KOMPAS/INGKI RINALDI
Penjaga gawang Persija Jakarta asal Moldova, Evgheny Khmaruk, mengamankan bola dari serangan Persik Kediri dalam lanjutan Liga Djarum Indonesia 2007 (12/9/2007) di Stadion Brawijaya, Kediri. Dalam partai tersebut, “Macan Kemayoran” Persija menahan imbang tuanrumah 1-1.
Fakta Singkat
Liga Indonesia:
Pemain Terbaik (1994-2019)
15 Pemain Indonesia
3 Pemain Asing
Pencetak gol terbanyak (1994-2019)
12 pemain asing
Pencetak gol terbanyak:
Cristian Gonzales: 309 gol dalam 15 musim kompetisi
Pemain lokal gol terbanyak:
Boaz Solossa: 220 gol dalam 16 tahun bersama Persipura Jayapura
Sejarah
Kemenangan suatu tim sepakbola tidak ditentukan oleh seorang pemain tapi hasil permainan kolektif para pemain di tim tersebut. Meski demikian, pencetak gol biasanya menjadi pemain bintang karena ia yang menentukan kemenangan tim. Alhasil, pencatak gol biasanya menjadi bintang lapangan dan idola bagi suporternya.
Sejak Liga Indonesia digelar tahun 1994 atau 27 tahun lalu. Tercatat ada 12 nama pemain asing yang mencatatkan namanya dalam daftar pencetak gol terbanyak di musim kompetisi yang diikutinya. Sementara pemain lokal yang mencatatkan prestasi sebagai pemain tersubur menjebol gawang lawan ada empat orang.
Dari deretan pemain asing pencetak gol terbanyak, nama Cristian Gonzales tercatat sebagai pemain tersubur di Liga Indonesia. Sepanjang kariernya di Liga Indonesia ia sudah mencetak gol sebanyak 309 dalam 15 musim di Indonesia. Sementara pemain lokal terbanyak mencetak gol yakni Boaz Solossa yang mencetak 220 gol sepanjang 16 tahun kariernya bersama Persipura Jayapura.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Pemain Persebaya, Feri Ariawan (kanan) dan Taufiq (tengah), berebut bola dengan Pemain Persema, Naum Sevolovski (kiri), dalam laga Liga Primer Indonesia di Stadion Gelora 10 Nopember, Surabaya (12/2/2012). Persebaya ditahan 0-0.
Pemain asing
Pemain asing tersubur sepanjang sejarah Liga Indonesia yakni Cristian Gonzales yang menyandang predikat empat musim sebagai pencetak gol terbanyak di Liga Indonesia. Pertama kalinya Cristian Gonzales menjadi top skor Liga Indonesia yakni pada musim pertamanya bersama Persik Kediri, yaitu pada Liga Indonesia 2005. Torehan 25 gol mengantarkannya sebagai yang paling subur di musim itu.
Gonzales kemudian tampil mendominasi top scorer bersama Persik Kediri dalam tiga musim berikutnya, yakni musim 2006, musim 2007, dan musim 2008/2009. Gonzales mencetak 29 gol di musim 2006, dan 32 gol di musim 2007. Pada musim 2008/2009, ia berbagi tempat di puncak daftar pencetak gol terbanyak dengan Boaz Solossa yang sama-sama mengoleksi 28 gol. Meski demikian, Gonzales belum pernah sekalipun menyandang predikat pemain terbaik di liga.
Pemain naturalisasi asal Uruguay yang kini berusia 45 tahun ini masih berkiprah sebagai pemain di RANS Cilegon FC yang berlaga di Liga 2 pada musim 2021. Sebelumnya , ia menjadi pemain PSIM Yogyakarta dan berkiprah di Liga 2 musim 2019/2020. Selain top skor sepanjang masa Liga Indonesia, Gonzales tercatat sebagai salah satu pemain terlama yang beredar di Liga Indonesia yakni 18 tahun.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Striker Persib Bandung, Cristian Gonzales (kiri), berusaha merebut bola dari bek Persiwa Wamena, Ferly Afriansyah, dalam laga Djarum Liga Super Indonesia 2010 di Stadion Siliwangi, Bandung, Kamis (6/5/2010). Persib menang 3-0.
Karier Gonzales
Jika dicermati, selama 18 tahun berkiprah di sepakbola Indonesia, Gonzales sudah malang melintang di sejumlah klub sepakbola di Indonesia. Pria kelahiran 30 Agustus 1975 ini datang ke Indonesia tahun 2003 dan bergabung dengan PSM Makassar dengan status free transfer.
Pada musim tersebut ia mencetak 27 gol dan PSM Makassar menjadi juara kedua Liga Indonesia. Tahun berikutnya ia masih bergabung dengan PSM Makassar dikenai skorsing oleh PSSI selama semusim dan didenda Rp 20 juta karena memukul salah seorang petugas Persita Tangerang saat bertanding.
Bebas dari skorsing, ia bergabung dengan Persik Kediri dan menjadi juara Liga Indonesia pada tahun 2006. Pada tahun 2007, ia kembali membela Persik Kediri di ajang Asian Champions League dan berhasil menorehkan 3 gol.
