (Uruguay), Franz Beckenbauer (Jerman), Giacinto Facchetti (Italia) | Gerson (Brasil), Roberto Rivellino (Brasil), Bobby Charlton (Inggris) | Pele (Brasil), Gerd Muller (Jerman), Jairzinho (Brasil) |
1974 | Sepp Maier (Jerman) | Berti Vogts (Jerman), Ruud Krol (Belanda), Franz Beckenbauer (Jerman), Paul Breitner (Jerman), Elias Figueroa (Chili) | Wolfgang Overath (Jerman), Kazimierz Deyna (Polandia), Johan Neeskens (Belanda) | Rob Rensenbrink (Belanda), Johan Cruyff (Belanda), Grzegorz Lato (Polandia) |
1978 | Ubaldo Fillol (Argentina) | Berti Vogts (Jerman), Ruud Krol (Belanda), Daniel Passarella (Argentina), Alberto Tarantini (Argentina) | Dirceu (Brasil), Teofilo Cubillas (Peru), Rob Rensenbrink (Belanda) | Roberto Bettega (Italia), Paolo Rossi (Italia), Mario Kempes (Argentina) |
1982 | Dino Zoff (Italia) | Luizinho (Brasil), Junior (Brasil), Claudio Gentile (Italia), Fulvio Collovati (Italia) | Zbigniew Boniek (Polandia), Falcao (Brasil), Michel Platini (Prancis), Zico (Brasil) | Paolo Rossi (Italia), Karl-Heinz Rum (Jerman) |
1986 | Jean-Marie Pfaff (Belgia) |
Josimar (Brasil) Manuel Amoros (Perancis) Júlio César (Brasil) |
Jan Ceulemans (Belgia) Jean Tigana (Perancis) Michel Platini (Perancis) Diego Maradona (Argentina) |
Preben Elkjær Larsen (Denmark) Emilio Butragueño (Spanyol) Gary Lineker (Inggris) |
1990 | Sergio Goycoechea (Argentina), Luis Gabelo Conejo (Costa Rica) | Andreas Brehme (Jerman), Paolo Maldini (Italia), Franco Baresi (Italia) | Diego Maradona (Argentina), Lothar Matthaus (Jerman), Dragan Stojkovic (Yugoslavia), Paul Gascoigne (Inggris) | Salvatore Schillaci (Italia), Roger Milla (Kamerun), Jurgen Klinsmann (Jerman) |
1994 | Michel Preud’homme (Belgia) | Jorginho (Brasil), Marcio Santos (Brasil), Paolo Maldini (Italia) | Dunga (Brasil), Krasimir Balakov (Bulgaria), Gheorghe Hagi (Rumania), Tomas Brolin (Swedia) | Romario (Brasil), Hristo Stoichkov (Bulgaria), Roberto Baggio (Italia) |
1998 | Fabien Barthez (Prancis), Jose Luis Chilavert (Paraguay) | Roberto Carlos (Brasil), Marcel Desailly (Prancis), Lilian Thuram (Prancis), Frank de Boer (Belanda), Carlos Gamarra (Paraguay) | Dunga (Brasil), Rivaldo (Brasil), Michael Laudrup (Denmark), Zinedine Zidane (Prancis), Edgar Davids (Belanda) | Ronaldo (Brasil), Davor Suker (Kroasia), Brian Laudrup (Denmark), Dennis Bergkamp (Belanda) |
2002 | Oliver Kahn (Jerman), Ruştu Recber (Turki) | Roberto Carlos (Brasil), Sol Campbell (Inggris), Fernando Hierro (Spanyol), Hong Myung-Bo (Korea Selatan), Alpay Ozalan (Turki) | Rivaldo (Brasil), Ronaldinho (Brasil), Michael Ballack (Jerman), Claudio Reyna (AS), Yoo Sang-Chul (Korea Selatan) | Ronaldo (Brasil), Miroslav Klose (Jerman), El Hadji Diouf (Senegal), Hasan Sas (Turki) |
