KOMPAS/ RIZA FATHONI
Pesawat tempur Sukhoi SU-27 SK dan SU-30 MK buatan Rusia dipilih Indonesia sebagai armada pendukung kekuatan udaranya. Pesawat SU-27 SK dan SU-30 MK hampir sama, yang membedakan adalah tugas keduanya. Pesawat SU-27 SK memiliki tugas utama untuk supremasi udara (air supremacy), sedangkan tugas pesawat SU-30 MK adalah untuk menghancurkan sasaran di darat dan di laut. Pesawat tersebut mampu melaksanakan operasi udara dalam segala cuaca baik siang maupun malam hari.
Pesawat tempur Sukhoi dilengkapi persenjataan canggih misalnya rudal udara AA-12 Adder yang mampu menjelajah sejauh 50 km (melebihi AMRAAM yang hanya 40 km) ataupun rudal udara jenis R- 73 yang mampu menembak pada sasaran ke arah samping hingga sudut 70 derajat. Kemampuan lain adalah kelengkapan IRST/Infra Red Search and Track berupa bola kaca di depan kokpit yang mampu mengendus sasaran sejauh 70 km.
Indonesia memiliki satu skuadron pesawat Sukhoi, yaitu Skuadron 11 Lanud TNI AU Sultan Hasanuddin. Armadanya terdiri dari campuran tipe SU-27 SKM dan SU-35 MK. Saat ini, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto tengah mengkaji ulang pembelian 11 pesawat tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia. Pembelian senilai US$ 1,1 miliar ini telah dilakukan pada 2018, tetapi pemerintah Indonesia hingga kini belum menentukan kelanjutannya.
23 Juni 1996
Pesawat Sukhoi Su-27 Flanker, Su-30, dan Su-35 hadir di Indonesia untuk pertama kalinya dalam Pameran kedirgantaraan Indonesia Air Show tahun 1996. Manuver-manuver yang ditampilkan Su-27 mengundang decak kagum para penonton. Salah satu pilot pesawat temput Rusia kawakan yang ikut unjuk kemampuan, yaitu Igor Votintsev.
6 Juni 1997
Rencana pembelian sembilan pesawat F-16 dari Amerika Serikat dibatalkan. Setelah itu, opsi pengganti pesawat tempur jatuh kepada Sukhoi SU-30.
8 Agustus 1997
Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Sutria Tubagus menegaskan rencana pembelian dua belas pesawat tempur Sukhoi SU-30 dan delapan helikopter MI-17 buatan Rusia.
27 Agustus 1997
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas, Ginandjar Kartasasmita, beserta sejumlah pejabat lainnya mengunjungi berbagai fasilitas produksi jet tempur Rusia, di Kota Moskwa. Tujuannya menjajaki langsung rencana pembelian Sukhoi-30 dan helikopter MI-17-IV.
27 Oktober 1997
Sebanyak delapan tenaga instruktur mulai diseleksi untuk dikirim ke Rusia mempelajari teknis Sukhoi.
17 November 1997
Tim klarifikasi dan negosiasi teknik diberangkatkan ke Rusia.
9 Januari 1998
Imbas krisis moneter, Panglima ABRI Jenderal TNI Feisal Tanjung memutuskan menunda pembelian pesawat Sukhoi dari Rusia, termasuk kapal selam, helikopter, serta peralatan pertahanan lainnya.
21 April 2003
Presiden Megawati Soekarnoputri bersama Presiden Federasi Rusia Vladimir Putin mengadakan pertemuan untuk membahas kerjasama teknik dan militer. Dalam pertemuan tersebut dibahas rencana pembelian dua jet tempur canggih multifungsi Sukhoi Su-30KI dan dua SU-27 Flanker.
22 April 2003
Penandatanganan kesepakatan kontrak pembelian dua pesawat tempur Sukhoi Su-27SK, dua Su-30MK, dan dua helikopter MI35. Dua hari kemudian juga dilakukan penandatanganan imbal dagang 30 komoditas manufaktur dari Indonesia dengan Sukhoi di antaranya adalah komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), dan karet.
27 Agustus 2003
Dua pesawat tempur Su-27SK tiba di Lanud Iswahjudi Madiun dengan menggunakan pesawat kargo An-124-100.
1 September 2003
Dua pesawat Su-30 MK tiba di Indonesia. Su-27SK dan dua Su-30MK masuk jajaran Skuadron Udara 11.
14 September 2003
Uji coba terbang Sukhoi Su-27SK di langit Indonesia. Pada uji terbang ini pesawat masih diawaki oleh pilot Rusia bernama Alexander Pulenkov.
16 September 2003
Uji terbang dua pesawat SU-30 MK di Lapangan Udara Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur. Tes flight dilakukan oleh Kolonel Alexander Pulenkov dan Mayor Alexander Devchenkov.
20 September 2003
Penyerahterimaan empat pesawat tempur Sukhoi-dua SU-27 SK dan dua SU-30 MK-serta dua helikopter tempur Mi-35 buatan Rusia dari pemerintah kepada TNI. Serah terima dilakukan di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
4 Desember 2004
Pesawat tempur Sukhoi 27/30 milik TNI AU berpindah pangkalan dari Pangkalan Udara Iswahyudi, Jawa Timur, ke Lanud Hasanuddin, Sulawesi Selatan.