Pada tahun 2008 ia dijatuhi skorsing dari Komisi Disiplin setelah melakukan tindakan yang tidak sportif. Krisis finansial yang dialami Persik Kediri membuat manajemen Persik meminjamkan Gonzales ke Persib Bandung pada 2009. Di klub Maung Bandung itu, ia digaji Rp 60 juta per bulan. Setelah masa pinjamannya di Persib Bandung dan kontraknya di Persik Kediri habis, ia langsung dikontrak oleh Persib Bandung sebagai pemain tetap.
Tahun 2011, Gonzales menandatangani kontrak bersama Persisam Putra Samarinda dengan nilai kontrak sekitar Rp 1 miliar rupiah. Setahun kemudian atau pada 12 Desember 2012, Gonzales resmi menandatangani kontrak dengan klub Arema Cronus dengan nilai kontrak diperkirakan Rp 1,2 miliar. Ia bergabung dengan Arema hingga Musim 2017.
Musim 2018 ia bergabung dengan PSS Sleman yang berlaga di Liga 2 dan berhasil membawa klub itu juga Liga 2 dan promosi di Liga 1 pada musim berikutnya. Musim 2019, Gonzales bergabung dengan PSIM Yogyakarta dan berlaga di Liga 2, sementara Tahun 2021, ia bergabung dengan RANS Cilegon yang berlaga di Liga 2 untuk musim 2021-2022.
Dalam kehidupan pribadi, Cristian Gonzales menikah dengan warga negara Indonesia dan kemudian mendapatkan status WNI pada 3 November 2010. Sejak itu, Gonzales kerap menjadi langganan di timnas Indonesia. Tercatat, Gonzales tampil di 28 pertandingan dan mengemas 12 gol untuk timnas Indonesia dalam periode 2010-2015. Gonzales lantas menjadi inspirasi bagi pemain-pemain asing lain untuk ikut program naturalisasi demi bisa mengenakan seragam Merah Putih.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Pemain Madura United, Slamet Nurcahyono, memasukkan bola ke dalam kaus saat melakukan selebrasi seusai mencetak gol ke gawang PS TNI pada laga Go-Jek Traveloka Liga 1 di Stadion Gelora Bangkalan, Jawa Timur (19/5/2017). Madura United menang 4-1.
Pemain asing lainnya
Pemain asing lainnya yang mengisi daftar pencetak gol terbanyak Liga Indonesia dan lantas berganti nama Liga Super Indonesia yakni Dejan Gluscevic dari Motenegro yang membela klub Bandung Raya (musim 1995/1996), Jacksen F. Tiago dari Brasil di Persebaya Surabaya (1996/1997), Alain Mabenda dari Gabon di PSDS Deli Serdang (1998/1999).
Berikutnya Sadissou Bako dari Kamerun yang bermain untuk Barito Putra (2001), Oscar Aravena dari Chili di PSM Makasar(2003), Aldo Barreto dari Paraguay di klub Bontang FC (2008/2009), Beto Goncalves dari Brasil di Persipura Jayapura (2011/2012), dan Emmanuel Kenmogne dari Kamerun yang bermain di Persebaya 1927 (2014).
Kemudian di era Liga 1, pencetak gol terbanyak juga didominasi pemain asing. Di musim 2017, Sylvano Comvalius dari Belanda yang bermain untuk klub Bali United mencetak 37 gol dalam satu musim dan menjadi pemegang rekor gol terbanyak dalam sejarah Liga Indonesia.
Setelah keturunan Suriname itu membuat rekor gol terbanyak semusim di liga Indonesia, ia pindah ke Malaysia pada Desember 2018 dan bergabung dengan klub Malaysia KLFA. Setahun kemudian atau 24 April 2019, Striker itu resmi bergabung dengan Arema FC dengan durasi kontrak 2 tahun dan berlaga di Liga 1 musim 2019. Kemudian ia pindah ke Persipura di musim 2020 dan kini ia hengkang ke klub Singapura, Geylang International untuk musim 2021.
Pencetak gol terbanyak berikutnya yakni Aleksandar Rakic dari Serbia yang bermain di PS TIRA mencetak 21 gol di musim 2018, dan Marko Simic dari Kroasia yang bermain di Persija Jakarta mencetak 28 gol di musim 2019. Aleksandar Rakic kemudian bergabung dengan Barito Putera di Liga 1 2021-2022, sementara Marco Simic tetap bergabung dengan Persija Jakarta mengarungi Liga 1 musim 2021-2022.
Infografik: Pemain Terbaik Liga Indonesia, Litbang Kompas/ERI
Pemain asing terbaik
Tak hanya pencetak gol terbanyak, pemain asing juga kemudian bisa terpilih sebagai pemain terbaik sejak Liga 1 bergulir tahun 2017. Tercatat tiga nama yang menjadi pemain terbaik Liga 1 yakni Paulo Sergio dari Portugal yang bermain untuk Bhayangkara FC di musim 2017, kemudian Rohit Chand dari Nepal di tim Persija Jakarta di musim 2018, dan Renan Silva dari Brasil di tim Borneo FC di musim 2019.
Paulo Sergio, terpilih sebagai pemain terbaik Liga 1 2017 pada malam penganugerahan yang berlangsung di Hotel Mulia pada Desember 2017. Pemain asal Portugal itu meraih penghargaan tersebut usai membantu Bhayangkara FC juara kompetisi kasta elite Tanah Air.