2006 | Gianluigi Buffon (Italia), Jens Lehmann (Jerman), Ricardo (Portugal) | Roberto Ayala (Argentina), John Terry (Inggris), Lilian Thuram (Prancis), Philipp Lahm (Jerman), Fabio Cannavaro (Italia), Gianluca Zambrotta (Italia), Ricardo Carvalho (Portugal) | Ze Roberto (Tengah), Patrick Vieira (Prancis), Zinedine Zidane (Prancis), Michael Ballack (Jerman), Andrea Pirlo (Italia), Gennaro Gattuso (Italia), Francesco Totti (Italia), Luis Figo (Portugal), Maniche (Portugal) | Hernan Crespo (Argentina), Thierry Henry (Prancis), Miroslav Klose (Jerman), Luca Toni (Italia) |
2010 | Iker Casillas (Spanyol) | Maicon (Brasil), Sergio Ramos (Spanyol), Carles Puyol (Spanyol), Philipp Lahm (Jerman) | Wesley Sneijder (Belanda), Xavi (Spanyol), Bastian Schweinsteiger (Jerman), Andres Iniesta (Spanyol) | Diego Forlan (Ururguay), David Villa (Spanyol) |
2014 | Manuel Neuer (Jerman) |
Marcos Rojo (Argentina) Mats Hummels (Jerman) Thiago Silva (Brasil) Stefan de Vrij (Belanda) |
Oscar (Brasil) Toni Kroos (Jerman) Philipp Lahm (Jerman) James Rodríguez (Kolombia) |
Arjen Robben (Belanda), Thomas Müller (Jerman) |
2018 | Thibaut Courtois (Belgia) |
Andreas Granqvist (Swedia) Thiago Silva (Brasil) Raphaël Varane (Perancis) Yerry Mina (Kolombia) |
Denis Cheryshev (Rusia) Philippe Coutinho (Brasil) Luka Modrić (Kroasia) |
Harry Kane (Inggris) Antoine Griezmann (Perancis) Eden Hazard (Belgia) |
Sumber: Litbang Kompas/ERI, disarikan dari FIFA, pemberitaan Kompas dan sejumlah media
Djalma Santos
Pria yang bernama lengkap Djalma Pereira Dias dos Santos ini lahir di Sao Paulo pada 27 Februari 1929. Ia merupakan salah satu bek kanan terbaik dalam sejarah sepak bola Brasil dan Piala Dunia. Santos mengawali kariernya di klub Portuguesa tahun 1948, yang membuatnya terkenal berkat keahliannya sebagai pemain di posisi bek.
Kemudian ia direkrut oleh Palmeiras pada 1959 selama sembilan musim. Sebelum akhirnya bergabung dengan Atletico Paranense hingga gantung sepatu dan mengakhiri kariernya tepat pada usianya ke-41 di klub tersebut.
Di level Timnas, Santos telah melakoni 98 caps dan empat kali dipanggil Timnas Brasil di Piala Dunia dan tercatat sebagai orang Brasil pertama yang mengumpulkan 100 caps internasional bersama timnas Brasil. Dia menjadi salah satu dari dua pemain selain Franz Beckenbauer yang pernah bermain di empat perhelatan Piala Dunia yakni tahun 1954, 1958, 1962 dan 1966. Pencapaian tersuksesnya adalah dengan membawa Tim Samba meraih dua kali memenangkan Piala Dunia pada tahun 1958 dan 1962.
Di usia senjanya, Djalma Santos menerima penghargaan dari mantan Presiden FIFA Joao Havelange dalam acara “Best of 2006” yang diadakan Federasi Sepak Bola Brasil di Rio de Janeiro, Brasil pada Desember 2006. Legenda Brasil itu dilarikan ke rumah sakit setelah mengidap penyakit Pneumonia (Peradangan di paru dan mempengaruhi kantung udara) pada 1 Januari 2013 dan berjuang selama lebih dari enam bulan, sebelum akhirnya tutup usia di usia 84 tahun di Uberaba,Minas Gerais pada 23 Juli 2013.
EPA/ANTONIO LACERDA
Mantan pemain sepak bola Brasil, Djalma Santos (kiri), menerima penghargaan dari mantan Presiden FIFA Joao Havelange dalam acara “Best of 2006” yang diadakan Federasi Sepak Bola Brasil di Rio de Janeiro, Brasil, Senin (4/12/2006). Santos banyak kontribusinya bagi sepak bola Brasil.
