KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Pemain Bhayangkara FC Vladimir Vujofic (tengah) dan Lee Yujun (kiri) berusaha menghalau bola saat dibayangi pemain Persija Jakarta Marco Simic (kanan) dalam laga pembuka Gojek Liga 1 di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (23/3/2018). Kedua tim bermain imbang tanpa gol.
Fakta Singkat
Empat Besar Liga Indonesia
- Istilah “big four” dalam sepak bola sebenarnya merujuk pada Liga Inggris atau Premier League yang mulai digelar pada 1992.
- “Big four” merujuk pada empat tim yang mendominasi liga.
- “Big four” disematkan pula pada tim-tim yang menduduki empat besar di klasemen akhir di kompetisi
Big Four di Liga Indonesia (2021-2022):
- Bhayangkara FC
- Persib Bandung
- Arema FC
- Persebaya Surabaya
Tim yang masuk jajaran “Big Four” pernah menjuarai Liga Indonesia di musim sebelumnya. Lantas klub mana saja yang masuk jajaran big four atau empat besar sepanjang satu dekade Liga Indonesia?
Istilah big four dalam sepak bola sebenarnya merujuk pada Liga Inggris atau Premier League yang mulai digelar pada 1992. Di liga tersebut big four merujuk pada empat tim yang mendominasi liga tersebut selama kurun waktu sekitar 20 tahun atau sejak bergulirbnya Liga Primer Inggris. Empat tim itu yakni Manchester United, Arsenal, Chelsea dan Liverpool.
Namun dalam perkembangannya, tak selamanya Liga Inggris didominasi empat tim tersebut. Terdapat beberapa klub di luar anggota big four yang menjuarai Liga Inggris sebut saja Blackburn Rover, Leicester City, dan Mancester City.
Kini istilah big four disamatkan pula pada tim-tim yang menduduki empat besar di klasemen akhir di kompetisi masing-masing negara. Untuk wilayah Eropa, tim yang masuk empat besar di klasemen akhir biasanya berlaga di kompetisi klub antar negara yang ada di bawah naungan UEFA seperti Liga Champions atau Piala UEFA. Sementara di Asia, tim yang masuk big four bisa berlaga di kompetisi di bawah naungan AFC seperti Liga Champions Asia dan Piala AFC.
Empat Besar Liga Indonesia 2008-2019
Musim | Tim Sepak Bola |
2009 | Persipura Jayapura, Persiwa Wamena, Persib Bandung, dan Persik Kediri |
2010 | Arema FC, Persipura Jayapura, Persiba Balikpapan, Persib Bandung |
2011 | Persipura Jayapura, Arema FC, Persija Jakarta, Semen Padang |
2012 | Sriwijaya FC, Persipura Jayapura, Persiwa Wamenaa, Persela Lamongan |
2013 | Persipura Jayapura, Arema FC, Mitra Kutai Kartanegara, Persib Bandung |
2014 | Persib Bandung, Persipura Jayapura, Arema FC, Pelita Bandung Raya |
2017 | Bhayangkara FC, Bali United, PSM Makassar, Persija Jakarta |
2018 | Persija Jakarta, PSM Makassar, Bhayangkara FC, dan Persib Bandung |
2019 | Bali United, Persebaya Surabaya, Persipura Jayapura, Bhayangkara FC |
Sumber: Litbang Kompas/ERI, dari pemberitaan Kompas dan sejumlah media
Di Indonesia istilah itu juga disamatkan pada empat tim teratas yang menghuni klasemen akhir kompetisi resmi di bawah naungan PSSI. Sejak PSSI memperkenalkan sistem kompetisi penuh dalam satu wilayah atau sama seperti kompetisi di liga-liga Eropa, tim yang masuk empat besar selalu berganti-ganti alias tidak ada klub yang sangat dominan di tiap musim kompetisi.