Sepanjang musim 2017, Paulo Sergio tampil sebanyak 29 pertandingan dan berhasil mencetak sembilan gol dan 10 assist. Tak hanya mengacu kualitas individu, Sergio dianggap memiliki kontribusi besar terhadap Bhayangkara FC musim tersebut.
Sementara Gelandang Persija Jakarta Rohit Chand terpilih sebagai Pemain Terbaik Liga 1 2018. Sepanjang musim itu, Chand tampil apik bersama Tim Macan Kemayoran di lini tengah. Chand tampil sebanyak 31 pertandingan dan mencetak tiga gol untuk Persija dan berhasil membawa Persija Jakarta meraih gelar juara Liga 1 2018. Pemain tim nasional Nepal itu telah berada di Persija Jakarta pada musim 2013-2015 dan 2017 hingga sekarang.
Adapun Gelandang Borneo FC, Renan Silva, mendapatkan penghargaan sebagai Pemain Terbaik Liga 1 2019. Ia menyabet titel itu setelah mengungguli dua pesaingnya yakni Fadil Sausu (Bali United), dan Makan Konate (Arema FC). Meski tak berhasil membawa Borneo FC menjadi juara dan hanya menempati posisi ketujuh pada klasemen akhir Liga 1 2019, pemain asal Brasil itu mampu melesakkan 12 gol dari 30 pertandingan yang ia lakoni bersama Borneo FC.
Sementara di musim 2021-2022 yang masih bergulir, pemain terbaik di bulan September 2021 jatuh pada Ilija Spasojevic dari Bali United. Selain terpilih sebagai pemain terbaik, striker yang kini menjadi warga negara Indonesia ini juga merupakan salah satu pencetak gol terbanyak musim 2021-2022 yang sudah menyelesaikan dua seri atau 10 pekan.
Mereka terpilih sebagai pemain terbaik karena memenuhi kriteria sebagai pemain terbaik Liga Indonesia yakni kemampuan individu di atas rata-rata, memiliki pengaruh besar dalam tim, aspek fair play, menit bermain, dan kontribusi besar terhadap tim hingga bisa melaju ke papan atas.
KOMPAS/JULIAN SIHOMBING
Penyerang Pelita Jaya Jakarta, Roger Milla Lolos dari hadangan pemain belakang Persita Tangerang, Hasan Pramono dan Yudho Hadiyanto dalam pertandingan Kompetisi Sepak Bola Liga Dunhill (28/6/1995) di Stadion Lebak Bulus, Jakarta.
Aturan pemain asing
Dominasi pemain bintang dari pemain asing itu tak bisa lepas dari aturan yang membolehkan klub peserta Liga 1 merekrut pemain asing. Dalam aturan itu disebutkan setiap klub Liga 1 bisa mendaftarkan minimal 30 pemain dan maksimal 35 pemain. Empat di antaranya untuk pemain asing dengan komposisi 3 plus 1 atau tiga pemain non-Asia dan satu pemain Asia.
Selain itu, aturan pemain asing di Liga 1 juga tercantum dalam Regulasi Liga 1 2020 yang dikeluarkan PSSI. Dalam pasal 29 regulasi itu disebutkan verifikasi pemain asing di Liga 1, antara lain pemain asing yang pada musim sebelumnya bermain di luar Indonesia wajib memenuhi kriteria strata kompetisi dari klub asal.
Dalam ayat lainnya disebutkan pemain asing yang pada musim kompetisi sebelumnya bermain di luar Indonesia wajib membuktikan bahwa yang bersangkutan bermain sekurang-kurangnya 25 persen pertandingan dari total pertandingan resmi selama 1 musim kompetisi melalui dokumen resmi yang disampaikan secara tertulis dan dikeluarkan oleh klub asal atau federasi klub asal.
Kemudian bagi pemain asing dengan kewarganegaraan dari negara anggota AFC, maka pemain yang bersangkutan harus aktif di tim nasional senior ( level“A“) selama 2 tahun terakhir dengan jumlah penampilan di tim nasional (caps) di atas 25 persen dari total pertandingan resmi kecuali pemain yang bersangkutan bermain di strata 1 kompetisi negara.