Bobby Charlton
Bobby Charlton tidak hanya dikagumi karena kecepatan, keberanian, skill, dan tendangan keras yang membuatnya sangat berbahaya bagi gawang lawan dari jarak 30 meter, tapi juga karena sikap kesatrianya di lapangan. Pemain yang lahir di Ashington, Inggris, pada 11 Oktober 1937 ini menjadi ikon sepak bola Inggris di tahun 1960-1970an. Ia menjadi bagian penting dalam perjalanan Timnas Inggris di Piala Dunia 1966 hingga menjadi juara.
Legenda sepak bola tim nasional Inggris ini memulai debutnya bersama tim nasional Inggris di Piala Dunia 1958 di Swedia. Namun, dia tetap berada di bangku cadangan saat Inggris gagal melaju ke perempat final. Empat tahun kemudian Charlton kembali bersama skuad Inggris di Piala Dunia 1962 di Cile, namun di perempat final Brasil terlalu tangguh bagi Inggris.
Pada Piala Dunia ketiganya, Bobby Charlton kembali tampil pada Piala Dunia 1966 yang berlangsung di Inggris. Di final, Inggris menang 4-2 atas Jerman Barat. Charlton dan kawan-kawan akhirnya mengangkat trofi Piala Dunia. Bobby Charlton pun berhasil mempersembahkan trofi Piala Dunia bagi Inggris.
Charlton menjadi satu-satunya pemain Inggris yang mampu tampil dalam empat turnamen Piala Dunia, yaitu 1958, 1962, 1966, dan 1970. Dari empat turnamen yang diikutinya, Charlton terpilih memperkuat tim all star pada 1966 dan 1970.
Selama kariernya, Bobby Charlton telah mencatatkan namanya dengan 106 pertandingan bersama Inggris dan menyumbangkan 49 gol sekaligus menjadi top scorer kedua sepanjang masa dari The Three Lions. Pada tahun 1973, dirinya pun memutuskan untuk pensiun di usia ke-36 tahun di Manchester United, klub awal dirinya mengawali karier sebagai pesepakbola profesional.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Pemain bola legendaris dari klub Inggris, Manchester United, Bobby Charlton, hadir dalam pembukaan Kafe Manchester United di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta, Januari 2006.
Franz Beckenbauer
Franz Beckenbauer dikenal sosok yang memiliki kepercayaan diri tinggi saat menguasai bola, brilian dalam taktik, dan seorang pemimpin agung sehingga menjadikan Beckenbauer dijuluki Sang Kaisar (Der Kaiser) oleh rekan setimnya.
Pemain legenda sepak bola Jerman yang lahir pada 11 September 1945 ini sejak kecil bermimpi untuk menjadi pemain sepak bola terkenal. Mimpi itu terwijud bersama Bayern Munchen dan timnas Jerman. Beckenbauer melakukan debut bersama klubnya, Bayern Muenchen, di hari ulang tahunnya ke-18. Tak lama kemudian ia menjadi langganan tetap tim nasional Jerman.
Beckenbauer tampil cukup mengesankan di Piala Dunia 1966 dan berhasil menjadi pemain muda terbaik. Sayangnya, ia belum berhasil membawa Jerman Barat menjadi juara Piala Dunia setelah kalah di partai puncak melawan Inggris dengan skor 2 – 4.
Meski gagal di partai puncak di Piala Dunia 1966, Der Kaiser terus berjuang dan kembali tampil memperkuat Jerman Barat di Piala Dunia 1970 yang berlangsung di Meksiko. Di Piala Dunia 1970, Jerman Barat hanya finis di posisi ke-3 setelah kalah dari Italia di partai semifinal. Jerman Barat kemudian menduduki peringkat ketiga setelah mengalahkan Uruguay dalam perebutan peringkat ketiga dengan skor 1 – 0.
