Foto | Perpustakaan

Pustakawan Inspiratif Indonesia

Tantangan bagi perpustakaan terutama pustakawan pada era digital saat ini adalah untuk membangun perpustakaan terkini yang mampu menarik masyarakat untuk berkunjung dan ketertarikan membaca buku.

KOMPAS/REGINA RUKMORINI

Seorang ibu kader baca membacakan cerita kepada anak-anak di Perpustakaan Muda Bhakti di Desa Ngablak, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Selasa (1/5/2018). Perpustakaan Muda Bhakti membina dan melatih 15 ibu rumah tangga untuk menjadi kader baca. Mereka bertugas membangkitkan minat baca dan beragam kegiatan literasi di lingkup dusun.

Perpustakaan berperan penting untuk meningkatkan literasi membaca bagi masyarakat Indonesia yang minat bacanya masih rendah. Hal tersebut menjadi tantangan bagi perpustakaan terutama pustakawan pada era digital saat ini. Sudah terjadi pergeseran peran perpustakaan tidak hanya menjadi tempat membaca dan meminjam buku, melainkan sudah mulai bermigrasi ke platform digital. Untuk keberhasilan migrasi tersebut tidak hanya merubah bangunan dan koleksi, tetapi juga membutuhkan peningkatan kompetensi para pustakawan. Perlunya wawasan pustakawan untuk membangun perpustakaan terkini yang mampu menarik masyarakat untuk berkunjung dan ketertarikan membaca buku.

Pustakawan tidak hanya berdiam di ruangan perpustakaan saja, mereka perlu bekerja ekstra dan menemukan ide-ide kreatif agar pembaca tertarik untuk pergi ke perpustakaan. Beberapa pustakawan ada yang menjadi sukarelawan untuk membuat taman baca dimana koleksinya dikembangkan dengan Bank Buku dengan menerima sumbangan buku. Bank Buku tersebut menyalurkan buku sumbangan dengan sistem antar-jemput seperti yang diinisiatifkan oleh Santoso Mahargono dengan mendirikan Go Read.

Sementara itu, untuk menarik masyarakat berkunjung ke perpustakaan umum daerah, pustakawan Safwan menyulap Perpustakaan Umum Daerah Kotawaringin Barat di Pangkalan Bun menjadi lebih menarik dengan melengkapi fasilitas pelayanan, serta memotivasi untuk meningkatkan kompetensi pustakawan agar masyarakat tertarik berkunjung dan minat baca meningkat.

Mochamad Ariyo Farid Zidni, seorang pustakawan yang mempunyai hobi mendongeng, selalu melakukan hobinya ini—tak hanya untuk menghibur, tetapi juga supaya masyarakat penasaran untuk belajar mendongeng. Sebelum melakukan dongeng, ia membaca materi dongeng yang akan dipentaskan dengan mencari referensi dari buku. Ariyo juga mendirikan Komunitas Ayo Dongeng Indonesia. Lain lagi yang dilakukan oleh Muhammad Fauzi, seorang pedagang jamu yang menjadi pustakawan keliling untuk meningkatkan minat baca dengan membawa beberapa koleksi buku pada saat berkeliling untuk berdagang di Sidoarjo, Jawa Timur. Cerita Nurcholis lain lagi. Ia membangun portal website gratis bernama eNdonesia.

Selain para pustakawan di era modern ini, ada dua orang yang sudah melakukan pekerjaan di bidang perpustakaan, Marini Hardjoprakoso dan Sriyati Imam Supangat. Mastini Hardjoprakoso adalah seorang Kepala Perpustakaan Nasional pertama, sedangkan Sriyati Imam Supangat adalah seorang penelusur wanita pertama yang mempunyai keahlian Bahasa Inggris dan Bahasa Belanda. Sriyati mampu membantu pengunjung asing untuk menelusur koleksi yang dibutuhkan.

Berikut ini adalah beberapa catatan yang di rangkum Arsip Kompas tentang pustakawan-pustakawan inspiratif Indonesia.

KOMPAS/DEFRI WERDIONO

Santoso Mahargono Salah satu inisiator berdirinya Go Read.