Meski demikian, sepanjang penyelenggaraan Liga Indonesia dalam satu dekade terakhir atau di era Liga Super Indonesia (2009-2014) dan Liga 1 (2017-sekarang) empat besar atau “big four” dihuni oleh tim-tim mapan dan mempunyai sejarah panjang di jagad sepak bola tanah air.
Jika merangkum performa tim-tim yang masuk empat besar di musim 2009-2019, terdapat empat klub yang bisa dikata sering menghuni empat besar di Liga Super Indonesia maupun di Liga 1. Mereka adalah Persipura Jayapura, Persib Bandung, Arema FC, dan Bhayangkara FC.
KOMPAS/DAHLIA IRAWATI
Pemain Arema FC Ricky Kayame (kanan) berebut bola dengan pemain Persebaya (kiri) dalam laga lanjutan Shopee Liga Satu 2019 antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya, Kamis (15/08/2019) di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timu. Laga berakhir dengan skor 4-0 untuk kemenangan tuan rumah Arema FC.
Bhayangkara FC
Bhayangkara FC merupakan klub yang terbilang muda atau baru berdiri tahun 2016. Baru terlibat di liga sejak musim 2017 lalu, namun demikian ia termasuk tim yang prestasi relative konsisten di era Liga 1. The Guardian selalu berada di papan atas serta patut diperhitungkan sebagai kandidat juara musim ini.
Pada Liga 1 2017, Bhayangkara FC keluar sebagai juara. Lalu pada 2018, tim milik kepolisian finis di peringkat ketiga dan musim 2019 menduduki anak tangga keempat. Sementara musim 2020, liga dibatalkan karena pandemi Covid-19.
Di musim 2017, Bhayangkara FC berhasil menjadi kuda hitam dan memastikan gelar juara Liga 1 2017 pada pekan ke-33 seusai menang 3-1 atas Madura United di Stadion Gelora Bangkalan, Madura (8/11/2017). Di akhir musim kompetisi, poin yang dikoleksi Bhayangkara FC sama dengan Bali United yakni 68 poin. Namun Bhayangkara FC menang head to head dari Serdadu Tridatu.
Sejarah klub ini diwarnai gonta-gonta nama tim dan markas. Sebelum bernama Bhayangara FC, klub ini memegang rekor terbanyak klub yang berganti nama. Di awal berdirinya, cikal bakal klub ini menyandang nama Persebaya buah dari dualisme Persebaya Surabaya dan dualisme kompetisi liga pada 2010. Ada dua Persebaya yang bermain di kompetisi tersebut, Persebaya 1927 bermain di Liga Primer Indonesia dan Persebaya Surabaya di Divisi Utama.
Lima tahun berselang atau di bulan Agustus 2015 nama Persebaya diganti dengan Persebaya United, lantas sebulan kemudian berganti nama lagi menjadi Bonek FC. Nama Bonek FC hanya bertahan satu bulan dan berganti nama menjadi Surabaya United hingga tahun 2016.
Pada tahun 2016, Surabaya United merger dengan PS Polri dan berganti nama lagi menjadi Bhayangkara FC untuk berlaga di Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016 dan bermarkas di Stadion PTIK Jakaarta. Nama Bhayangkara FC selanjutnya terus dipergunakan untuk mengikuti kompetisi Liga Indonesia yang memiliki nama baru yakni Liga 1 di musim 2017, musim 2018, dan musim 2019.
Pada 27 November 2020, Bhayangkara FC memindahkan markasnya di Stadion Manahan Solo dan nama kota itu juga disamatkan dalam klub tersebut menjadi Bhayangkara Solo FC. Alasan pemindahan itu karena ingin memiliki homebase yang permanen di masa depan sekaligus mengarungi kompetisi musim 2020 di markas yang baru.
Setelah tiga kali bertanding di musim 2020, Bhayangkara FC dan tim-tim peserta Liga 1 lainnya terpaksa tidak bisa meneruskan laga karena kompetisi terhenti akibat pandemi Covid-19. Bhayangkara hanya diperingkat ke-11 dengan mengumpiulkan tiga poin dari tiga kali pertandingan dengan hasil seri.