Pemain asing yang berlaga di Liga 1 musim 2021-2022
Klub | Nama | Asal Negara | Posisi |
Arema FC | Adilson Maringa | Brasil | Kiper |
Renshi Yamaguchi | Jepang | Gelandang | |
Carlos Fortes | Portugal | Penyerang | |
Bali United | Willian Pacheco | Brasil | Bek |
Brwa Nouri | Irak | Gelandang | |
Melvin Platje | Belanda | Penyerang | |
Barito Putra | Cassio de Jesus | Brasil | Bek |
Rafinha | Brasil | Gelandang | |
Aleksandar Rakic | Serbia | Penyerang | |
Azamat Baimatov | Kirgistan | Bek | |
Bhayangkara FC | Anderson Salles | Brasil | Bek |
Renan Silva | Brasil | Bek | |
Ezechiel N’Douassel | Chad | Penyerang | |
Lee Yoo-joon | Korsel | Gelandang | |
Borneo FC | Jonathan Bustos | Argentina | Gelandang |
Francisco Torres | Brasil | Penyerang | |
Nuriddin Davnorov | Tajikistan | Gelandang | |
Javlon Guseynov | Uzbekistan | Bek | |
Madura United | Jaimerson Xavier | Brasil | Bek |
Hugo Gomes dos Santos Silva (Jaja) | brasil | Gelandang | |
Rafael Silva | brasil | Gelandang | |
Persebaya Surabaya | Bruno Moreira | brasil | Gelandang |
Jose Wilkson | Brasil | Gelandang | |
Alie Sesay | Sierra Leone | Bek | |
Taisei Marukawa | Jepang | Gelandang | |
Persela Lamongan | Demerson Bruno Costa | brasil | Bek |
Ivan Carlos | Brasil | Penyerang | |
Persib Bandung | Wander Luiz | Brasil | Penyerang |
Geoffrey Castillion | Belanda | Penyerang | |
Nick Kuipers | Belanda | Bek | |
Mohammed Rashid Bassim | Palestina | Gelandang | |
Persija Jakarta | Yann Motta | Brasil | Bek |
Marko Simic | Kroasia | Penyerang | |
Marco Motta | Italia | Bek | |
Rohit Chand | Nepal | Gelandang | |
Persik Kediri | Arthur Silva | Brasil | Bek |
Dionatan Machado | Brasil | Penyerang | |
Youssef Ezzejjari | Spanyol | Penyerang | |
Ibrahim Bahsoun | Lebanon | Penyerang | |
Tira Persikabo | Sergey Pushnyakov | Belarusia | Gelandang |
Ciro Alves | Brasil | Penyerang | |
Persipura Jayapura | Henrique Motta | Brasil | Bek |
Takuya Matsunaga | Jepang | Gelandang | |
Yevhen Bokhashvili | Ukraina | Penyerang | |
Persita Tangerang | Alex Goncalves | Brasil | Penyerang |
Harrison Cardoso | Brasil | Penyerang | |
Adam Mitter | brasil | Gelandang | |
Bae Shin-young | Korsel | Gelandang | |
PSIS Semarang | Bruno Silva | Brasil | Penyerang |
Wallace Costa | Brasil | Bek | |
Brian Ferreira | Irak | Gelandang | |
Jonathan Cantillana | Palestina | Gelandang | |
PSS Sleman | Aaron Evans | Australia | Gelandang |
Mario Maslac | Serbia | Bek | |
Persiraja Banda Aceh | Leo Lelis | Brasil | Bek |
Paulo Henrique | Brasil | Penyerang | |
Vanja Markovic | Serbia | Gelandang | |
Shori Murata | Jepang | Gelandang |
Sumber: LItbang Kompas/ERI, disarikan dari PT Liga Indonesia Baru dan pemberitaan media
Sementara bagi pemain asing dengan kewarganegaraan dari negara anggota Confederation of African Football (CAF) dan di musim kompetisi sebelum pendaftaran Liga 1 bermain di kompetisi negara anggota CAF yang tidak termasuk pada kriteria strata kompetisi klub asal yang diatur dalam ayat 1 pasal ini dapat tetap diterima apabila pemain asing bersangkutan bermain di tim nasional senior (level “A”) negara asalnya yang merupakan anggota CAF dan aktif di kompetisi senior (tim nasional) FIFA dan CAF selama 2 tahun terakhir dengan jumlah penampilan di tim nasional (caps) di atas 25 persen dari total pertandingan resmi.
Pemain asing yang baru pertama kali bermain di Liga 1 dengan kewarganegaraan dari negara yang masuk kategori clearance house (CH) berdasarkan ketentuan dari Direktorat Jenderal Imigrasi Republik Indonesia diperbolehkan bermain di Liga 1 sepanjang telah memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Jika pemain asing telah berakhir masa kontraknya atau telah terjadi pengakhiran kontrak yang disepakati dengan llub serta pemain bersangkutan tidak pindah ke Klub lain pada Liga 1 yang sedang berjalan, maka klub diwajibkan segera mengurus Exit Permit Only (EPO) dan berkoordinasi dengan Intermediaries dari pemain asing yang bersangkutan.
Pemain asing yang pada musim kompetisi sebelumnya bermain di luar Indonesia wajib mengikuti seluruh proses verifikasi yang ditetapkan oleh PSSI. Permohonan verifikasi pemain asing hanya dapat dilakukan oleh klub atau Intermediaries. Selain itu, klub wajib memperhatikan ketentuan-ketentuan sebelum menandatangani kontrak kerja dengan pemain dan melakukan pendaftaran pemain terkait kepada Liga Indonesia Baru (LIB).
Jika dirunut lebih jauh, aturan penggunaan pemain asing sudah ada sejak Liga Indonesia pertama kali digelar tahun 1994. Saat itu, PSSI menyiapkan puluhan pemain asing untuk ditawarkan di tim-tim peserta Liga Indonesia edisi perdana. Tiap klub diijinkan menggunakan tiga pemain asing. Di awal liga, muncul nama-nama pemain bintang kelas dunia yakni Roger Milla dari Kamerun dan Mario Kempes dari Argentina.
Masuknya pemain asing di Liga Indonesia itu diharapkan bisa menggairahkan persepakbolaan nasional serta pemain asing diharapkan dapat mentransfer ilmunya ke pemain lokal. Selain itu, kehadiran pemain asing itu bakal meningkatkan persaingan karena para pemain lokal akan berusaha meningkatkan kemampuan mereka agar dapat bersaing dengan pemain asing. Pemain asing memiliki teknik dan ilmu yang bagus dari liga besar sehingga dapat diserap oleh klub dan para pemain lokal.
