Tokoh

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir

Haedar Nashir adalah Ketua Umum PP Muhammadiyah yang kembali terpilih dalam Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Surakarta pada 20 Novemebr 2022. Guru Besar Ilmu Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini sebelumnya terpilih sebagai Ketua Umum menggantikan Din Syamsuddin dalam Muktamar ke-47 di Makasar pada Agustus 2015..

NCA

Fakta Singkat

Nama Lengkap
Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir, M.Si.

Lahir
Bandung, 28 Februari 1958

Almamater
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” (STPMD), Yogyakarta
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Jabatan Terkini
Ketua Umum PP Muhammadiyah 2022-2027

Haedar Nashir kembali terpilih menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah untuk masa jabatan 2022-2027 dalam sidang pleno VIII Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Haedar Nashir sebelumnya menjabat Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2015-2020 menggantikan Din Syamsudin dalam Muktamar ke-47 di Makassar  pada 7 Agustus 2015.

Prof. Dr. K.H. Haedah Nashi, M.Si., bukan orang baru di lingkungan Muhammadiyah. Ia besar dan tumbuh bersama organisasi yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan. Pria kelahiran Bandung pada 25 Februari 1958 ini merintis karier di Muhammadiyah dari bawah, mulai dari menjabat Ketua I Pengurus Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah pada 1983. Perlahan kariernya terus meningkat, sejak 1985 hingga 1990 Haedar dipercaya sebagai Deputi Kader PPP Pemuda Muhammadiyah. Tahun 2000–2005 Haedar menjadi Sekretaris Umum PP Muhammadiyah mendampingi Buya Syafi’I Ma’arif.

Awal Agustus 2015 pada Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar, Haedar terpilih sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2015–2020 mengalahkan Din Syamsuddin Ketua Umum PP Muhammadiyah sebelumnya selama dua periode (2005–2015).

Selain aktif di Muhammadiyah, Haedar adalah seorang dosen. Ia mengajar di dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Ia juga mengajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, serta menjadi dosen pembimbing disertasi di Universitas Gadjah Mada (UGM). Selain itu, Haedar dikenal pula sebagai peneliti di LP3 UMY, serta sebaga penulis. Karya tulisanya telah banyak dibukukan, antara lain, Muhammadiyah Gerakan Pembaruan, Memahami Ideologi Muhammadiyah, Muhammadiyah Abad kedua, Menggugat Modernintas Muhammadiyah: Reflekssi Satu Abad Perjalanan Muhammadiyah, dan beberapa buku lain, serta esai-esai di jurnal, majalah, dan surat kabar.

Suami dari Noorjannah Djohantini ini bergelar master dan doktor Fisipol UGM. Pada 13 Desember 2019 ia dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Urang Bandung

Haedar Nashir lahir di Desa Ciheulang, Ciparay, Bandung Selatan pada 25 Februari 1958. Ia merupakan anak bungsu dari dua belas bersaudara dari pasangan H. Bahrudin dan Hj. Endah binti Tahim. Ayahnya seorang tokoh atau ajengan (sebutan tokoh agama di Jawa Barat) membuat Haedar mengenal pendidikan agama secara disiplin sejak dini. Diawali dari didikan agama oleh sang ayah, Haedar melanjutkan pendidikan di pesantren di Cintawana, Tasikmalaya. Haedar dibesarkan dalam kultur Muhammadiyah.

Merasa tidak cukup hanya berbekal ilmu agama, Haedar di saat yang sama juga mengenyam pendidikan umum. Mulai dari SD di Madrasah Ibtidaiyah Cigugur, Ciparay, Kabupaten Bandung, kemudian SMP Muhammadiyah 3 Padasuka, dan SMA Negeri 10 Bandung. Saat di SMA bakat berorganisasinya mulai terasah. Ia menjadi Ketua Cabang Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) pertama di Padasuka, Bandung. Melalui IPM inilah Haedar terbiasa bergaul untuk mengembangkan pengkaderan dan menjadi modal awal dirinya berkecimpung di organisasi keagamaan Muhammadiyah.