Di musim 2021-2022, nama Bhayangkara FC kembali digunakan klub itu untuk mengarungi kompetisi tersebut. Skuad tim yang kini ditukangi oleh Paul Munster mengandalkan pemain asing dan lokal. Pemain asing telah sesuai aturan Liga 1 2021/2022 yakni empat orang yang satu di antaranya dari Asia. Pemain asing asal Asia, diisi oleh Lee Yoo-Joon, sedangkan pemain non Asia diperkuat oleh Ezechiel N’Douassel, Renan Silva, dan Anderson Salles.
Pemain lokal dihuni oleh pemain muda dan pemain timnas Indonesia antara lain Awan Setho Raharjo yang dipercaya menjadi kapten tim, Andik Vermansah, Evan Dimas Darmono, Adam Alis Setyano, dan juga Hansamu Yama Pranata.
Pelatih handal dan deretan pemain bintang yang dimiliki klub itu berpotensi besar mengulang kejayaan Bhayangkara FC di musim 2017 saat menjuarai Liga Indonesia untuk pertama kalinya di bawah asuhan Simon McMenemy asal Inggris dan sejumlah pemain bintang seperti Evan Dimas, Zulfiandi, dan Paulo Sergio dari Portugal.
Di musim 2021-2022, Klub hasil merger dari PS Polri dan Surabaya United ini baru menduduki posisi puncak di pekan ke-10 setelah mengalahkan Persikabo 1973 di Stadion Madya Magelang pada 31 Oktober 2021 dengan skor 1-0. Hasil ini membawa Bhayangkara FC mengudeta Persib Bandung dari puncak klasemen sementara Liga 1 2021-2022.
Posisi itu berhasil dipertahankan hingga pekan ke-17 atau paruh musim dengan torehan 37 poin dari 11 kali menang, empat seri dan dua kali kalah. Kekalahan yang diderita tim ini terjadi saat bertemu Persib Bandung dan Persita Tangerang, sementara hasil imbang didapat kala bertemu Arema FC, PSS Sleman, PSIS Semarang, dan Persija Jakarta.
INFOGRAFIK: BHAYANGKARA FC
Persib Bandung
Setiap liga bergulir, Persib Bandung selalu dipandang menjadi salah satu tim kuat dan digadang-gadang bisa menyegel gelar juara liga di musim yang diikutinya. Ada sejumlah alasan yang membuat nama Persib Bandung difavoritkan menjadi juara. Tim itu selalu diarsiteki pelatih top dan punya pemain kelas atas, sehingga dipandang cukup untuk membantu Persib mewujudkan ambisi meraih titel juara.
Tim yang sudah berdiri sejak 1933 ini punya sejarah panjang di kancah sepak bola nasional. Sebelum lahir nama Persib, pada tahun 1923 di Kota Bandung berdiri Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB). BIVB ini merupakan salah satu organisasi perjuangan kaum nasionalis pada masa itu dan menjadi salah satu pelopor berdirinya PSSI tahun 1930.
Dari BIVB itu kemudian muncul dua perkumpulan sepak bola bernama Persatuan Sepak Bola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB). Pada 14 Maret 1933, kedua klub itu melebur dan lahirlah perkumpulan baru yang bernama Persib Bandung. Klub-klub yang bergabung ke dalam Persib kala itu ialah SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi.
Tahun 1937, Persib meraih gelar juara perserikatan untuk pertama kali seusai mengalahkan Persis Solo di final yang digelar di Stadion Sriwedari, Solo. Kemenangan Persib di Solo itu didukung langsung oleh ratusan suporter atau ”Bala Korawa” (sebutan suporter Persib lain) yang datang dari Bandung.