Dalam perkembangannya, PSSI di musim kompetisi 2003 mengeluarkan peraturan baru yang membolehkan setiap klub peserta Liga Indonesia memiliki lima pemain asing. Kuota pemain itu berlaku hingga musim 2014 atau sebelum PSSI dibekukan dan mendapat sanksi dari FIFA.
KOMPAS/EDDY HASBY
Para pemain kesebelasan Persib Bandung saat melawan Persiraja Banda Aceh, dalam kompetisi Djarum Super Divisi Utama Perserikatan PSSI, di Stadion Utama Senayan, Jakarta (4/8/1994).
Pemain Lokal
Tak hanya pemain asing yang menjadi pencetak gol terbanyak sejak liga pertama kali digelar tahun 1994, tetapi ada juga pemain lokal yang berhasil keluar sebagai pencetak gol terbanyak di musim kompetisi.
Tercatat ada empat pemain lokal yang berhasil menjadi pencetak gol terbanyak liga yakni Peri Sandria di musim 1994/1995 dengan 34 gol, Kurniawan Dwi Yulianto (1997/1998 dengan 20 gol), Bambang Pamungkas (1999/2000, 24 gol), Ilham Jayakesuma (2002 dan 2004), dan Boaz Solossa (2008/2009, 2010/2011, dan 2013).
Striker Bandung Raya, Peri Sandria mencetak gol terbanyak di musim 1994/1995 dengan torehan 34 gol dalam satu musim dan bertahan selama 22 tahun. Torehan gol Peri Sandria itu baru bisa dipatah pada musim 2017 oleh Sylvano Comvalius yang bermain untuk Bali United dengan 37 gol dalam satu musim.
Dari empat nama itu, tiga nama juga menyandang pemain terbaik Liga Indonesia yakni Boaz Salossa dari Persipura di musim 2008/2009, 2010/2011, dan 2013. Kemudian Bambang Pamungkas di musim 2001 dan Ilham Jayakesuma di musim 2002.
Boaz Solossa dari Persipura merupakan pencetak gol terbanyak yakni tiga kali di musim kompetisi yang diikutinya sekaligus tiga kali menjadi pemain terbaik Liga Indonesia. Pencapaian Boaz itu sekaligus menghantarkan Persipura Jayapura menjadi juara terbanyak di era Liga Indonesia hingga saat ini yakni empat kali menjadi juara liga.
Pria yang lahir pada 16 Maret 1986 di Sorong, Papua ini merupakan salah satu legenda dari klub Persipura Jayapura dan bermain pada posisi penyerang. Ia bergabung dengan klub berjuluk Mutiara Hitam itu tahun 2005. Berkat penampilan Boaz yang moncer selama membela Persipura, tim ini meraih empat gelar juara Liga Indonesia.
Bersama Persipura, Boaz juga meraih prestasi individu dengan menjadi pencetak gol terbanyak Liga Indonesia selama tiga kali yakni musim 2008/2009, 2010/2011, dan 2013. Selain itu, ia juga tiga kali menjadi pemain terbaik liga tersebut yakni di musim 2008/2009, 2010/2011, dan 2013. Saat masih bermain di tim sepak bola Papua di PON, Boaz mencatatkan prestasi sebagai Pencetak Gol Terbanyak Pekan Olahraga Nasional ke-16 bersama tahun 2004 dengan 10 gol.
Seiring bertambah usia, penampilannya bersama Persipura pun menurun. Pada 2017 Boaz hanya melesakkan 10 gol dari 27 pertandingan, lantas 11 gol pada musim 2018, dan mengoleksi 9 gol pada musim 2019. Ini kontras dengan torehannya pada musim 2009/2010 hingga 2014, yang selalu menciptakan 11 gol lebih, bahkan pernah menjadi pencetak gol terbanyak.
Boaz Solossa mengakhiri kontrak dengan Persipura Jayapura Juli tahun 2021 atau setelah 16 tahun berkiprah di Persipura. Boaz didepak dari Persipura karena Manajemen Mutiara Hitam menilai Boaz melakukan pelanggaran atau indisipliner. Ia kemudian resmi gabung ke klub Borneo FC untuk mengarungi Liga 1 musim 2021-2022.
KOMPAS/HARRY SUSILO
Pemain Persisam Putra Samarinda melakukan selebrasi menyusul keberhasilan Ahmad Sembiring mencetak gol ke gawang Persija Jakarta pada laga Djarum Liga Super Indonesia di GOR Segiri, Samarinda, Kalimantan Timur (13/2/2011). Persisam menang 1- 0.
Pemain terbaik
Selain Boaz, nama pemain lokal yang menjadi bintang di Liga Indonesia adalah Bambang Pamungkas atau biasa dipanggil Bepe. Penyerang kelahiran Semarang, 10 Juni 1980 ini memiliki nama besar bersama Persija Jakarta dan Timnas Indonesia.
