Paparan Topik | Lingkungan

Transformasi Kampung Komunitas Anak Kali Ciliwung

Kampung Komunitas Anak Kali Ciliwung memiliki karakteristik fisik yang sangat khas. Permukiman ini memiliki kepadatan tinggi dengan rumah-rumah semi permanen sepanjang tepi sungai.

KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN

Foto udara perkampungan Tongkol, Kerapu, dan Lodan di Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara, Kamis (3/8/2023). Kampung Tongkol, Kampung Kerapu, dan Kampung Lodan menjadi contoh penataan kampung di bantaran Kali Ciliwung menjadi lebih tertata dan indah dipandang.

Fakta Singkat:

  • Kampung KAKC (Komunitas Anak Kali Ciliwung) mencakup Kampung Tongkol, Kampung Lodan, dan Kampung Kerapu.
  • Terletak di Ancol Pademangan, Jakarta Utara.
  • Kampung ini mulai muncul pada tahun 1970-an dan terus berkembang hingga saat ini.
  • Kepadatan penduduk  yang tinggi di Kampung KAKC dan terbatasnya ruang hidup justru menciptakan rasa kebersamaan dan kohesi sosial yang kuat.

Kampung kota, dengan segala hiruk pikuk dan keunikannya, menghadirkan gambaran unik tentang kehidupan kota yang padat penduduk. Kenyataannya, sebagian penduduknya adalah masyarakat kelas menengah ke bawah yang makin terhimpit diantara gedung-gedung tinggi kemegahan kota.

Meski semakin terdesak, ke pinggir kota, mereka tetap bertahan dan berusaha membangun tempat tinggal mereka sendiri. Meski secara fisik bangunan terlihat kontras dengan sekelilingnya, keunikan kampung ini terlihat dair kepedulian warganya terhadap lingkungan yang diperkuat dengan semangat gotong royong yang tinggi untuk meningkatkan kualitas hidup.

Salah satu kisah menarik di antara deretan kampung kota adalah Kampung KAKC (Komunitas Anak Kali Ciliwung), yang mencakup Kampung Tongkol, Kampung Lodan, dan Kampung Kerapu. Terletak di Ancol Pademangan, Jakarta Utara.

Kampung ini mulai muncul pada tahun 1970-an dan terus berkembang hingga saat ini. Menyaksikan perkembangan kampung ini seperti melihat perkembangan pesat sebuah kota. Sebagai tempat pilihan awal bagi mereka yang mencari tempat tinggal baru atau bermigrasi dari daerah lain, yang kemudian berkembang sejalan dengan dinamika urbanisasi. Kebutuhan mendesak akan tempat tinggal yang terjangkau memaksa banyak orang untuk bermigrasi ke kota dengan harapan menemukan peluang ekonomi dan lapangan kerja yang lebih menjanjikan.

Dengan lokasinya yang terletak di bantaran sungai Ciliwung, Kampung KAKC memiliki karakteristik fisik yang sangat khas. Permukiman di kampung ini ditandai oleh kepadatan tinggi, dengan rumah-rumah semi permanen yang berjejer rapat sepanjang tepi sungai. Hal ini membawa risiko bahaya banjir bagi penduduk kampung. Keterbatasan lahan dan letak geografis yang dekat dengan sungai membuat kampung rentan terhadap naiknya air sungai, terutama saat musim hujan.

Peta Kampung KAKC

Sumber : Drone/Unmanned Aerial Vehicle (UAV), 2023 diolah kembali oleh Sopi Maulidia

Banjir rob menjadi ancaman serius bagi Kampung ini karena lokasinya yang berdekatan dengan laut. Sebelumnya, kampung ini sering mengalami dampak buruk dari banjir rob yang disebabkan oleh pasang air laut di pesisir pantai utara laut Jawa.