AP PHOTO
Presiden FIFA Joseph Batter, (kiri) memuji Presiden Jerman Horst Koehler, kedua kiri, saat mengumumkan pembukaan Piala Dunia Sepak Bola 2006 di Jerman menjelang pertandingan sepak bola Grup A Jerman versus Kosta Rika di stadion Piala Dunia, Munich, Jerman, Jumat 9 Juni 2006. Tim lain di Grup A adalah Ekuador dan Polandia. Melambai ke kanan adalah legenda sepak bola Jerman Franz Beckenbauer sebagai Ketua Panitia Penyelenggara Piala Dunia setempat.
Empat tahun berselang, tepatnya di Piala Dunia 1974, puncak prestasinya sebagai pemain tercipta di ajang tersebut, saat Jerman Barat menjadi tuan rumah. Di partai final melawan Belanda, Beckenbauer dan kawan-kawan menunjukkan aksi heroiknya. Ketinggalan 0-1 melalui gol penalti pada menit ke-2, Jerman Barat berhasil membalik kekalahan menjadi kemenangan bersejarah, dengan skor 2-1. Kemenangan itu membawa Jerman untuk kedua kalinya meraih Piala Dunia setelah tahun 1954.
Sepanjang kariernya, Franz Beckenbauer tercatat enam kali berpartisipasi di ajang Piala Dunia dengan peran berbeda-beda. Tiga kali Piala Dunia (1966, 1970, 1974) sebagai pemain, dua kali (1986 dan 1990) sebagai pelatih, dan sekali (2006) menjadi ketua panitia pelaksana saat Jerman menjadi tuan rumah.
Piala Dunia 1990 di Italia, Beckenbauer yang menjadi pelatih Timnas Jerman sukses mengantarkan tim besutannya merajai dunia sepak bola dengan menjadi kampiun Piala Dunia untuk ketiga kalinya. Ia tercatat dalam sejarah Piala Dunia sebagai salah satu tokoh yang memenangi trofi Piala Dunia baik sebagai pemain maupun pelatih.
AP PHOTO/ MARKUS SCHREIBER
Presiden panitia penyelenggara Piala Dunia, Franz Beckenbauer dari Jerman, mempersembahkan trofi ‘Bola Emas’ untuk pemain sepak bola terbaik saat upacara pencalonan di Berlin pada Kamis 6 Juli 2006. Pemain yang dinominasikan adalah Patrick Viera, Thierrry Henry dan Zinedine Zidane dari Prancis, Maniche dari Portugal, Gianluigi Buffon dari Italia, Gianluca Zambrotta, Fabio Cannavaro dan Andrea Pirlo serta Michael Ballack dan Mirislav Klose dari Jerman.
Lothar Matthaus
Lothar Matthaus dikenal sebagai salah satu bintang Piala Dunia terbaik dengan rekor yang di masih awet sampai masa kini. Ia tercatat sebagai pengoleksi caps terbanyak timnas Jerman (150 laga) dan penampilan terbanyak di putaran final Piala Dunia yakni 25 partai.
Rekor itu tak bisa lepas dari ketangguhan, daya tahan karier, skill, menggiring bola, dan jiwa kepemimpinan yang dimilikinya ketika masih aktif bersama timnas Jerman. Bersama timnas Jerman, pria kelahiran Erlangen, 21 Maret 1968 ini menjadi pemain Jerman tanpa putus di Piala Dunia 1982, 1986, 1990, 1994 dan 1998. Rekor itu masih awet hingga menjelang di Piala Dunia 2022.
Bersama timnas Jerman, Matthaus sukses membawa Jerman tiga kali di partai puncak Piala Dunia yakni 1982, 1986, dan 1990. Di tahun 1982 dan 1986 Jerman hanya menduduki runner up setelah kalah dari Italia dan Argentina, sementara di Piala Dunia 1990, Mattheus sukses sebagai kapten mengantarkan Jerman juara Piala Dunia untuk ketiga kalinya.
Selama karier di sepak bola, ia meraih sejumlah penghargaan antara lain menjadi Pemain Terbaik Eropa 1990, Pemain Terbaik Dunia FIFA 1991 dan satu-satunya pemain Jerman yang menerima penghargaan itu. Pada tahun 1999, ia menjadi Pemain Terbaik Jerman, setelah sebelumnya memenangkan penghargaan itu pada tahun 1990.
AP PHOTO
Lothar Matthaeus bergembira setelah mengantar Jerman Barat menjadi juara dunia di Italia, 1990.