Bambang bergabung dengan Persija sejak tahun 2000 hingga 2004. Sebelumnya ia bergabung dengan tim divisi 3 Belanda, EHC Norad selama satu musim yakni tahun 1999/2000. Selama berkiprah di Persija ia berhasil membawa Persija Jakarta Juara Liga Indonesia musim 2000, kemudian di tahun 2001, ia menyandang pencetak gol terbanyak di Liga Indonesia bersama Persija dengan 24 gol.
Kemudian ia hijrah ke Malaysia pada 2005 dan bergabung dengan klub Selangor FC. Pada musim pertamanya ia berhasil mencetak 22 gol. Tahun 2007, ia kembali lagi ke Indonesia dan memperkuat Persija Jakarta kembali di Liga Indonesia. Di tahun 2018, Bepe Kembali membawa tim Macan Kemayoran meraih juara Liga Indonesia untuk kedua kalinya. Setahun kemudian, ia memutuskan gantung sepatu sebagai pemain sepak bola di usia 39 tahun.
Bersama Timnas Indonesia, Bepe menjadi pemegang rekor penampilan terbanyak (Caps) dan Top Skorer untuk Indonesia dengan 77 penampilan, dan 36 gol di semua pertandingan kategori A FIFA. Ia mengundurkan diri atau pensiun dari Timnas pada 2013.
Adapun Ilham Jayakesuma menjadi bintang Persita Tangerang dan menghabiskan kariernya bersama tim tersebut. Pencapaian terbesar Ilham adalah membawa Persita melaju ke final Liga Indonesia 2002. Sayangnya, Persita kalah dari Petrokimia Putra Gresik di final dan menjadi runner-up. Meski demikian, Ilham Jayakesuma dinobatkan sebagai pencetak gol terbanyak dan pemain terbaik di tahun tersebut.
Nama-nama lainnya yang pernah terpilih sebagai pemain terbaik sepanjang penyelenggaraan liga adalah Widodo C. Putro (Petrokimia), Ronny Wabia (Persipura), Nuralim (Bandung Raya), Ali Sunan (PSIS), Bima Sakti (PSM), Musikan (Persik), Ponaryo Astaman (PSM), Christian Warobay (Persipura), Maman Abdurrahman (PSIS), dan Zah Rahan (Sriwijaya FC).
Mereka terpilih sebagai pemain terbaik karena memenuhi kriteria yakni kemampuan individu di atas rata-rata, memiliki pengaruh besar dalam tim, aspek fair play, menit bermain, dan kontribusi besar terhadap tim hingga bisa melaju ke papan atas.
Kemudian di ajang Liga Super Indonesia sebagai pengganti nama Liga Indonesia yang mulai dihelat musim 2008/2009 tercatat pemain terbaik yakni Kurnia Meiga (Arema) dan Ferdinand Sinaga (Persib). Jika dicermati, nama-nama pemain terbaik di Liga Indonesia didominasi oleh pemain lokal yang sebagian besar di posisi striker atau pemain tengah.
Hanya kiper Kurnia Meiga yang terpilih sebagai pemain terbaik di luar pemain tengah atau penyerang. Kiper favorit Arema ini berhasil membawa klubnya memenangkan Liga Super Indonesia musim 2009-2010 dan terpilih sebagai pemain terbaik di musim tersebut. Kurnia Meiga terakhir berlaga bersama Arema FC pada Agustus 2017. Setelah itu, ia tak bermain lagi karena sakit dan kemudian pensiun dari dunia sepak bola.
Ferdinand Sinaga tercatat sebagai pemain terbaik terakhir dari pemain lokal di Liga Indonesia. Ia menyandang gelar itu di musim 2014 bersama Persib Bandung yang menjadi kampiun musim tersebut.
Setelah dari Persib Bandung, ia pindah ke Sriwijaya FC musim 2014-2015 dan PSM Makassar musim 2015-2017. Di musim 2018, ia sempat ke negeri Jiran dan bergabung dengan Kelantan FA dan kemudian Kembali lagi ke PSM Makassar untuk berlaga di Liga 1 musim 2018 dan 2019. Kini ia menjadi penyerang Persis Solo yang berlaga di Liga 2 musim 2021-2022.
Semaraknya Liga Indonesia dengan bintang lapangan dari pemain asing tak serta merta mengangkat prestasi timnas sepakbola nasional. Dominasi pemain asing justru berdampak pada kurangnya kesempatan bertanding bagi pemain lokal.
Idealnya pemain lokal di Liga 1 seharusnya juga mendapat kesempatan bermain lebih banyak di liga. Bila pemain-pemain lokal lebih sering tampil, pelatih timnas bakal lebih mudah memilih pemain yang berkualitas dan berpengalaman. Selain itu, tampil secara reguler di liga juga akan menempa mental pemain lokal yang bakal bermanfaat saat memperkuat timnas dalam laga internasional. (LITBANG KOMPAS)
Artikel Terkait
Artikel Terkait
Referensi
Herfiyana, Novan, dkk. 2011. Ensiklopedia Sepak Bola Indonesia. Jakarta: PT Lentera Abadi.
Saputra, Asep, dkk. 2010. Sepakbola Indonesia Alat Perjuangan Bangsa dari Soeratin hingga Nurdin Halid (1930-2010). Jakarta: Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia.
“Liga Indonesia Perlu Persiapan Matang”, KOMPAS 30 Januari 1994, hal. 4.