Fenomena ini mengakibatkan kenaikan air laut yang dapat mencapai wilayah kampung, mengancam hunian dan kehidupan sehari-hari penduduk. Dalam menghadapi tantangan ini, sejumlah upaya penanganan dan mitigasi risiko telah diterapkan di kampung ini.

Kampung KAKC Tempo Dulu

Pada masa lalu, Kampung KAKC terlihat sangat kumuh dengan kondisi yang kurang teratur. Rumah-rumah di kampung ini dibangun membelakangi Kali Ciliwung tanpa adanya jalan setapak yang memadai, bahkan sebagian rumah tidak memiliki sempadan dengan sungai. Keadaan ini menciptakan suatu tatanan permukiman yang kurang terorganisir dan menunjukkan tantangan besar terkait tata ruang dan sanitasi.

Arsip foto dari masa lalu memperlihatkan betapa rumah-rumah di kampung ini saling berdekatan tanpa batas yang jelas dengan sungai. Kondisi ini tidak hanya menghadirkan risiko kebersihan dan kesehatan, tetapi juga meningkatkan potensi ancaman banjir rob, terutama jika terjadi kenaikan air sungai.

Foto pertama Kampung Tongkol sebelum revitalisasi, foto kedua Kampung Lodan sebelum revitalisasi. (Geser foto ke kanan)
Sumber: Dokumentasi Warga Kampung Tongkol dan Kampung Lodan

Penanganan banjir di Jakarta telah lama mengikuti pendekatan top-down yang lebih berfokus pada upaya dari level pemerintahan (top) ke lapisan masyarakat (down), dan sebaliknya jarang terjadi.

Salah satu pendekatan yang diambil adalah penggusuran permukiman dengan alasan normalisasi daerah aliran sungai.

Di kampung KAKC sendiri, pada masa pemerintahan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama, sekitar 2014-2015, kampung ini mengalami ultimatum pergusuran akibat adanya program normalisasi sungai.

Warga Kampung KAKC bersikeras untuk tetap tinggal dalam area tersebut. Adanya kebijakan tentang sepadan sungai sejauh 15-meter membuat warga merasa putus asa.

Upaya Menangani Banjir

Dalam upaya menangani banjir, masyarakat Kampung KAKC mengambil langkah proaktif dengan secara mandiri menata diri dan mematuhi peraturan sempadan PUPR Kota Jakarta.

Kampung KAKC berinisiatif untuk memotong tempat tinggal mereka sejauh lima meter dari tepi sungai.

Tindakan ini bukan hanya sebagai kewajiban mengikuti peraturan, tetapi juga sebagai upaya membuktikan keterlibatan aktif dan kerjasama mereka dalam penanganan banjir.

Langkah ini dilakukan secara mandiri oleh masyarakat kampung, menunjukkan kesadaran akan tanggung jawab kolektif terhadap masalah banjir.

Bahkan, warga rela mengeluarkan biaya dan menggadaikan aset mereka demi perubahan ini.

 KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN

Kampung Tongkol, Kampung Kerapu, dan Kampung Lodan menjadi contoh penataan kampung di bantaran Kali Ciliwung menjadi lebih tertata dan indah dipandang (3/8/2023).

Pengelolaan sampah dan upaya bersama dalam membersihkan sungai menjadi fokus utama di Kampung KAKC. Warga aktif terlibat dalam melakukan perbaikan dan penataan kampung agar lebih bersih, serta mengelola sampah dengan baik. Kampung Tongkol, yang sebelumnya dianggap sebagai daerah kumuh dan kotor, berhasil mengalami transformasi melalui upaya gotong royong warganya.

Inisiatif tersebut meliputi pembuatan drainase dan septic tank komunal, serta pembuatan filter sungai untuk menyaring sampah yang berasal dari aliran sisi selatan. Warga aktif berpartisipasi dalam pembangunan ini, menunjukkan tanggung jawab bersama dalam menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan mereka.

