Geser untuk melihat foto lain.
Pada akhir Desember 2019, China dikejutkan dengan adanya orang yang sakit dengan gejala seperti pneumonia yang belum diketahui penyebabnya merebak dan menyebar di Kota Wuhan. Sebanyak 44 orang di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, telah tertular. Hal itu memicu kekhawatiran ada virus baru.
Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Minggu (5/1/2020), dari 44 kasus, 11 pasien di antaranya sakit parah dan 33 pasien lain dalam kondisi stabil. Senin (6/1), korban bertambah jadi 59 orang, tujuh orang di antaranya kritis. Di situsnya, Komisi Kesehatan Kota Wuhan melaporkan, semua pasien diisolasi dan dirawat di institusi medis Wuhan dengan gejala berupa demam, sulit bernapas, dan lesi invasif di paru-paru. Sejumlah pasien ialah pedagang di pasar sari laut Huanan yang sejak 1 Januari 2020 ditutup karena sanitasi buruk.
Puluhan kasus pneumonia di Wuhan itu memicu ketakutan akan epidemi baru setelah sindrom pernapasan akut parah (SARS) yang menewaskan ratusan orang di China tahun 2002-2003. Pada Kamis (9/1/2020), kantor berita China, Xinhua, menyatakan, berdasarkan hasil uji laboratorium sementara oleh tim ahli menunjukkan bahwa kasus pneumonia di Wuhan disebabkan virus korona tipe baru.
Untuk mencegah penyebaran lebih luas virus korona baru, China mengisolasi tiga kota di Provinsi Hubei, yaitu Wuhan, Huanggang, dan Ezhou. Transportasi publik dihentikan. Sekitar 18 juta warga China di kota Wuhan, Huanggang, dan Ezhou terpaksa menghabiskan libur Imlek tahun ini di rumah. Mereka tak diizinkan bepergian ke luar kota menyusul isolasi yang berlaku mulai Kamis (23/1/2020) pagi di Wuhan. Warga, termasuk pegawai pemerintah, juga diminta untuk menggunakan masker. (RIS)
Penulis: Eristo Subyandono
Editor: Dwi Rustiono