Tamat SMA, Haedar melanjutkan studi di kota pelajar Yogyakarta mengambil kuliah tingkat sarjana di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD). Haedar memilih studi di STPMD karena sejak awal ia bercita-cita menjadi lurah atau camat di tanah kelahiran untuk membangun desanya, Cihelang. Namun, kegemarannya menulis dan minatnya pada dunia jurnalistik membawanya menjadi wartawan dan menjauhkan dari cita-cita awalnya.

Di Yogyakarta, Haedar bertemu dengan Noorjannah Djohantini. Mereka menikah pada 10 September 1987 dan dikaruniai dua putri, yaitu Dr. Hilma Nadhifa Mujahidah dan MMR dr. Nuha Aulia Rahman.

Karier

Perjalanan karier organisasi Haedar di Muhammadiyah diawali pada 1983 ketika mendaftar menjadi anggota dengan nomor anggota 545549. Di organisasi keagamaan ini ia menjadi Ketua I Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) periode 1983–1986. Haedar juga pernah menjadi pengurus Departemen Kader PP Pemuda Muhammadiyah periode 1985–1990.

Di Pimpinan Pusat Muhammadiyah, karier Haedar dimulai dari menjadi Ketua Badan Pendidikan Kader periode 1985–1995. Lalu ia menjadi Pembinaan Angkatan Muda Muhammadiyah periode 1995–2000. Di tengah kesibukannya, Haedar menyelesaikan studi program pascasarjana Sosiologi di UGM hingga menyandang gelar Master of Science (M.Si) pada 1998. Ia juga melanjutkan ke program doktor Sosiologi di universitas yang sama hingga menyandang gelar doktor pada 2007.

Selanjutnya, Haedar menduduki jabatan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah mendampingi Buya Syafi’i Ma’arif. Ketika Muhammadiyah dipimpin oleh Din Syamsuddin selama dua periode (2005–2015) Haedar menjabat sebagai Ketua PP Muhammadiyah (2005–2010). Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar pada awal Agustus 2015 Haedar terpilih menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah menggantikan Din Syamsuddin Ketua Umum PP Muhammadiyah sebelumnya. Sementara, sang istri juga dipercaya menjadi Ketua Umum Aisyiyah.

Selain aktif di PP Muhammadiyah, Haedar dalam kesehariannya adalah dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Haedar tidak hanya menjadi dosen di UMY, ia juga mengajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, serta menjadi dosen pembimbing disertasi di Universitas Gadjah Mada (UGM). Aktivitas lainnya, bapak dua orang putri ini Ia juga tercatat sebagai peneliti di LP3 UMY.

Haedar juga dikenal sebagai seorang penulis yang produktif. Beberapa buku yang telah ditulisnya seperti Muhammadiyah Gerakan Pembaruan, Memahami Ideologi Muhammadiyah, Muhammadiyah Abad kedua, Menggugat Modernintas Muhammadiyah: Refleksi Satu Abad Perjalanan Muhammadiyah, dan beberapa buku lain, serta tuliasan-tulisa, esai-esain di jurnal, majalah, dan surat kabar.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir (kiri) dan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agus Taufiqurrohman (dua dari kiri) bersama pengurus PP Muhammadiyah dan PP Aisyiyah seusai bertemu Presiden Joko Widodo di Kompleks Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin (2/3/2020).

Daftar penghargaan

  • Gelar Pendekar Kehormatan dari Pencak Silat Tapak Suci di Pura Pakualaman, Yogyakarta (2018)
  • Masuk dalam Top 100 Ilmuwan Sosial di Indonesia 2022 versi AD Scientific Index (2022)

Penghargaan

Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir, M.Si. dinobatkan sebagai Ilmuwan bidang Ilmu Sosial terbaik di dunia di Indonesia 2022 pada 15 Februari 2022. Haedar Nashir masuk daftar Top 100 ilmuwan Sosial di Indonesia. Pemeringkatan itu dikeluarkan oleh Alper-Doger (AD) Scientific Index 2022, Ranking for Scientist University, Subject, Country, Region, World.