5 Agustus 1985

Santoso Mahargono lahir di Bojonegoro, 24 Juni 1976, Santoso Margono seorang pustakawan pertama di Dinas Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Malang, Jawa Timur. Santoso mempunyai ide kreatif dan mampu menjadi inspirasi dalam meningkatan minat baca masyarakat dengan memberikan layanan baca di tempat. Ia juga Ketua Forum Komunikasi Taman Baca Masyarakat Malang Raya. Ide kreativitas Santoso Margono, antara lain:

24 Juni 2016 — Santoso Mahargono mendirikan Rumah Baca Masyarakat  Gerha Maos di Blok GM V Nomor 106, Perumahan Bumi Mondoroko Raya, Desa Watugede, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Di rumah baca ini terdapat sekitar 1.500 judul buku yang terdiri dari 40 persen buku dari beli dengan uang sendiri sisanya 60 persen berasal dari sumbangan. Setelah ini, Santoso berinisiatif membentuk Bank Buku untuk menampung sumbangan buku dari masyarakat.

2016 – Santoso Mahargono mendirikan Angkot Baca adalah sebuah program melengkapi angkutan kota di Kota Malang dengan buku-buku.

6 November 2016 – Santoso Mahargono mendirikan Go Read, sebuah komunitas sukarelawan antar-jemput buku di Malang, Jawa Timur. Alasan didirikannya Go Read untuk memudahkan masyarakat yang ingin menyumbangkan buku dengan sistem jemput bola. Cara seperti ini cukup efektif membantu taman baca yang ada di Malang, yang masih memiliki permasalahan, yakni soal kelengkapan koleksi.

2018 – Santoso Mahargono mendapatkan bantuan sepeda motor operasional dari Perpustakaan Nasional.

Baca Juga: Lini Masa Perkembangan Perpustakaan Indonesia

KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU

Safwan, Kepala Kantor Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi Daerah Kotawaringin Barat.

Safwan lahir di Sukamara, 25 September 1960. Safwan seorang Kepala Kantor Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Safwan mampu menyulap perpustakaan umum daerah Kotawaringin Barat di Pangkalan Bun menjadi tempat yang hidup. Hal ini mampu meningkatkan kunjungan masyarakat dengan memberikan motivasi pegawai perpustakaan untuk bekerja ekstra untuk melayani kunjungan dan minat baca masyarakat. Safwan  mempunyai ide kreatif dan mampu menjadi inspirasi dalam meningkatan minat baca masyarakat, antara lain:

2011 – Safwan melakukan renovasi Perpustakaan Umum Daerah Kotawaringin Barat di Pangkalan Bun. Kegiantan ini untuk meningkatan kunjungan dan minat baca masyarakat.

2012 – Safwan melakukan promosi pelayanan baru perpustakaan dengan memiliki layanan Wi-Fi.

2013 — Perpustakaan Umum Terbaik se-Kalimantan Tengah.

2013 — Nomine Lomba Perpustakaan Umum Kabupaten/Kota Tingkat Nasional Kluster A oleh Perpustakaan Nasional.

2013 — Perpustakaan Penyimpangan Positif Perpuseru Coca Cola Foundation Indonesia Bidang Peningkatan Layanan Komputer dan Internet, Advokasi, dan Pelibatan Kegiatan Masyarakat di Perpustakaan

2014 – Safwan terpilih untuk Pembuatan Profil Mitra Perpuseru CCFI.

KOMPAS/ALIF ICHWAN

Mochamad Ariyo Farid Zidni, Pendongeng.

Mochamad Ariyo Faridh Zidni yang biasa disapa Kak Aio adalah seorang pustakawan yang senang membaca dan mendongeng. Dengan hobinya tersebut, Ariyo membentuk komunitas dongeng untuk menularkan virus mendongeng dan menumbuhkan minat baca dengan kegiatan mendongeng.

1999 – Mochamad Ariyo Faridh Zidni bersama komunitas pendongeng melakukan mendongeng bagi anak-anak penderita penyakit kanker di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat.

2011 — Mochamad Ariyo Faridh Zidni mendirikan Komunitas Ayo Dongeng Indonesia.

2012 — Mochamad Ariyo Faridh Zidni bekerja menjadi Live Skill Trainer di Indonesia Business Link

2013 – Komunitas Ayo Dongeng Indonesia menggelar Festival Dongeng Indonesia di Danau Terapung Universitas Indonesia.

2013 – Mochamad Ariyo Faridh Zidni menjadi konsultas perpustakaan, literasi, dan pendidikan.

2015 — Mochamad Ariyo Faridh Zidni mengadakan Festival Dongeng Internasional Indonesia pertama.

2017 — Mochamad Ariyo Faridh Zidni menjadi Juara untuk Anak-Anak (Champions for Children) pilihan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-Anak (Unicef) Indonesia.

