Foto | Tritura

Tritura

Demonstrasi mahasiswa tahun 1966 terjadi karena kecewa atas kondisi politik dan ekonomi . Dalam unjuk rasa tersebut diajukan resolusi, yang kemudian dikenal dengan Tritura (Tri Tuntutan Rakyat), yang pada puncaknya Presiden Soekarno menyerahkan mandatnya kepada Soeharto.

Demonstrasi besar-besaran mahasiswa yang berakhir dengan turunnya rezim bukan hanya terjadi tahun 1998. Sebelumnya pada tahun 1966 unjuk rasa  yang sama juga pernah terjadi, yang berbuntut pada lahirnya Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret). Isinya, penyerahan mandat kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Soeharto. Pada saat itu mahasiswa dari 17 organisasi yang tergabung dalam KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa) memulai aksinya dari depan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Salemba yang kemudian menyebar ke beberapa daerah, dan tidak hanya diikuti oleh organisai mahasiswa saja. Mereka semua kecewa atas kondisi politik dan ekonomi. Para mahasiwa yang dalam artikel-artikel lama disebut mahasiswa progresif revolusioner itu mengajukan resolusi yang kemudian di kenal dengan Tritura (Tri Tuntutan Rakyat), yang pada pokoknya berisi, pembubaran Partai Komunis Indonesia, perombakan Kabinet Dwikora, dan turunkan harga.

Demonstrasi yang dimulai sejak tanggal 10 Januari 1966 hingga menjelang lahirnya Supersemar pada 11 Maret 1966 itu menelan beberapa korban jiwa, diantaranya, Arief Rahman Hakim, mahasiswa Universitas Indonesia yang  tewas tertembak pada 23 Februari 1966. Sebelumnya di Banjarmasin, Hasanuddin HM yang merupakan mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat juga tewas saat unjuk rasa di Konsulat RRT.

Sejak masa Orde Baru Tritura selalu diperingati setiap tanggal 10 Januari. Tahun 2016 pemerintah menetapkan Hari Tritura menjadi hari penting  dalam kategori yang ditetapkan oleh komunitas tertentu.

ARSIP KOMPAS/ Repro 30 TAHUN INDONESIA MERDEKA

Aksi mahasiswa menuntut Tritura pada 26 Februari 1966

IPPHOS

Letjen Soeharto selaku Panglima Angkatan Darat menerima para pelajar dan mahasiswa yang bergerak melancarkan demonstrasi Tritura tahun 1966.

KOMPAS/JB SURATNO

KOMPAS, 25 Februari 1976

Ziarah pada peringatan 10 tahun  gugurnya pahlawan Ampera Arief Rachman Hakim di Blok P Kebayoran Baru. Pak Nasution (dalam pagar) tengah mendekati Ny. Hakimah yang hampir tak kuasa berjalan.

KOMPAS/DUDY SUDIBYO

KOMPAS, 11 Januari 1980

Para eksponen 66 (10/1/1980) memperingati Tritura dengan renungan suci di makam para Pahlawan Ampera di pekuburan Tanah Kusir, Kebayoran Lama. Bekas Kapolri Hoegeng yang hadir tampak sedang menaburkan bungan pada pusara Zainal Zakze, sementara bekas gubernur Ali Sadikin (belakang) mengunggu giliran. Zainal Zakze adalah seorang wartawan yang tewas saat meliput unjuk rasa Tritura.

KOMPAS/KARTONO RYADI

Adnan Buyung Nasution memberikan sambutan pada acara  peringatan 12 tahun perjuangan Tritura (10/1/1978) di taman Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

KOMPAS/JB SURATNO

KOMPAS, 11 Januari 1986

Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah Jumat pagi (10/1/1986) memberikan sambutan pada penutupan Tahun Pemuda Internasional 1985 serta peringatan 20 tahun Tritura di Istora Senayan Jakarta.

KOMPAS/DUDY SUDIBYO

KOMPAS, 11 Januari 1982

Suasana peringatan Dwi Windu Tritura di Balai Sidang Senayan (10/1/1982). Di deretan kanan depan antara lain tampak dr. Sjarif Thajeb, Letjen TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo, Ny. Ali Moertopo, Menpen Ali Moertopo, Menmud Urusan Pemuda Abdul Gafur, David Napitupulu dan Cosmas Batubara (Menmud Urusan Perumahan Rakyat).