Haedar dikukuhkan sebagai Gelar Guru Besar Ilmu Sosial dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada 13 Desember 2019.

KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir (kiri) menyampaikan pidato yang berjudul Moderasi Indonesia dan Keindonesiaan: Perspektif Sosiologi dalam pengukuhannya sebagai Guru Besar Bidang Sosiologi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (12/12/2019).

DRA

“Islam Berkemajuan menjadi perspektif baru di tengah pemikiran-pemikiran yang selalu terjadi pendulum dan kontradiksi. Maka, posisi pandangan Islam Berkemajuan bukan dialektika, melainkan lebih pada eklektif, keluar dari dikotomi, kemudian bisa lebih dinamis,” ujar Haedar Nashir (Kompas, 25 Juli 2022)

Muazin bangsa

K.H. Haedar Nashir mendapat julukan “Muazin Bangsa” dari Wakil Pemimpin Umum Kompas Budiman Tanuredjo dalam kolom Catatan Politik dan Hukum: Sebuah Peringatan dari “Muazin” yang terbit di Harian Kompas,  4 September 2021. Muazin dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia V adalah orang yang menyerukan azan. Disebut juga juru azan. Dalam arti konotasinya, muazin berarti orang yang berteriak-teriak untuk menyerukan kebenaran.

Wartawan senior Kompas ini mengaitkan julukan itu dengan pidato kebangsaan yang disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini pada 30 Agustus 2021. Menurut Budiman Tanuredjo, Buya Haedar bisa ditempatkan sebagai salah satu “muazin” bangsa.

Dalam pidatonya, Guru Besar Ilmu Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini mengangkat sejumlah isu krusial, seperti perlakuan manja terhadap koruptor, praktik demokrasi transaksional, melebarnya kesenjangan sosial, kehadiran media sosial yang memunculkan persoalan baru, kian menguatnya oligarki politik, utang luar negeri, serta sejumlah isu lain. Diangkat pula soal pandemi Covid-19 dengan segala dampaknya. Pandemi kadang dijadikan alasan. Situasi psikoligis-politis seperti itu mengakibatkan ketidakpastian, menyebabkan situasi kebangsaan menjadi tidak nyaman.

Di tengah situasi keterbelahan ekstrem, antara pendukung dan pembenci, antara elite dan massa, antara pusat dan daerah, antara kaya dan miskin, wacana amandemen konstitusi yang digagas sejumlah elite politik menyisakan problem etis. Karena itulah pandangan Haedar menjadi sangat relevan. Ia menjadi early warning system. “Belajarlah dari empat kali amandemen di awal reformasi, yang mengandung sejumlah kebaikan, tetapi menyisakan masalah lain yang membuat Indonesia kehilangan sebagian jati dirinya yang asli,” kata Haedar.

Ia menekankan, jangan sampai di balik gagasan amandemen ini menguat kepentingan-kepentingan pragmatis jangka pendek yang dapat menambah besat kehidupan bangsa, menyalahi spirit reformsi 1998, serta lebih krusial lagi bertentangan dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945 yang dirancangbangun dan ditetapkan para pendiri negeri 77 tahun silam.

Itulah sebagian “suara azan” yang disampaikan oleh Haedar Nashir sebagai “Muazin” bangsa.

Biodata

Nama

Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir, M.Si.

Lahir

Bandung, 28 Februari 1958

Jabatan

Ketua Umum PP Muhammadiyah (2022-2027)

Pendidikan

  • SD Pondok Pesantren Cintawana, Tasikmalaya
  • SMP Madrasah Ibtidaiyah, Ciparay, Bandung
  • SMP Muhammadiyah III, Bandung
  • SMA Negeri 10, Bandung
  • Sarjana (S1) Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” (STPMD), Yogyakarta (1990)
  • Sarjana (S2) Pascasarjana Sosiologi, Universitas Gadjah Mada (1998)
  • Sarjana (S3) Program doktor Sosiologi, Universitas Gadjah Mada (2007)