Dalam perkembangannya, penggemar Persib kemudian menamakan diri sebagai bobotoh, berasal dari bahasa Sunda yang artinya ’pendukung, memberikan dukungan, dorongan, dan semangat’. Klub ini merupakan salah satu klub yang paling banyak pengemarnya di Indonesia.
Jika dilihat prestasi klub yang berdiri tahun 1933 itu, Persib mengoleksi tujuh gelar juara terdiri dari lima gelar di Perserikatan dan dua gelar di Liga Indonesia yakni musim 1995 dan 2014. Selain itu, Persib juga bertabur prestasi antara lain lolos delapan besar Liga Champion AFC 1995, Celebes Cup 2012, Piala Wali Kota Padang 2015, dan Piala Presiden 2015.
Tak heran bila Persib Bandung menjadi salah satu tim yang kerap langganan di empat besar tiap liga berlangsung. Sejak era Liga 1, tim Maung Bandung kerap masuk jajaran tim papan atas. Di musim 2018, tim ini duduk di peringkat ke-4 dan di musim 2019 di peringkat ke-6.
Bahkan, di awal musim 2020 sebelum kompetisi dihentikan karena Covid-19, Persib bertengger di puncak dengan tiga kemenangan beruntun. Jejak prestasi itu membuat Maung Bandung menjadi salah satu klub yang selalu diperhitungkan setiap liga bergulir.
Di musim 2021-2022, Persib Bandung masih menguntit Bhayangkara FC di posisi kedua klasemen dengan 34 poin atau hanya selisih empat angka dari puncak klasemen. Perjalanan Persib Bandung di papan atas Liga 1 musim 2021-2022 terbilang tidak mulus.
Di pekan-pekan awal, tim ini bertengger di posisi puncak klasemen sementara dan menjadi satu-satunya tim yang belum terkalahkan hingga pekan ke-11. Namun Maung Bandung harus membayar mahal berkat kekalahan perdana di pekan ke-12 melawan Persija Jakarta dengan skor 0 -1, sehingga terlempar dari peringkat satu.
Profil Persib Bandung
Nama klub : Persib Bandung
Berdiri : 14 Maret 1933
Stadion : Si Jalak Harupat dan Bandung Lautan Api
Pemilik : PT Persib Bandung Bermartabat
Julukan : Maung Bandung
Prestasi :
- Juara Perserikatan : 1937, 1961, 1986, 1989-90, 1993-94
- Runner-up Perserikatan : 1933, 1934, 1936, 1959, 1965-66, 1966-67, 1983, 1985
- Juara Liga Indonesia musim 1994-95 dan 2014
- Juara 1 Piala Presiden 2015
- Perempat final Liga Champion AFC 1995
Direktur utama : Glenn Sugita
Manajer : Umuh Muchtar
Pelatih : Robert Rene Albert
Daftar Pemain
Kiper : I Made Wirawan (78), Teja Paku Alam (14), Aqil Savik (99), Muhammad Natshir
Bek: Nick Kuipers (2), Achmad Jufriyanto (16), Victor Igbonefo (32), Mario Jardel (66), Indra Mustafa, Ardi Irdus (3), Zalnando (27), Bayu Fiqri (4), Henhen Herdiana (12), dan Supardi (22)
Gelandang: Marc Klok (23), Mohammed Rashid, Dedi Kusnandar (11), Beckham Putra (7), Abdul Aziz (8), dan Ardi Maulana (45)
Penyerang: Frets Butuan (21), Erwin Ramdani (93), Esteban Vizcarra (10), Puja Abdillah, Wildan Ramdhani (15), Febri Hariyadi (13), Ezra Walian (30), Agung Mulyadi, Wander Luiz (9), Geoffrey Castillion (20)
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Persib Main Imbang Lawan Semen Padang – Kiper Semen Padang M Ridwan (kiri) mengamankan gawang dari ancaman serangan striker Persib Bandung Ezechiel Ndouasel (kanan) dalam laga Gojek Traveloka Liga 1 di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (9/9/2017). Laga Persib menjamu Semen Padang ini berakhir imbang 2-2.