1 Desember 2006
Penandatanganan nota kesepahaman antara Rusia dan Indonesia di bidang pertahanan dan kerja sama teknik militer dilakukan di Rusia untuk membentuk satu skuadron Sukhoi lengkap dengan persenjataannya.
21 Agustus 2007
Penandatanganan nota kesepahaman pengadaan enam pesawat sukhoi dilakukan saat pembukaan Pameran Kedirgantaraan Moskwa. Enam pesawat ini terdiri dari tiga SU-30 MK2 dan tiga SU-27 SKM.
26 Desember 2008
Dua dari tiga pesawat tempur Sukhoi Su-30 yang dibeli Indonesia dari Rusia tiba di Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin, Makassar. Kemudian, satu pesawat Su-30 lainya pada Januari 2009.
10 September 2010
Dua pesawat tempur Sukhoi SU-27 SKM yang dipesan dari Rusia tiba di Pangkalan TNI Angkatan Udara Sultan Hasanuddin, Makassar. Kemudian, satu unit lagi pada 15 September 2010.
22 Febuari 2013
Dua Sukhoi SU-30 yang dipesan tiba di Pangkalan Udara (Lanud) Sultan Hasanuddin, Makassar, Keduanya akan memperkuat kekuatan Skuadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar.
16 Mei 2013
Pesawat tempur Sukhoi Sukhoi SU-30MK2 asal Rusia tiba di Pangkalan Udara (Lanud) Hasanuddin, Makassar.
4 September 2013
Dua pesawat tempur Sukhoi SU-30 MK2 yang dipesan dari Rusia tiba di Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan. Kedua pesawat tersebut menggenapi armada Sukhoi TNI Angkatan Udara menjadi satu skuadron lengkap berkekuatan 16 pesawat.
25 September 2013
Skuadron Udara 11 Wing 5 Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin sebagai operator jet tempur Sukhoi siap tempur setelah pesawat-pesawat tempur itu dilengkapi peluru kendali.
4 Agustus 2017
BUMN Indonesia, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) dan BUMN Rusia, Rostec, menandatangani nota kesepahaman terkait rencana pembelian 11 pesawat tempur Sukhoi SU-35 di Moskow, Rusia.
14 Febuari 2018
Penandatanganan kontrak pembelian 11 pesawat tempur Su-35 dilakukan oleh Kementerian Pertahanan RI dengan Perwakilan dari Rosoboronexport.
Referensi
“Agung Pilot Su-30 RI Pertama”, KOMPAS, 24 Juni 1996 hal. 1
“Sukhoi Su-30 Berpeluang Menggantikan F-16”, KOMPAS, 1 Juli 1997 hal. 14.
“Ginandjar Bahas Sukhoi di Moskwa”, KOMPAS, 27 Agustus 1997 hal. 15.
“Sukhoi Tiba Tahun Depan”, KOMPAS, 8 Agustus 1997 hal. 14.
“Seleksi Calon Awak Sukhoi”, KOMPAS, 28 Oktober 1997 hal. 14.
“Tim Sukhoi Berangkat ke Moskwa”, KOMPAS, 17 November 1997 hal. 14.
“ABRI Tunda Beli Pesawat Sukhoi”, KOMPAS, 10 Januari 1998 hal. 1.
“Indonesia-Rusia Sepakati Kerja Sama Militer”, KOMPAS, 22 April 2003 hal. 1.
“Bisa Beli Pesawat Sukhoi, Panglima TNI Bersyukur”, KOMPAS, 24 April 2003 hal. 7.
“Kontrak Imbal Dagang Sukhoi Ditandatangani”, KOMPAS, 25 April 2004 hal. 1.
“Pilot Rusia Telah Melakukan Uji Terbang Empat Sukhoi”, KOMPAS, 18 September 2003 hal. 8.
“Pemerintah Serahkan Sukhoi dan Heli Mi-35 kepada TNI”, KOMPAS, 21 September 2003 hal. 1.
“Skuadron Sukhoi Pindah”, KOMPAS, 7 Desember 2004 hal. 8.
“Pertahanan Skuadron Sukhoi Digenapi 2008”, KOMPAS, 3 Desember 2006 hal. 15.
“Sukhoi Jual 6 Pesawat Tempur kepada Indonesia”, KOMPAS, 22 Agustus 2007 hal. 10
“Dua Sukhoi Tiba di Makassar”, KOMPAS, 27 Desember 2008 hal. 15.
“3 Sukhoi Perkuat Pertahanan”, KOMPAS, 14 September 2010 hal. 8
”Dua Sukhoi Tambah Kekuatan TNI AU”, KOMPAS, 23 Febuari 2013 hal. 4.
“Kekuatan Udara: Skuadron Sukhoi Akhirnya Lengkap”, KOMPAS, 5 September 2013 hal. 5.
“Sukhoi Siap Tempur”, KOMPAS, 26 Septembr 2013 hal. 5.
“Imbal Dagang Sukhoi-Produk Ekspor”, KOMPAS, 5 Agustus 2017 hal. 18.
“Dua Sukhoi Su-35 Diharapkan Tiba 2019”, KOMPAS, 17 Febuari 2018 hal. 5.
Nugroho, Aryo (ed).(2013). Satu dekade Sukhoi Indonesia:kepak sayak ksatria udara penjaga kedaulatan Indonesia. ARCind & Indo Press: Jakarta.
Penulis
Arief Nurrachman
Editor
Susanti Agustina Simanjuntak