KOMPAS/HERPIN DEWANTO PUTRO

Muhammad Fauzi  Penjual Jamu dan Pustakawan Keliling 17 November 2016.

Muhammad Fauzi lahir di Sidoarjo, 7 Mei 1982. Fauzi seorang pedagang jamu keliling dengan menggunakan sepeda motor. Fauzi setiap pagi mangkal di Jalan Gatot Subroto, Desa Karangbong, Kecamatan Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur. Kepedulian untuk menyegarkan pikiran dengan memberikan buku bacaan dengan cara inspiratif, antara lain:

2011 — Muhammad Fauzi membangun Perpustakaan Taman Ilmu Masyarakat di bangunan bekas poliklinik desa. Kini, telah terkumpul sekitar 7.000 buku dan 4.380 buku di antaranya sudah diberi label sesuai standar umum perpustakaan.

2013 – Muhammad Fauzi mulai membawa buku-buku bacaan berkeliling sambil berjualan jamu.

2016 – Muhammad Fauzi membuka sekolah gratis untuk anak-anak usia PAUD, TK, dan SD di bawah naungan Yayasan Bustanul Hikmah Sukarejo.

2016 — Muhammad Fauzi mendapatkan penghargaan Nugra Jasadarma Pustaloka dari Perpustakaan Nasional RI sebagai Tokoh Pengembang Perpustakaan dan Minat Baca Masyarakat.

KOMPAS/AMIR SODIKIN

Nurcholis di ruang kerjanya yang dia sebut sebagai gudang, dari tempat inilah sang pustakawan melahirkan software portal website gratis bernama eNdonesia.

Nurcholis adalah anak seorang tentara kelahiran Pontianak, 15 Oktober 1967. Nurcholis seorang pustakawan mempunyai ide kreatif dengan membangun software portal website gratis bernama eNdonesia.

1989 — Wartawan pada koran “Mandala”, Bandung.

1991 — Lulus dari Universitas Padjadjaran.

1991 — Wartawan pada koran “Berita Buana”.

1998 — Membeli labalaba.com seharga 70 dollar AS, dan mulai membangun direktori web.

1992–2001 — Wartawan pada koran “Republika”.

2002 — Februari:menjual labalaba.com Rp 200 juta dan memulai membangun portal web. Dia mulai berkenalan dengan perangkat lunak CMS phpWebsite.

20 Mei 2002 —  Mendirikan eNdonesia.

Ipphos

Dalam rangka HUT ke-6 Yayasan Idayu pada tgl. 10 November 1972 bertempat di Yayasan Idayu Jl. Kwitang 13 Jakarta, telah diadakan ceramah khusus mengenai perpustakaan. Ceramah perpustakaan yang mendapat perhatian dari para pustakawan/penerbit, diberikan oleh Ibu Mastini Hardjo Prakoso, pimpinan Museum Pusat Jakarta yang baru mengakhiri studinya (1972) di University of Hawaii dengan memperoleh gelar, Master of Library Studies. Selesai memberikan ceramah, seperti nampak dalam gambar, Ibu Mastini mendapat medali dari Ketua Dewan Pengurus Yayasan Idayu, Masagung atas amal bhaktinya kepada Yayasan Idayu

Mastini Hardjo Prakoso lahir di Mojogedang, Karanganyar, 7 Juli 1923. Mastini Hardjoprakoso adalah salah seorang tokoh legendaris di balik berdirinya Perpustakaan Nasional. Awal karir Mastini adalah sebagai guru TK Siswoyo di Solo, Jawa Tengah. Ia juga aktif sebagai Pandu Rakyat Indonesia, kemudian bekerja di Lembaga Kebudayaan Indonesia yang awalnya lembaga swasta Belanda (Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen). Melalui Lembaga Kebudayaan Indonesia, ia mengenal dunia Perpustakaan.

1946 – Mastini Hardjoprakoso ikut aktif dalam kegiatan Pandu Rakyat Indonesia.

1950 – Mastini Hardjoprakoso menjadi guru TK milik Angkatan Darat di sekitar Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.

1955–1956 – Mastini Hardjoprakoso dikirim ke Belanda untuk belajar teknis perpustakaan di Nederlands Instituut voor Documentatieen Registratie dengan beasiswa Stichting voor Culturele Samenwerking.