Miroslav Klose
Pria yang lahir di Polandia pada 9 Juni 1978 ini mencatatkan namanya sebagai pencetak gol terbanyak di Piala Dunia. Total 16 gol dilesakkan ke gawang lawan selama tampil di Piala Dunia empat edisi yakni yakni 2002, 2006, 2010, dan 2014. Selama empat edisi tersebut, Miroslav Klose bermain dalam 24 laga bersama timnas Jerman.
Prestasi lainnya ia juga mencatatkan dirinya sebagai satu dari tiga pemain yang selalu mencetak gol dalam empat Piala Dunia yang berbeda. Dua pemain lainnya adalah Uwe Seeler dari Jerman, dan legenda Brasil, Pele.
Klose menjalani debut di tim nasional pada Maret 2001 dan tercatat sebagai pemain Jerman paling subur di tim nasional dengan koleksi 70 gol. Pencapaian ini melewati rekor Gerd Mueller (68 gol) yang sudah bertahan dalam 10 Piala Dunia terakhir atau 40 tahun.
Klose telah mencetak 16 gol di empat edisi putaran final Piala Dunia di yang diikutinya bersama timnas Jerman. Piala Dunia 2002, ia mencetak lima gol yang dihasilkan melalui sundulan dan kemudian meraih sepatu emas sebagai pencetak gol terbanyak pada Piala Dunia itu. Empat tahun kemudian di Piala Dunia 2006 yang digelar di Jerman, ia mencetak lima gol.
Selanjutnya di Piala Dunia 2010, empat gol dia lesakkan hingga partai semifinal meski langkah negaranya kemudian terhenti saat bertemu dengan Spanyol pada semifinal.
Di Piala Dunia 2014 atau Piala Dunia terakhir yang diikutinya, Klose masih bisa menyumbang 3 gol, 2 gol di antaranya dilesakkan di gawang Brasil. Pada Piala Dunia 2014, Klose sukses meghantar Jerman keluar sebagai pemenang setelah mengalahkan Argentina di partai final. Ia pensiun sebagai pemain timnas Jerman [ada Agustus 2014, usai Jerman meraih juara Piala Dunia 2014.
AFP/ JOHN MACDOUGALL
Striker Jerman Miroslav Klose merayakan gol setelah mencetak gol keempat tim melawan Argentina selama pertandingan sepak bola perempat final Piala Dunia 2010 di Stadion Green Point di Cape Town, Afrika Selatan, pada 3 Juli 2010.
Vittorio Pozzo
Pria yang lahir pada 2 Maret 1886 di Turin, Italia ini mengawali karier sebagai pemain sepak bola di dua klub yakni Grasshopper-Club Zürich pada 1905-1906 dan Torino pada 1906–1911. Setelah gantung sepatu, ia dipercaya menangani tim sepak bola Italia untuk ajang Olimpiade. Ia kemudian ditunjuk sebagai pelatih kepala Timnas Italia yang berjuluk Gli Azzurri yang berarti biru, sesuai dengan warna kostum tim.
Vittorio Pozzo masih disebut sebagai legenda terbesar sepak bola Italia. Bahkan tak jarang yang menilai Vittorio Pozzo sebagai pelatih terbaik sepanjang masa timnas Italia. Ia dikenal sebagai pelatih otoriter tetapi paternalistik dan penuh perhatian, dia menuntut agar para pemainnya membayar harga berapa pun untuk kemenangan tim Gli Azzurri.
Pozzo menjadi satu-satunya pelatih yang dua kali mengangkat trofi Piala Dunia. Vittorio Pozzo pertama kali mengangkat trofi Piala Dunia pada edisi 1934 saat Italia menjadi tuan rumah. Timnas Italia besutan Pozzo berhasil keluar sebagai juara dunia untuk kali pertama setelah di partai final sukses menundukkan Cekoslowakia dengan skor 2-1.
Berselang empat tahun kemudian, Italia kembali menjadi juara usai mengalahkan Hongaria 4-2 di Paris, Perancis, pada Piala Dunia 1938. Italia pun tercatat sebagai tim pertama yang berhasil memenangi Piala Dunia dalam dua edisi beruntun. Di sela-sela euforia, Pozzo juga berhasil membawa Italia meraih medali emas Olimpiade tahun 1936.