Selain itu, warga juga membangun ‘Rumah Contoh’ sebagai gambaran hunian ideal di tepi sungai, yang mungkin bisa direplikasi oleh warga lainnya. Kesuksesan inisiatif ini terbukti, seperti yang dikatakan Didi, Ketua RT Kampung Lodan: “Sekarang udah ga pernah banjir. ”

Kampung KAKC kini

Kesungguhan dalam menangani banjir di Kampung KAKC tidak terlepas dari ultimatum penggusuran yang memicu persatuan ketiga kampong dengan membentuk Kampung Komunitas Anak Kali Ciliwung (KAKC). Inisiatif ini mencerminkan partisipasi aktif warga dalam mempertahankan kampung mereka. Terjadi konsolidasi yang signifikan antara pemerintah dan warga pada masa transisi pemerintahan provinsi di bawah kepemimpinan Anies Baswedan.

Pada masa itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama warga Kampung KAKC menjalani proses pembaharuan tata ruang wilayah. Langkah ini dilakukan dengan tujuan agar penataan daerah aliran sungai tidak mengusik perumahan warga. Perubahan ini mencerminkan adanya pendekatan yang lebih berkelanjutan dan berbasis partisipasi dalam menghadapi risiko banjir.

Transformasi Kampung KAKC terlihat melalui berbagai inisiatif pembangunan, termasuk pembangunan sheet pile, jembatan, pengerasan jalan, penerangan jalan umum, hingga penerbitan izin mendirikan bangunan (IMB). Hal ini menandakan perubahan signifikan dalam pendekatan pembangunan fasilitas publik di kampung-kampung miskin yang sebelumnya dianggap ilegal dan tidak pernah tersentuh oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) selama puluhan tahun.

Peta Kampung KAKC, bulan Agustus 2013 dan bulan Maret 2023
(Perubahan Kampung KAKC selama 10 tahun: penambahan sheet pile, jembatan, dan bantaran sungai)

Sumber: Google Earth Pro, 2013 dan Drone, 2023 diolah kembali oleh Sopi Maulidia

Selain konsolidasi dengan pemerintah, warga Kampung KAKC secara gotong royong, dengan bimbingan arsitek pendamping dari ASF-ID, mengajukan proposal desain terkait konsep pembersihan Sungai Ciliwung.

Inisiatif ini melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam merancang solusi untuk mengatasi risiko banjir di kampung mereka. Keberhasilan tercermin dengan diterimanya usulan desain oleh pemerintah provinsi yang baru.

Perubahan ini menciptakan lingkungan yang lebih baik, seperti yang diungkapkan oleh Rudi, seorang warga Kampung KAKC: “Lingkungannya enak. Dulu mah masih kurang, sekarang udah dibikin jalan, udah dicor, kita sekarang bisa ngopi adem di sini. Dulu mah ini jalan juga kan ga ada, ada sih tapi ya rumah semua ini dulu, jalan juga kaya terowongan. Sekarang mah udah tertib.”

KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Deretan rumah warga yang berada di bantaran Anak Kali Ciliwung, Kampung Tongkol, Pademangan, Jakarta Utara, Sabtu (12/11/2016). Warga Kampung Lodan, Kampung Tongkol, dan Kampung Kerapu yang tinggal di sekitar muara Kali Ciliwung mencoba beradaptasi hidup berdampingan dengan sungai. Mereka membangun kebiasaan bersih dan hidup sehat untuk menghilangkan stigma masyarakat bantaran kali yang menyebabkan kerusakan pada sungai.

Dinamika Kebersamaan

Di lingkungan Kampung KAKC, kepadatan penduduk yang tinggi dan terbatasnya ruang hidup justru menciptakan rasa kebersamaan dan kohesi sosial yang kuat.

Jarak fisik yang dekat antar masyarakat mendorong interaksi tatap muka secara teratur, meningkatkan pemahaman, dan memupuk kedekatan antar anggota masyarakat.