Arema FC
Klub asal Jawa Timur yang menjadi kebanggaan arek Malang Raya ini berdiri pada pada tanggal 11 Agustus 1987. Sejak hadir di dunia sepak bola nasional, Arema telah menjadi ikon dari warga Malang Raya (Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu) dan sekitarnya.
Sebelum bernama Arema FC, tim tersebut pernah dikenal dengan sebutan Arema Cronus. Tapi, jauh sebelum itu nama tim tersebut adalah PS Arema Malang yang berdiri pada 11 Agustus tahun 1987, dan tanggal berdirinya itu diperingkati sebagai hari jadi klub tersebut.
Gagasan mendirikan PS Arema itu diprakarsai Acub Zaenal mantan Gubernur Irian Jaya ke-3 dan mantan pengurus PSSI periode 80-an. Ia yang punya andil menelurkan pemikiran membentuk klub Galatama di kota.
Berkat kerja keras pecinta sepakbola di Malang, akhirnya gagasan itu terwujud pada bulan Agustus 1987. Karena berdirinya di bulan Agustus itulah kemudian simbol Singo (Singa) muncul sesuai dengan Zodiac Leo atau Singo yang menaungi Bulan Agustus.
Total Arema FC telah berganti nama empat kali. Berawal dari PS Arema Malang (1987-1995) yang menjadi peserta di Galatama, lantas berganti lagi menjadi PS Arema Bentoel (1995-2009) yang menjadi peserta Liga Indonesia, kemudian Arema Indonesia FC (2009-2013) di Liga Super Indonesia, lantas berganti lagi menjadi Arema Cronus (2013-2016), dan terakhir Arema FC (2017-sekarang) di Liga 1.
Arema FC yang bermain di Liga 1 2021-2022 bermarkas di Stadon Kanjuruhan Malang yang memiliki kapasitas sekitar 42 ribu penonton. Nama Arema FC sudah sangat melekat untuk kota Malang, bahkan hampir disetiap sudut kota tersebut terdapat atribut tim seperti patung dan gambar singa, serta mural-mural yang bertebaran di pelosok wilayah yang menegaskan identitas Arema FC.
Tim berjuluk Singo Edan ini menjadi tim papan atas negari ini berkat deretan prestasinya yang sulit dicapai klub sepak bola tanah air antara lain dua kali meraih Piala Indonesia yakni 2005 dan 2006, dua kali meraih Piala Presiden pada 2017 dan 2019, serta Piala Bhayangkara 2016 dan 2017.
Tim Singo Edan berpeluang mengulang kisah sukses saat menjadi kampiun di liga tersebut. Arema meraih gelar juara di kompetisi kasta tertinggi Indonesia di musim 2009-2010. Setelah itu, Arema tiga kali finish sebagai runner up, yakni musim 2011, 2013 dan 2016.
Perjalananan mengarungi Liga 1 musim 2021-2022 terbilang mengejutkan . Arema FC menjalani musim itu dengan sangat lambat, namun tim berjuluk Singo Edan ini dipertengah musim mengejutkan dan tahu-tahu sudah berada di jalur persaingan juara. Arema kini bertemgger di peringkat tiga klasemen paruh musim.
Meski sempat limbung di awal musim, tim berjuluk Singo Edan ini berhasil merangkak naik dan merebut tempat ketiga di pekan ke-13 dengan 26 poin. Posisi itu berhasil dipertahankan klub kebanggaan Arek Malang ini hingga pekan ke-16. Tim ini bisa menaik peringkat dua jika di laga tunda awal Januari 2022 mendatang mampu mengalahkan lawannya.