AP PHOTO
Pelatih Italia Vittorio Pozzo dibawa dalam kemenangan setelah Italia mengalahkan Cekoslowakia 2-1, setelah perpanjangan waktu di Final Piala Dunia, untuk memenangkan Piala Rimet, 10 Juni 1934, di Stadion Partai Nasional Fasis di Roma, Italia.
Jules Rimet
Pria asal Perancis yang lahir pada 14 Oktober 1873 ini dikenal sebagai penggagas dan pelopor Piala Dunia. Presiden Federation Internationale de Football Association (FIFA) ketiga ini mengusulkan turnamen Piala Dunia, setelah terinspirasi dengan suksesnya Olimpiade Sepak Bola di Paris pada 1924.
Jules Rimet sebenarnya praktisi hukum asal Perancis. Namun, namanya dikenal di seantero dunia bukan karena kiprahnya di bidang hukum, tetapi karena kepeloporannya di dunia sepak bola. Rimet adalah Presiden Badan Sepak Bola Dunia, FIFA dan termasuk dedengkot pendiri FIFA bersama enam tokoh lain asal enam negara Eropa.
Ia dikenang karena selama 34 tahun memimpin FIFA-sejak tahun 1921 hingga 1954-banyak kejadian penting telah dilakukan. Setidaknya, selama periode awal itu sudah ada 85 negara menjadi anggota FIFA. Selama kepemimpinannya, FIFA menggagas turnamen sepak bola di luar ajang Olimpiade.
Hulton Archive
Pada 30 Juli 1930 Jules Rimet, Presiden FIFA, menyerahkan trofi Piala Dunia pertama atau trofi Jules Rimet kepada Dr Paul Jude, Presiden Federasi Sepak Bola Uruguay, setelah Uruguay menang 4-2 atas Argentina. Kemenangan itu mengantar Uruguay menjuarai Piala Dunia pertama tahun 1930.
Tahun 1928, berkat Rimet, harapan FIFA untuk bisa mengadakan turnamen sepak bola internasional di luar Olimpiade mulai menemukan titik terang. Setahun kemudian, FIFA pun secara resmi mempersiapkan turnamen kejuaraan yang disebut World Cup atau Piala Dunia.
Atas prakarsa Jules Rimet, Uruguay yang meraih medali emas Olimpiade sepak bola ditunjuk menjadi tuan rumah Piala Dunia untuk pertama kalinya pada 1930. Dalam pelaksanaannya, penunjukan Uruguay sebagai tuan rumah membuat negara -negara Eropa urung tampil di Piala Dunia pertama karena letak negara Uruguay yang jauh, sebab teknologi transportasi saat itu paling banyak menggunakan kapal laut.
Rimet berperan besar dengan membujuk negara asalnya, Perancis, agar tampil di Uruguay. Usahanya didukung Wakil Presiden FIFA asal Belgia, JW Seeldrayers, yang membujuk Belgia, Yugoslavia, dan Romania. Jadilah Piala Dunia pertama diikuti 13 negara, empat di antaranya dari Eropa yakni Perancis, Belgia, Yogoslavia, dan Rumania.
Piala Dunia perdana pun akhirnya digelar di Montevideo, Uruguay pada Juni 1930. Untuk menghormati penggagas turnamen itu, trofi Piala Dunia pertama juga dinamai sesuai dengan namanya, Trofi Jules Rimet.
Setelah 33 tahun memimpin FIFA, pada 1954, Jules Rimet memutuskan untuk mengundurkan diri dari FIFA karena terjadi selisih paham dalam tubuh induk organisasi tersebut. Jules Rimet pun mengembuskan napas terakhirnya pada 1958 di usia 84 tahun. (LITBANG KOMPAS)
Referensi
- Crouch, Terry. 2006. The World Cup: The Complete History. London: Aurum Press Limited.
- Ginanjar, Asep. 2010. 100+ Fakta Unik Piala Dunia. Jakarta: Penerbit Serambi.
- Aczel, German. 2010. World Cup 1930–2010. Jakarta: Penerbit Tiga Kelana.