“Sudah Ada Titik Temu, Soal Liga Indonesia”, KOMPAS 31 Maret 1994, hal. 19.
“Liga Indonesia Bergulir November. * Perserikatan dan Galatama Digabung”, KOMPAS 28 Juli 1994, hal. 19.
“Demi Sepak Bola Nasional, Liga Harus Batal”, KOMPAS 30 Juli 1994, hal. 1.
“PSSI Bertanggung Jawab Jika Liga Indonesia Gagal”, KOMPAS 30 Juli 1994, hal. 19.
“Realisasi Liga Indonesia, Harus Melalui Persiapan yang Matang”, KOMPAS 31 Juli 1994, hal. 1.
“LI Menyalahi Hasil Kongres PSSI”, KOMPAS 1 Agustus 1994, hal. 1.
“Soal LI Bingungkan Pemain Galatama dan Persrikatan”, KOMPAS 2 Agustus 1994, hal. 19.
“Sekjen AFC Peter Vellapan: Liga Indonesia Cara Terbaik Tingkatkan Sepak Bola Nasional”, KOMPAS 4 Agustus 1994, hal. 19.
“Liga Indonesia Menjadi Liga Dunhill. *Status Kompetisi Belum Jelas”, KOMPAS 1 September 1994, hal. 19.
“Wapres: Sukses LI Tergantung Tekad Pengelola dan Kekompakan Masyarakat Sepak Bola. * PSSI Perlu Menjelaskan Kasus Persiba”, KOMPAS 1 November 1994, hal. 19.
“Juara Galatama dan Juara Perserikatan Mengawali Kompetisi Liga Indonesia * Perserikatan Berhak Memakai Pemain Asing”, KOMPAS 2 November 1994, hal. 19.
“Jadwal Pertandingan Liga Dunhill. 27 November – 26 April 1994. Putaran I”, KOMPAS 27 November 1994, hal. 4.
“Liga Bank Mandiri 2003 Dihadang Napas, Prestasi, dan Kualitas”, KOMPAS 3 Januari 2003, hal. 28.
“PSSI Setujui Format Dua Wilayah”, KOMPAS 6 Januari 2005, hal. 24.
“Kompetisi Sepak Bola Divisi Utama Liga Indonesia 2005 Diikuti 28 Klub”, KOMPAS 27 Januari 2005, hal. 24.
“Liga Profesional Indonesia, Kapan Datangnya?”, KOMPAS 2 Maret 2005, hal. 48.
“PSSI dan BLI Tidak Konsisten * Jumlah Peserta Kompetisi Kembali Berubah”, KOMPAS 10 Agustus 2006, hal. 30.
“Liga Indonesia: BLI Tetapkan Pembagian Wilayah Klub Divisi Utama”, KOMPAS 12 Desember 2006, hal. 28.
“Liga Super “Asal Jalan Dulu…””, KOMPAS 6 Maret 2008, hal. 34.
“Sepak Bola: Liga Super Indonesia Akan Diikuti 18 Klub”, KOMPAS 17 Juni 2008, hal. 28.
“Kongres Segera Digelar * Permintaan Presiden Bukti Pengurus PSSI Tidak Lagi Dipercaya”, KOMPAS 30 Januari 2010, hal. 30.
“Blatter Restui Kongres: Mantan Pemain Timnas Inginkan Perombakan PSSI”, KOMPAS 25 Maret 2010, hal. 30.
“Hari Ini Presiden Buka Kongres Sepak Bola”, KOMPAS 30 Maret 2010, hal. 30.
“Kongres Sepak Bola Nasional: PSSI Didesak Lakukan Reformasi dan Restrukturisasi”, KOMPAS 1 April 2010, hal. 1.
“Bekas Narapidana Dilarang Aturan * PSSI Harus Mematuhi Aturan Komite Olimpiade”, KOMPAS 16 Agustus 2010, hal. 30.
“LPI Bakal Bergulir Oktober * PT LI Ancam Coret Klub Peserta”, KOMPAS 18 September 2010, hal. 30.
“Liga Primer Indonesia: Tonggak Kemerdekaan Sepak Bola Indonesia”, KOMPAS 25 Oktober 2010, hal. 31.
“Awal Perubahan di Solo”, KOMPAS 8 Januari 2011, hal. 29.
“Kongres PSSI: Upaya Melanggengkan Kekuasaan”, KOMPAS 24 Januari 2011, hal. 30.
“Kisruh Sepak Bola: Batal, Pencalonan Nurdin-Nirwan”, KOMPAS 26 Februari 2011, hal. 1.
“Kisruh PSSI: Mosi Tidak Percaya 83 Anggota atas Nurdin”, KOMPAS 1 Maret 2011, hal. 1.
“Blatter Cekal Nurdin *FIFA Memantau dan Tahu Persis Situasi di Indonesia”, KOMPAS 9 Maret 2011, hal. 29.
“FIFA Bentuk Komite Normalisasi untuk Kasus PSSI”, KOMPAS 5 April 2011, hal. 1.
“Sepak Bola Indonesia: FIFA Ancam Bekukan PSSI”, KOMPAS 23 April 2011, hal. 29.
“Kongres PSSI: Djohar-Farid Harus Revolusioner”, KOMPAS 10 Juli 2011, hal. 8.