1962 – Lembaga Kebudayaan Indonesia diserahkan kepada pemerintah dan namanya berubah menjadi Museum Pusat di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Mastini Hardjoprakoso menjadi Kepala Museum Pusat.

1970 – Mastini Hardjoprakoso menetap di Hawai untuk menempuh pendidikan S1 dan S2 di bidang Ilmu Perpustakaan di University of Hawaii.

1972 – Mastini Hardjoprakoso memperoleh gelar Master in Library Studies dan kembali ke Indonesia.

1980 – Peresmian Perpustakaan Nasional Depdikbud berdasarkan Keputusan Menteri 17 Mei 1980 No. 0164/0/1980. Pada saat itu Menteri Departemen Kebudayaan dan Pendidikan adalah Dr. Daoed Joesoef. Status Perpustakaan Nasional adalah Unit Pelaksana Teknis di bidang Perpustakaan di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

1988 – Mastini Hardjoprakoso ditunjuk sebagai Kepala Perpustakaan Nasional pertama.

1989 – Perpustakaan Nasional di Jalan Salemba Raya resmi dibuka untuk umum oleh Presiden Soeharto pada 1 April 1989.

1995 – Mastini Hardjoprakoso mendapatkan penghargaan Bintang Mahaputra Utama.

2016 – Mastini Hardjoprakoso mendapatkan penghargaan Lifetime Achievement Nugra Jasadarma Pustaloka dari Perpustakaan Nasional.

KOMPAS/DIAH MARSIDI

Ny. Imam Supangat siap melayani pengunjung perpustakaan.

Sriyati Imam Supangat seorang ahli penelusur untuk koleksi yang ada di Perpustakaan Nasional. Sriyati Imam Supangat membantu para pengunjung ketika ingin mencari koleksi yang dibutuhkan. Tidak hanya pengunjung dalam negeri, adapula pengunjung luar negeri yang dibantu karena Sriyati Imam Supangat mempunyai kemampuan Bahasa Inggris dan Bahasa Belanda. Sebelum menjadi penelusur, Sriyati Imam Supangat bertugas menjadi korektor, lalu bagian klasifikasi buku, kemudian kebagian sirkulasi. Pada 1982, Sriyati Imam Supangat genap 22 tahun mengabdi sebagai penelusur di Perpustakaan Nasional.

1960 – Sriyati Imam Supangat  mulai bekerja di Perpustakaan Museum dengan status tenaga honorer.

Referensi

Arsip Kompas
  • “Sosok: Santoso Mahargono – Merangkul Taman Baca”. Kompas, 16 Juli 2018, hal 12.
  • “Ketika Perpustakaan Desa Beradu dengan Gawai”. Kompas, 11 Februari 2020, hal C.
  • “Wadah Literasi di Pelosok Desa Menebar Asa”. Kompas, 18 Oktober 2020, hal C.
  • “Sosok: Muhammad Fauzi – Pustaka Sang Penjual Jamu”. Kompas, 25 November 2016, hal 16.
  • “Sosok: Safwan – Menghidupkan Perpustakaan Umum Daerah”. Kompas, 19 Desember 2014, hal 16.
  • “Literasi: Jadikan Perpustakaan Tempat Menyenangkan”. Kompas, 13 Desember 2014, hal 11.
  • “Sosok: NUrcholis – Sendiri Mendirikan eNdonesia”. Kompas, 2 April 2007, hal 16.
  • “Arsip: Koleksi Buku Tertua di Asia Tenggara – Kompas, 27 April 1976”. Kompas, 27 April 2017, hal 1.
  •  “Mastini Hardjoprakoso Tentang Kekayaan dan Kemunduran Perpustakaan Musium Pusat: Undang-undang Wadjib Simpan Barang-barang Tjetak Perlu Mendapat Perhatian”. Kompas, 18 Agustus 1969, hal 5.
  • “Sosok: Mochamad Ariyo Faridh Zidni – Menumbuhkan Minat Baca dengan Dongeng”. Kompas, 9 Agustus 2014, hal 16.
  • “Sosok: Ariyo Zidni – Dongeng Asyik untuk Semua”. Kompas, 29 Mei 2017, hal 16.
Internet
  • https://digilib.undip.ac.id/2012/06/19/mastini-hardjoprakoso/.
  • https://www.perpusnas.go.id/news-detail.php?lang=id&id=1709201040363XiKELIbyG.
  • https://www.pustakajc.co/tokoh/view/1408/tokoh-perempuan-dibalik-berdirinya-perpustakaan-nasional?halaman=9.