- Franz Beckenbauer 50 Tahun. Profil Seorang Kaisar dan “Suhu”, KOMPAS, 10 September 1995 Halaman: 001
- Sebelas Pemain Legendaris Sepanjang Piala Dunia, KOMPAS, 09 Juni 1998 Halaman: 013
- Diego Maradona, Sebuah Telenovela *Box, KOMPAS, 17 Januari 2000 Halaman: 012
- Pemain Terbesar Abad 20 *Euro 2000, KOMPAS, 17 Juni 2000 Halaman: 033
- Maradona Terpilih, FIFA Terpojok * Box, KOMPAS, 13 Desember 2000 Halaman: 012
- Kemenangan Pele, Kemenangan Sepak Bola * Box, KOMPAS, 14 Desember 2000 Halaman: 012
- Brasil Juara Dunia 2002 – Berkat Dua Gol yang Dibuat Ronaldo, KOMPAS, 01 Juli 2002 Halaman: 001
- Kilas Balik: Piala Dunia 1930, Berawal dari Rue Saint Honore, KOMPAS, 03 April 2006 Halaman: 032
- Kilas Balik: Italia 1990, Rusaknya Keindahan Sepak Bola, KOMPAS, 16 April 2006 Halaman: 010
- Para Legenda Super, KOMPAS, 09 Juni 2006 Halaman: 036
- Legenda: Maradona Selalu Hidup di Hati, KOMPAS, 29 Juni 2006 Halaman: 039
- Akhir Perjalanan “Zizou” *Italia Juara Dunia di Tengah Guncangan Skandal Liga Serie A, KOMPAS, 11 Juli 2006 Halaman: 001
- Legenda: Zidane dan Dua Sisi Nilai, KOMPAS, 05 Januari 2007 Halaman: 040
- Selamat Datang Juara Baru!, KOMPAS, 08 Juli 2010 Halaman: 052
- Piala Dunia: “Espana, Campeones del Mundo”, KOMPAS, 13 Juli 2010 Halaman: 001
- Pemain Bintang: Miroslav Klose, Legenda Baru Tim ”Panser” *Brasil 2014, KOMPAS, 23 Juni 2014 Halaman: 29
- Sejarah Memihak Raksasa * Brasil 2014, KOMPAS, 07 Juli 2014 Halaman: 30
- Messi Bola Emas, Neuer Tangan Emas, KOMPAS, 14 Juli 2014 Halaman: 07
- Sepak Bola: Klose Pensiun dari Timnas Jerman, KOMPAS, 12 Agustus 2014 Halaman: 31
- Hadiah: Rp 408 Miliar untuk Skuad Jerman *Brasil 2014, KOMPAS, 15 Juli 2014 Halaman: 28
- Piala Dunia 2018: Negeri Rusia Juara Tanpa Trofi , KOMPAS, 17 Juli 2018 hlm: 01
- Romansa ”Garuda” di Puncak Dunia, KOMPAS, 23 Juli 2019 Halaman: 20
- Piala Dunia 2026: FIFA Tetapkan 16 Kota Penyelenggara, KOMPAS, 18 Juni 2022 Halaman: 14
- https://www.fifa.com/
- https://www.fifa.com/fifaplus/en/tournaments/mens/worldcup/qatar2022
- https://www.kompas.com/sports/read/2021/03/23/05000018/sejarah-dan-daftar-juara-piala-dunia?page=all
- https://www.kompas.com/tren/read/2022/07/13/090500865/hari-ini-dalam-sejarah–piala-dunia-pertama-digelar-di-uruguay?page=all
- https://www.kompas.com/sports/read/2021/07/22/17000088/daftar-tuan-rumah-piala-dunia-sejak-1930-2022
- https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/10/14/184500782/mengintip-proses-pembuatan-trofi-piala-dunia?page=all
- https://www.kompas.com/sports/read/2022/08/31/07400068/3-sosok-juara-piala-dunia-sebagai-pemain-dan-pelatih?page=all
- https://www.kompas.com/sports/read/2022/02/02/17400068/pemain-sepak-bola-terbaik-dan-pencetak-gol-terbanyak-di-dunia