“Klub-klub Profesional Diranking”, KOMPAS 4 Agustus 2011, hal. 31.
“PSSI Tidak Akan Berkompromi * Penggabungan Klub untuk Memenuhi Kriteria AFC”, KOMPAS 5 Agustus 2011, hal. 31.
“Klub Tak Penuhi Syarat”, KOMPAS 26 Agustus 2011, hal. 31.
“FIFA dan AFC Bahas Kompetisi Pro”, KOMPAS 5 September 2011, hal. 31.
“Musim 2011/2012 Bergulir Setahun Penuh”, KOMPAS 28 September 2011, hal. 31.
“BOPI Izinkan Dua Liga Digelar Bersamaan”, KOMPAS 30 November 2011, hal. 31.
“PSSI Beri Sanksi, LSI Jalan Terus”, KOMPAS 14 Desember 2011, hal. 30.
“PSSI Tetap Gelar KLB Palangkaraya *KPSI Gelar Kongres Sendiri di Jakarta”, KOMPAS 10 Desember 2012, hal. 31.
“PSSI dan KPSI Akhiri Konflik”, KOMPAS 19 Februari 2013, hal. 30.
“FIFA Tegaskan Status KLB”, KOMPAS 6 Maret 2013, hal. 30.
“Dualisme PSSI Berakhir Sudah”, KOMPAS 18 Maret 2013, hal. 1.
“Verifikasi Klub Harus Pastikan Finansial”, KOMPAS 21 Maret 2013, hal. 30.
“IPL Dihentikan, PSSI Gelar ”Play Off””, KOMPAS 3 Oktober 2013, hal. 30.
“Unifikasi: Peserta Kompetisi Harus Tetap Diselamatkan”, KOMPAS 3 Oktober 2013, hal. 30.
“Final ISL 15 November 2014: Sebanyak 22 Tim Dibagi dalam Wilayah Barat dan Timur”, KOMPAS 4 Januari 2014, hal. 22.
“BOPI Minta ISL Ditunda”, KOMPAS 14 Februari 2015, hal. 30.
“Klub ISL Keberatan”, KOMPAS 17 Februari 2015, hal. 31.
“Menpora Segera Surati FIFA”, KOMPAS 21 Februari 2015, hal. 30.
“Liga Super Indonesia: Polri – Persebaya dan Arema Tak Diberi Izin”, KOMPAS 4 April 2015, hal. 30.
“Peringatan untuk PSSI”, KOMPAS 9 April 2015, hal. 30.
“BOPI Tegur PT Liga Indonesia”, KOMPAS 11 April 2015, hal. 31.
“Peringatan FIFA Harus Jadi ”Cambuk” bagi PSSI”, KOMPAS 13 April 2015, hal. 30.
“Momentum Membenahi Sepak Bola Nasional”, KOMPAS 19 April 2015, hal. 1.
“Momentum Perbaikan Liga”, KOMPAS 3 Mei 2015, hal. 8.
“Momentum Perbaikan Sepak Bola Nasional”, KOMPAS 31 Mei 2015, hal. 1.
“Pemerintah dan FIFA Sepakat Cari Solusi”, KOMPAS 3 November 2015, hal. 1.
“FIFA: Komite ”Ad Hoc” Reformasi Jadi Solusi”, KOMPAS 4 November 2015, hal. 1.
“Sejalan, Pemikiran Imam dan Agum”, KOMPAS 11 Februari 2016, hal. 28.
“Akuntabilitas, Prasyarat Pencabutan Pembekuan”, KOMPAS 25 Februari 2016, hal. 1.
“Klub-klub Usulkan KLB PSSI Terkait La Nyalla”, KOMPAS 19 Maret 2016, hal. 31.
“Pemerintah Dukung Kompetisi ISC”, KOMPAS 11 April 2016, hal. 30.
“Menpora Cabut Pembekuan PSSI”, KOMPAS 11 Mei 2016, hal. 29.
“Perbaikan Tata Kelola Harus Berlanjut”, KOMPAS 15 Mei 2016, hal. 8.
“PSSI Tanggapi Tuntutan Kongres Luar Biasa”, KOMPAS 19 Mei 2016, hal. 29.
“Sikap FIFA Diharapkan Menjadi Awal Baik”, KOMPAS 16 Oktober 2016, hal. 9.
“Pintu Masuk Pembenahan Sepak Bola”, KOMPAS 10 November 2016, hal. 31.
“PSSI ”Rumah Besar” Sepak Bola Indonesia”, KOMPAS 11 November 2016, hal. 1.
“Tonggak Bersejarah Sepak Bola Nasional * Program Kerja Garuda Emas Menjadi Acuan PSSI Membangkitkan Prestasi Tim Nasional”, KOMPAS 9 Januari 2017, hal. 31.
“Korona Hentikan Liga”, KOMPAS 15 Maret 2020, hal. 4.
“Liga Indonesia Dihentikan hingga Akhir Juni”, KOMPAS 28 Maret 2020, hal. 19.
“Kompetisi Dipastikan Berlanjut”, KOMPAS 18 September 2020, hal. 13.
“Klub-klub Masih Menunggu Kepastian”, KOMPAS 30 Oktober 2020, hal. 14.
“Kompetisi Liga 1 dan 2 Dimulai Juli”, KOMPAS 25 Mei 2021, hal. 14.