Karier

  • Dosen Luar Biasa Fakultas Dakwah IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta (1993-1998)
  • Dosen Program Doktor Politik Islam pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta (sejak 2009)
  • Mengajar “Pemikiran Islam Kontemporer” pada program doktor pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta (2012)
  • Penulis tetap “Refleksi” pada Harian Umum Republika
  • Pembimbing Disertasi pada Pascasarjana Sosiologi UGM dan Pascasarjana Psikologi UGM

Organisasi

  • Bergabung dengan Muhammadiyah dengan Nomor Anggota 545549 (sejak 1983)
  • Ketua I Pengurus Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (1983-1986)
  • Deputi Kader PP Pemuda Muhammadiyah (1985-1990)
  • Ketua Badan Pendidikan Kader (BPK) dan Pembinaan Angkatan Muda Muhammadiyah (1985-1995 dan 1995-2000)
  • Sekretaris PP Muhammadiyah (2000-2005)
  • Pemimpin Redaksi Majalah Suara Muhammadiyah (2000-sekarang)
  • Ketua PP Muhammadiyah (2005-2010, 2010-2015)
  • Ketua Umum PP Muhammadiyah 2015-2022
  • Ketua Umum PP Muhammadiyah 2022-2027

Penghargaan

  • Gelar Pendekar Kehormatan dari Pencak Silat Tapak Suci di Pura Pakualaman, Yogyakarta (2018)
  • Masuk dalam Top 100 Ilmuwan Sosial di Indonesia 2022 versi AD Scientific Index (2022)

Karya

Buku 

  • Esai-esai di rubrik “Bingkai” di Majalah Sinar Muhammadiyah.
  • Buku:
  • Muhammadiyah sebagai Gerakan Pembaharuan
  • Indonesia dan Keindonesiaa: Perspektir Sosiologis
  • Islam Syariat
  • Agama, Demokrasi, dan Politik Kekerasan.
  • Budaya Politik dan Kekuasaan (1997)
  • Agama dan Krisis Kemanusiaan Modern (1997, 1999)
  • Pragmatisme Politik Kaum Elit (1999)
  • Perilaku Politik Elit Muhammadiyah (2000)
  • Dinamika Politik Muhammadiyah (2001)
  • Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah (2001)
  • Ideologi Gerakan Muhammadiyah (2002)
  • Islam dan Perilaku Umat di Tengah Perubahan (2002)
  • Muhammadiyah Gerakan Pembaharuan (2010)
  • Islam Syariat (2007, 2013)
  • Ibrah Kehidupan (2013)
  • Pendidikan Karakter dalam Perspektif Agama dan Kebudayaan (2013)
  • Memahami Ideologi Muhammadiyah (2014)
  • Gerakan Islam Pencerahan (2015, 2017, 2019)
  • Muhammadiyah a Reform Movement (2015)
  • The Understanding of the Ideology of Muhammadiyah (2015)
  • Muhammadiyah A Reform Movement (2015)
  • Tragedi Neo-Holocaust (2017)
  • The Tragedy of Holocaust (2017)
  • Indonesia Hitam-Putih (2017)
  • Black and White Indonesia (2017)
  • Kuliah Kemuhammadiyahan 1 (2018)
  • Kuliah Kemuhammadiyahan 2 (2018)
  • Konstruksi Pemikiran Politik Ki Bagus Hadikusumo Islam, Pancasila dan Negara (2018)
  • Indonesia dan Keindonesiaan: Perspektif Sosiologis (2019)
  • Muhammadiyah ‘In Ideolojisini Anlamak (bahasa Turki) (2019)
  • Muhammadiyah Abad Kedua (2011)
  • Dinamisasi Gerakan Muhammadiyah: Agenda Strategis Abad Kedua (2015).

Keluarga

Istri

Dr. Hj. Noordjannah Djohantini, MM., M.Si

Anak

  • Hilma Nadhifa Mujahidah
  • dr. Nuha Aulia Rahman

Sumber
Litbang Kompas