Profil Arema FC
Nama klub : Arema Football Club
Julukan : Singo Edan
Pemilik : PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia
Stadion : Kanjuruhan Malang
Berdiri : 11 Agustus 1987
Prestasi :
- Juara Galatama 1992-1993
- Juara Copa Indonesia 2005
- Juara ISL 2009-2010,
- Runner-up ISL 2010-2011
- Runner-up ISL 2012-2013
- Juara Menpora Cup 2013
- Juara Piala Bhayangkara 2016
- Juara Piala Presiden 2017
- Juara Piala Presiden 2019
CEO : Gilang Widya Pramana
Manager : Ruddy Widodo
Pelatih : Eduardo Almaida
Daftar Pemain
Kiper : Adilson Maringa (90), Teguh Amiruddin (23), Kartika Ajie (96), Andriyas Franscisco (31)
Bek : Bagas Adi (5), Ikhfanul Alam (6), Aji Saka (21), Vikrian Akbar (88), Johan Alfarizi (87), Didik Ariyanto (33), Diego Michiels (24), Rizky Febrianto (12), Sandy Ferizal (17), dan Sergio Silva
Gelandang : Jayus Hariono (14), Seiya da Costa Lay (28), Hanif Sjahbandi (19), Renshi Yamaghuci (8), Dave Mustaine (92), Ricga Febiyan (24)
Penyerang : Feby Eka (11), Kushedya hari Yudo (99), Dendi Santoso (41), Ridwan Tawainella (16), Wiga Brilian (77), Muhammad Rafli (10), Dedik Setiawan (27), dan Carlos Fortes (9)
KOMPAS/TATANG MULYANA SINAGA
Pemain Arema FC berlatih di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Kota Bandung Jawa Barat, Jumat(14/4/2017). Arema akan menghadapi tuan rumah Persib Bandung pada laga pembuka Liga 1.
Persipura Jayapura
Persipura Jayapura hampir selalu menjadi langganan dalam empat besar klasemen di Liga Indonesia sejak 2009-2019. Tak heran bila tim berjuku Mutiara Hitam ini selalu jadi pesaing kuat dan tim yang disegani lawan-lawannya, bahkan Persipura Jayapura tak pernah absen dalam setiap gelaran kompetisi yang berlangsung di Indonesia.
Tim yang sudah lebih dari 10 tahun di bawah kepemimpinan Jacksen Tiago ini mengoleksi banyak prestasi. Prestasi terbesarnya di tingkat internasional adalah mencapai babak semifinal Piala AFC pada tahun 2014 lalu. Sementara di tingkat nasional, prestasinya tak lagi perlu diraguka, empat kali juara di kompetisi kasta tertinggi tanah air.
Persipura juga kerap melahirkan pemain-pemain lokal berkualitas yang banyak menghuni skuat Tim Nasional Indonesia. Sebut saja Boaz Salossa, Ortizan Salossa, Jack Komboi, Mauli Lesy, Eduward Ivakdalam.
Meski masih diperdebatkan, sebagian tokoh sepak bola Papua menyakini bahwa tanggal 25 Mei 1965 adalah hari dikukuhkannya Persipura. Hal itu merujuk pada pertemuan yang dihadiri oleh para wakil dari setiap kesebelasan anggota Voetball Bond Hollandia, semacam perkimpulan klub di Hollandia (sekarang Jayapura).
Sejak saat itu, tim ini bermain dikompetisi perserikatan dan pernah menjadi runner-up pada tahun 1980. Tim ini pernah menjuarai Divisi I pada tahun musim 1993-1994 kemudian promosi ke Liga Indonesia, kompetisi kasta tertinggi sepak bola nasional, hasil peleburan Perserikatan dan Galatama.
Sejak itu, Mutiara Hitam selalu menjadi tim peserta di Liga Indonesia. Selama bermain di Liga Indonesia, Persipura pernah empat kali mencicipi gelar juara. Prestasi itu mereka capai tepatnya pada musim 2005 di bawah asuhan pelatih Rahmad Darmawan, dan di Liga Super Indonesia di bawah besutan Jacksen F Tiago yakni musim tahun 2009, 2011, dan 2013.