Hal ini tidak hanya berdampak pada terbentuknya jaringan sosial yang padat, namun juga membentuk rasa saling mendukung dan identitas kolektif di dalam masyarakat kampung. “Maunya di sini-sini aja, udah betah. Males nanti kalau pindah kampung lagi ketemu orang baru, kalau gini kan udah enak udah kenal semua,” kata Fitri warga setempat.

Sebagian besar penduduk Kampung KAKC berbagi pengalaman, menghadapi tantangan yang serupa, dan memiliki aspirasi yang mirip, yang semakin memperkuat kohesi sosial di antara mereka.

Solidaritas dalam komunitas menciptakan lingkungan yang mendukung kerjasama, kolaborasi, serta pertukaran sumber daya dan informasi di antara para penduduk.

Dimensi identitas tempat memegang peranan sentral dalam mencerminkan perasaan dan identitas yang muncul selama berkomunikasi dengan warga dan menghabiskan waktu di kampung tersebut.

Warga tidak hanya menjalani kehidupan sehari-hari, tapi juga menjalin hubungan khusus dengan sejarah dan budaya Kampung KAKC dan menjadi faktor kunci dalam pembentukan identitasnya.

Bagi banyak warga yang telah menetap sejak tahun 90-an, kampung ini telah menjadi bagian integral dari identitas mereka. Terletak di bantaran Kali Ciliwung menjadi ciri khas dan keunikan Kampung KAKC yang memberikan pengalaman yang unik dan menjadi dasar pembentukan perasaan identitas terhadap tempat tersebut. “Iya soalnya udah pada kenal, teman di sini semua. Lingkungannya enak. Dulu mah masih kurang, sekarang udah dibikin jalan, udah dicor, kita sekarang bisa ngopi adem di sini, ungkap salah satu warga setempat.

Aspek-aspek seperti aksesibilitas terhadap sumber mata pencaharian, termasuk akses transportasi, toko-toko, pusat kesehatan, atau sekolah, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketergantungan para penghuni.

Ketergantungan pada fasilitas-fasilitas ini memperkuat ikatan mereka dengan kampung, menjadikan Kampung KAKC sebagai tempat yang dianggap aman dan nyaman.

Para penghuni mengandalkan kampung untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, seperti tempat tinggal yang aman, lingkungan yang ramah, dan kehidupan sehari-hari yang stabil.

Perasaan senasib sepenanggungan dengan kebersamaan dan ikatan yang kuat membuat tekad mereka semakin kuat untuk bisa bertahan di daerah yang sudah menjadi tempat hidup selama ini.

Tekad ini diwujudkan melalui partisipasi aktif dalam kegiatan masyarakat, seperti gotong royong, acara sosial, atau proyek bersama.

Hubungan sosial dan rasa memiliki antar warga semakin berkembang melalui gerakan sosial, terutama sebagai respons terhadap tragedi penggusuran, yang memicu persatuan masyarakat di Kampung KAKC. Warga yang terlibat pun cenderung akan semakin meningkat rasa miliki dan ikatan emosionalnya dengan Kampung KAKC.

Setelah berhasil mengubah wajah Kampung menjadi hunian yang lebih nyaman dan layak huni, keterikatan masyarakat dengan alam sekitar juga semakin meningkat.

Kegiatan seperti memancing dan duduk-duduk di sekitar Kali Ciliwung menjadi contoh keterikatan dengan alam yang terjadi di Kampung KAKC. Pohon-pohon di sekitar kampung juga memainkan peran penting dalam Nature Bonding, memberikan keteduhan, udara segar, dan suasana yang nyaman bagi semua penghuni dan masyarakat sekitarnya. (LITBANG KOMPAS)

Referensi

Arsip Kompas
Jurnal Penelitian
  • Kamim, A.B. (2022). Reforma Agraria di Perkotaan, Usaha Mencari Bentuk: Kasus Jakarta, Indonesia. Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial  Volume 13 No 2
  • Maulidia, S. (2023). Laporan Akhir Research Courses Of Housing: Cooperative Rental Housing. Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.