Selain empat kali menjuarai liga, di musim 2011-2012 Persipura menempati posisi runner-up di bawah Sriwijaya FC, Musim 2014 atau kompetesi resmi terakhir sebelum Indonesia mendapat Sanksi FIFA, Persipura kembali menjadi runner-up setelah kalah lewat drama adu penalti dari Persib Bandung dipartai final.
Pada 2016, karena PSSI mendapat sanksi pembekuan dari FIFA mengakibatkan kompetisi resmi juga berhenti. Tahun tersebut digelar kompetisi independen yang diberi nama ISC yang diikuti 18 tim dari kasta tertinggi Indonesia, Persipura mampu merebut gelar juara pada tahun itu.
Di tingkat Asia, Mutiara Hitam mampu menggebrak dengan berhasil lolos ke semifinal Piala AFC 2014 setelah menyingkirkan juara bertahan Piala AFC, Al-Kuwait SC dengan agregat 8-4. Namun Persipura gagal melaju ke final setelah disingkirkan oleh Al-Qadsia.
Di era Liga 1, Persipura hanya mampu finis di posisi 6 di musim 2017, kemudian di musim 2018. Persipura belum bisa menemukan bentuk permainan terbaik dan finish di klasemen akhir di urutan 12. Kemudian di Musim 2019, Persipura mampu kembali menjadi tim yang diperhitungkan. Tim Mutiara Hitam mampu finis di urutan ketiga klasemen akhir Liga 1 2019.
Di musim 2021/2022, tim ini tidak masuk hitungan calon juara kerena tidak memiliki kedalaman skuat yang mumpuni. Apalagi, mental Persipura sedikit drop karena perpindahan Boaz Solossa ke Borneo FC. Tim Mutiara Hitam diprediksi hanya menghiasi papan tengah Liga 1 2021/2022. Label kuda hitam bakal disematkan ke Persipura di Liga 1 2021/2022.
Profil Persipura Jayapura
Nama klub : Persipura Jayapura
Pemilik : PT Persipura Jayapura
Julukan : Mutiara Hitam
Stadion : Mandala, Jayapura
Prestasi :
- Juara Liga Indonesia: 2005, 2009, 2011, 2013
- Runner-Up Liga Indonesia: 2010, 2012, 2014
- Runner up Piala Indonesia : 2006, 2007, 2009
- Juara ISC A 2016
- Peringkat ke-6 Liga 1 musim 2017
- Peringkat ke-12 Liga 1 musim 2018
- Peringkat ke-3 Liga 1 musim 2019
CEO : Benhur Tommy Mano
Manager : Arvydas Ridwan Madubun
Pelatih : Jacksen F Tiago
Skuad pemain
Kiper :Fitrul Rustapa (1), Dede Sulaiman (27), Geri Mandagi (47), Mario Londok (97),
Bek : Donny Monim (3), Israel Wamiau (28), Henrique Motta, Ricardo Salampessy (4), Evraim Awes (24), David Rumakiek (18), Irsan Lestaluhu, Imanuel Rumbiak (19), Wulf Horota (87), I Nyoman Ansanay (38)
Gelandang : Nelson Alom, Fridolin Yoku (6), Muhammad Tahir (32), Takuya Matsunaga (34), Theo Numberi (15), Patrick Womsiwor (12), Todd Ferre (11), Ian Kabes (13)
Penyerang : Gunansar Mandowen (33), Ricky Kayame, Yohanes Pahabol (17), Yevhen Bokhashvili
(LITBANG KOMPAS)
Artikel Terkait
Artikel Terkait
Referensi
Herfiyana, Novan, dkk. 2011. Ensiklopedia Sepak Bola Indonesia. Jakarta: PT Lentera Abadi.
Saputra, Asep, dkk. 2010. Sepakbola Indonesia Alat Perjuangan Bangsa dari Soeratin hingga Nurdin Halid (1930-2010). Jakarta: Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia.