KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Tim sprinter putri Jabar di atas podium setelah menjuarai dalam laga final nomor lari 4 x 100 putri cabang atletik PON Papua 2021 di Stadion Atletik Komplek Olahraga Mimika, Timika, Kabupaten Mimika, Papua, Rabu (13/10/2021). Tim sprinter putri jabar yang terdiri dari Raden Roselin Fika, Erna Nuryanti, Tyas Murtiningsih, dan Ulfa Silpiana meraih medali emas dan menjuarai laga final nomor ini. Medali perak diraih oleh tim pelari putri Jatim dan medali perunggu diraih oleh tim pelari putri DKI Jakarta.
Fakta Singkat
Bonus Pekan Olahraga Nasional (PON)
Provinsi Papua memberikan bonus hingga Rp1 miliar bagi peraih medali emas
Cabang Olahraga Medali Terbanyak
Renang: 59 medali
Atletik: 40 medali
Menembak: 38 medali
Sepatu Roda: 24 medali
Medali PON XX Papua:
Emas: 681 medali
Perak: 681 medali
Perunggu: 877 medali
Jumlah Cabang Olahraga PON XX Papua:
37 cabang olahraga
Atlet-atlet legendaris peraih medali dan bonus:
Renang: Naniek Juliati, Elfira Rosa Nasution, Catherine Surya, Ressa Kania Dewi, Richard Sam Bera, Wisnu Wadhana dan Triadi Fauzi Sidik
Atletik: Mardi Lestari, Eduardus Nabunome dan Triyaningsih
Naura Rahmdija Hartanti, atlet sepatu roda putri DKI Jakarta, sudah mengumpulkan lima medali emas dan menjadi atlet pertama DKI Jakarta yang mengoleksi lima medali emas PON XX Papua. Sementara Dhinda Salsabila, atlet sepatu roda dari Papua, mempersembahkan satu emas, satu perak, dan satu perunggu bagi kontingen Papua. Miliaran rupiah bakal didapat Naura dan Dhinda usai gelaran PON XX Papua.
Kedua atlet sepatu roda itu merupakan bagian dari ratusan atlet peraih medali di PON XX Papua yang mempertandingkan 37 cabang olahraga. Perhelatan empat tahunan itu bakal memperebutkan 681 medali emas, 681 medali perak, dan 877 medali perunggu. Di ajang PON tersebut, hampir semua daerah peserta, menghargai satu keping medali emas dengan nominal ratusan juta rupiah, bahkan tuan rumah Papua menjanjikan hingga satu miliar rupiah bagi atlet peraih emas daerahnya.
Atlet di cabang olahraga yang bisa mengikuti lebih dari satu nomor pertandingan seperti renang, atletik, sepatu roda, dan menembak berpeluang besar menjadi primadona lapangan dan mendulang banyak medali. Di PON XX Papua, renang merupakan cabang olahraga dengan jumlah medali emas terbanyak yakni 59 medali. Berikutnya atletik memperebutkan 40 medali emas, menembak 38 medali, dan sepatu roda 24 medali.
Patokan bonus PON berdasarkan keping medali yang diraih atlet membawa berkah tersendiri bagi atlet yang bisa berlaga lebih dari satu nomor pertandingan. Mereka berpeluang mendulang banyak medali dan memecahkan rekor yang tentunya bakal diganjar dengan ratusan juta rupiah oleh daerahnya sebagai penghargaan karena berprestasi mengharumkan nama daerahnya.
Atlet-atlet yang bertanding di cabang renang dan atletik sering menjadi bintang lapangan berkat prestasinya dan meraih lebih dari satu medali. Tak hanya itu, di cabang itu pula banyak terjadi pemecahan rekor baik rekor PON maupun nasional, bahkan ada juga atlet yang sukses memecahkan rekor SEA Games atau Asian Games. Tak heran bila atlet-atlet di cabang tersebut paling besar mendapat bonus uang dari daerahnya.
Dalam sejarah penyelenggaraan PON, sejumlah atlet mendulang banyak medali dan memecahkan rekor PON dari kedua cabang tersebut. Nama-nama Naniek Juliati, Elfira Rosa Nasution, Catherine Surya, Ressa Kania Dewi, Richard Sam Bera, Wisnu Wadhana dan Triadi Fauzi Sidik merupakan sebagian atlet renang yang menjadi bintang lapangan di ajang PON yang diikutinya.
Sementara di cabang atletik, ada pelari Mardi Lestari, Eduardus Nabunome, dan Triyaningsih. Dari cabang olahraga lainnya, ada Ryan Lalisang dari boling, Asep Setiawan dari angkat berat, Eko Yuli Irawan dan Sri Wahyuni dari angkat besi. Berkat prestasinya di PON, mereka mendapat bonus uang lebih banyak dibandingkan peraih medali lainnya.
Baca juga: PON: Cabang Olahraga, Juara Umum, Rekor, Pertandingan, dan Atlet Terbaik
KOMPAS/JULIAN SIHOMBING
Perenang puteri asal Jambi, Elsa Manora Nasution, pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XIII Jakarta, Minggu, 12 September 1993, di Stadion Renang, Senayan. Elsa merebut medali emas 400 m gaya ganti perseorangan.
Cabang Renang
Naniek Juliati, atlet asal Surabaya, Jawa Timur menjadi primadona di PON IX 1977 yang digelar di Senayan, Jakarta. Dari 12 nomor pertandingan di cabang renang yang diikutinya, ia berhasil meraih 11 medali emas dan satu medali perak. Ia juga memecahkan Sembilan rekor nasional. Di ajang PON VIII 1973, Naniek juga mengondol 3 medali emas dan 6 perak.
Di ajang PON IX/1977, Pemda Jatim melalui KONI Jatim berjanji memberikan uang Rp100.000,00 bagi pemecah rekor nasional, sementara bagi peraih medali emas Rp50.000,00 perak Rp30.000,00 dan perunggu Rp20.000,00. Mengacu pada janji itu, Naniek berkat prestasinya di PON 1977 setidaknya mendapat bonus uang dari Pemda Jatim sebesar Rp1,47 juta.
Selang 12 tahun kemudian, Elfira Rosa Nasution yang mewakili Provinsi Jambi menguasai kolam renang PON XII/1989 yang digelar di Jakarta. Ia meraih delapan medali emas, dua perak, dan tiga perunggu. Berkat prestasinya, ia diganjar bonus uang Rp 29,25 juta dari Gubernur Jambi. Uang yang diterima Elfira merupakan bonus terbesar yang diterima atlet peserta PON XII dari seluruh Indonesia.
Di PON sebelumnya yakni PON XI/1985, Elfira juga mempersembahkan 8 emas dan 2 perak bagi kontingen Jambi. Lantas ia memperoleh bonus terbesar dibandingkan atlet lainnya di PON tersebut. Ia diganjar bonus uang Rp13 juta yang berasal dari Pemda Jambi sebesar Rp9 juta dan pengusaha provinsi itu Rp4 juta.
Empat tahun berselang, perenang Jabar Chaterine Surya tampil sebagai bintang renang PON XIII/1993 dengan meraih medali PON terbanyak yakni 7 medali emas dan dua perak, sekaligus memecahkan lima rekor nasional di nomor gaya bebas. Ia lantas diganjar bonus uang Rp79 juta dari Pemerintah Jawa Barat. Namun dalam perkembangannya, bonus itu dikembalikan ke Pemda Jabar karena ia terbukti melakukan doping dan medali yang diraihnya dicabut oleh KONI Pusat.
Tiga tahun kemudian di PON XIV/1996, Chaterine Surya meraih lima medali emas dan dinobatkan sebagai perenang terbaik di arena PON 1996. Ia menjadi atlet Jabar yang paling besar mendapatkan uang kadeudeuh (kasih sayang) dari Pemda Jabar. Dengan lima emas yang diperolehnya, serta ditambah bonus pemecahan rekor nasional, dia memperoleh Rp90,8 juta yang diterima langsung dari Gubernur Jabar, Nuriana, di kediaman resmi Gubernur, Gedung Pakuan Bandung.
Baca juga: PON: Sejarah Penyelenggaraan Tuan Rumah dan PON Papua
INFOGRAFIK: TARGET KONTINGEN PON XX PAPUA
Di PON VI/2004 di Palembang, Elsa Manora Nasution dari Jambi menyabet lima medali emas, ditambah satu perak dan satu perunggu. Ia diganjar Pemda Jambi bonus Rp205 juta. Pemda Jambi waktu itu memang menyediakan bonus untuk prestasi para atlet daerahnya sampai sebesar Rp1,6 miliar. Satu medali emas dihargai Rp35 juta, perak Rp20 juta, dan perunggu Rp10 juta.
Empat tahun kemudian, di PON XVII 2008, perenang Jatim Nancy Suryaatmaja, putri dari perenang legendaris Naniek Juliati, mendulang 7 medali emas dan memecahkan dua rekor nasional di nomor 50 meter gaya bebas dan 100 meter gaya bebas putri. Prestasinya itu diganjar dengan bonus Rp675 juta dari Pemprov Jatim.
Berselang 8 tahun kemudian, Ressa Kania Dewi atlet renang putri dari Jatim di PON XIX/2016 memperoleh 11 medali, yaitu 7 emas 2 perak dan 2 medali perunggu. Ia memecahkan 2 rekor nasional dan 3 rekor PON. Prestasinya itu membuatnya meraih bonus atlet terbesar di Jatim dengan mendapatkan Rp1,9 miliar dari Pemprov Jatim.
Di PON XX Papua, atlet renang putri yang meraih lebih dari satu medali emas perorangan yakni Adinda Larasati (3 medali emas), Ressa Kania Dewi (2 emas), dan Nurul Fajar Fitriati (2 emas). Ketiga atlet tersebut dari kontingen Jawa Timur.
Di kelompok putra, perenang Richard Sam Bera dari DKI Jakarta juga merajai kolam renang di PON 1989. Ia merebut 11 medali emas dan satu perak, serta memecahkan satu rekor nasional dan 9 rekor PON. Prestasinya itu mencatatkan rekor tersendiri dalam cabang renang di PON selama empat puluh tahun terakhir. Pemda DKI Jakarta di PON 1989 berjanji mengganjar peraih medali emas Rp 750.000,00 perak Rp 500.000,00 dan perunggu Rp 300.000,00 Berdasarkan hal itu, Richard setidaknya menerima Rp 8 juta sebagai penghargaan dan apresiasi DKI Jakarta pada atletnya.
Baca juga: Penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional
KOMPAS/JULIAN SIHOMBING
Perenang puteri asal Jawa Barat, Chaterine Surya (tengah), menjuarai lomba renang 100 m gaya bebas Pekan Olahraga Nasional (PON) XIII Jakarta, September 1993, disusul Meitri Widya Pangestika dari Jateng (kiri)) dengan catatan waktu 00:59.97, 3, dan Elsa Manora Nasution (Jambi) 00:59.30. Catherine juga merebut perak 400 m gaya ganti perseorangan dengan kecepatan waktu 05:04.44, 3.
Empat tahun berselang, Wisnu Wardhana tampil sebagai peraih medali terbanyak putra di cabang renang, yakni enam emas di PON XIII/1993 setelah Richard Sam Bera dilarang berlaga di PON tersebut. WIsnu diganjar sedikitnya Rp50 juta dari Pemprov DKI yang di PON tersebut menghargai sekeping emas dengan Rp10 juta.
PON 2004 yang digelar di Palembang, perenang Akbar Nasution meraih medali emas terbanyak untuk Jambi, dengan delapan medali emas serta tiga perak dari renang. Akbar Nasution lantas mendapat Rp340 juta dari Pemda Jambi yang waktu itu memang menyediakan bonus untuk satu medali emas dihargai Rp35 juta, perak Rp20 juta, dan perunggu Rp10 juta.
Berselang 12 tahun kemudian, Triadi Fauzi Sidik, atlet renang Jabar mengemas delapan medali emas, satu perak, dan satu perunggu pada ajang PON XIX/2016. Di PON sebelumnya yakni PON 2012 di Riau, ia mendulang tujuh medali emas di cabang renang pada sejumlah nomor yang diikuti. Pemprov Jabar mengganjar peraih medali di PON XIX dengan Rp275 juta per keping medali emas. Usai gelaran PON XIX/2016 itu, Triadi mengantongi bonus Rp2,045 miliar dan di PON sebelumnya mendapat sedikitnya Rp1,4 miliar.
Di ajang PON XX Papua yang masih berlangsung, Triadi Fauzi Sidik juga sudah menggondol dua medali emas. Sementara atlet renang perorangan putra lainnya yakni Aflah Fadlan Prawira sudah menggondol tiga medali emas yakni di 400 meter gaya bebas, 200 meter gaya ganti, dan 400 meter gaya ganti putra. Kemudian Glen Viktor dari Jatim dan Gagarin Nathaniel dari DKI Jakarta mempersembahkan dua medali emas bagi daerahnya.
Baca juga: Sejarah Hari Olahraga Nasional dan Momentum Kebangkitan Prestasi
KOMPAS/FABIO MARIA LOPES COSTA
Petinju putri asal Papua, Salomina Yarisetouw meraih medali emas di kelas putri welter ringan 64 kilogram. Salomina menang angka 4-1 dengan mengalahkan petinju asal Maluku, Welmy Pariama di Gedung Olahraga Cenderawasih, Kota Jayapura, Rabu (13/10/2021).
Cabang Atletik
Nama pelari Mardi Lestari dari Sumatera Utara menjulang di lintasan atletik pada PON XII/1989. Dalam babak final lari 100 meter putra, ia berhasil mencatatkan waktu 10,20 detik yang memecahkan rekor Asia sekaligus rekor nasional dan rekor PON pada PON Jakarta 1989.
Mardi mencatat rekor 10,20 detik untuk nomor lari 100 meter dan menyandang predikat ”manusia tercepat Asia” saat itu. Selain itu, Mardi juga menyumbangkan dua medali emas bagi Sumut di nomor 200 meter dan 100 meter putra.
Berkat prestasinya, ia diganjar banyak hadiah baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah Sumatera Utara. Dari pemerintah pusat, melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga, Mardi diganjar uang Rp 500.000,00 dan medali penghargaan, sementara dari Pemerintah Provinsi Sumut, Mardi mendapat promosi sebagai karyawan Bank Pembangunan Daerah Sumut. Mardi tidak menerima bonus uang dari Pemprov Sumut yang tidak memberikan bonus uang karena tidak mendidik.
Sementara Eduardus Nabunome dari NTT yang terbaik di nomor 10.000 meter, Maraton, dan 5.000 meter, menyumbangkan tiga medali emas bagi NTT di PON 1993 dan PON 1996. Dia pun berhasil memecahkan rekornas dan SEA Games. Sebelumnya ia juga merebut emas di tiga nomor jarak jauh, yang sudah dia buat di PON XI dan PON XII. Eduard dihadiahi paling tidak bonus Rp 10 juta untuk sekeping medali emas dari Pemprov NTT.
Di kelompok putri ada pelari putri andalan Maluku, Irene Truitje Joseph yang mendulang tiga medali emas pada PON XV Jawa Timur 2000. Irene merebut tiga emas dari lari 100 meter, 200 meter, dan 400 meter putri. Ia bahkan memecahkan rekor PON lari 200 meter yang sudah bertahan 27 tahun. Prestasinya itu mendapat ganjaran uang dari Pemda Maluku puluhan juta rupiah.
Baca juga: Acara Olahraga Internasional di Indonesia
KOMPAS/JULIAN SIHOMBING
Final atletik nomor lari 100 meter Pekan Olahraga Nasional (PON) XIII, Sabtu, 11 September 1993 di Stadion Madya, Senayan, Jakarta. Mardi Lestari mewakli Sumatera Utara (nomor 103), keluar sebagau juara menaklukkan saingannya, Khadik Juntasi dari Jateng, seakligus mempertahankan mempertahankan gelar 100 meter dan membuat hat-trick ketika menjadi juara nomor 100 meter SEA Games ketiga kalinya di Singapura tiga bulan lalu.
Berselang 16 tahun kemudian, di kelompok putri ada Rini Budiarti yang mempersembahkan empat medali emas bagi DKI Jakarta di ajang PON XIX/2016 yang diselenggarakan di Jabar. Rini merebut medali emas di nomor 1.500 meter, nomor 800 meter, nomor 3000 meter halang rintang, dan 5.000 meter putri. Prestasinya itu mendapat ganjaran tak kurang dari Rp 800 juta dari Pemprov DKI Jakarta.
Di PON sebelumnya, Rini juga memborong tiga emas dari tiga nomor yakni 800 meter, 3.000 meter halang rintang, dan 1.500 meter serta memecahkan rekor PON dan mendapatkan bonus sedikitnya Rp 600 juta.
Atlet putri lainnya yakni pelari jarak jauh Triyaningsih dari Jawa Tengah. Ia meraih medali emas di nomor lari 10.000 meter putri selama tiga kali berturut-turut yakni PON 2004, 2008 dan 2012. Di PON XVIII/2008 yang digelar di Kaltim ia menyumbang dua medali emas di nomor 5.000 meter dan nomor 10.000 meter. Di PON XVIII/2008, bonus yang dia dapat kala itu dari Pemprov Jateng setidaknya Rp 300 juta. Di PON tersebut Jateng menganjar bonus untuk per keping medali emas dengan uang Rp 150 juta.
Di PON XX Papua, Triyaningsih yang kini pindah ke DKI Jakarta bakal menerima bonus ratusan juta rupiah dari Pemprov DKI Jakarta berkat medali emas yang didapat di nomor lari 10.000 putri di PON XX Papua. Ia masih berpeluang menambah medali di nomor pertandingan lainnya yang diikutinya.
Terbaru di PON Papua yang masih berlangsung, hingga hari ke-12 penyelenggaraan, di cabang atletik telah melahir beberapa atlet yang meraih lebih dari satu medali emas. Atlet Lalu Muhammad Zohri dari NTB mencatatkan manusia tercepat di Indonesia dengan mendulang dua medali emas di nomor 100 meter putra dan 200 meter putra. Kemudian ada nama Agus Prayogo dari Jabar yang mendapat dua medali emas di nomor lari 5000 meter putra dan lari marathon putra.
Di atlet putri muncul nama Odekta Elvina dari DKI Jakarta yang meraih tiga medali emas yakni di nomor lari 5.000 meter putri, 10.000 meter putri, dan lari marathon putri. Sementara atlet putri lainnya yakni Maria Nathalia Ronda dari Bali meraih dua medali emas di nomor lonpat jangkit dan lompat jauh putri.
Baca juga: Perolehan Medali Asian Games
INFOGRAFIK: BONUS ATLET PON
Cabang lainnya
Di luar cabang atletik dan renang, ada pembalap sepeda putri, Nurhayati dari DIY yang sekurang-kurangnya memperoleh bonus Rp 8,375 juta dari pengusaha Yogyakarta yang dihimpun KONI DIY, karena dalam PON XIII/1993 ia berhasil meraih dua medali emas dan satu mendali perak. Di samping itu, ia masih mendapat bonus khusus, karena mampu memecahkan rekor SEA Games dan mengangkat tim DIY menempati urutan teratas dalam pengumpulan medali cabang olahraga balap sepeda PON XIII dengan lima medali emas, tiga perak dan satu perunggu.
Selang lima kali penyelenggaraan PON, ada nama peboling Ryan Lalisang dari DKI Jakarta yang memperoleh gelar ”The Perfect Games”. Ryan merebut lima medali emas dari lima nomor putra di PON XVIII/2012. Pemerintah DKI memberikan peraih medali emas dengan bonus Rp 200 juta per medali. Ryan Lalisang yang meraih lima medali emas di cabang boling mendapat uang Rp 1 miliar dari Pemda DKI Jakarta.
Prestasi atlet lain yang muncul di PON datang dari Asep Setiawan. Di PON Kalimantan Timur 2008, lifter angkat berat dari Jawa Barat itu menggondol satu medali emas dan berhasil melampaui rekor Asia di kelas angkatan 100 kilogram. Asep juga memecahkan empat rekor PON dan empat rekor nasional. Prestasinya itu diganjar setidaknya Rp75 juta dari Pemprov Jabar yang memberikan peraih medali emas bonus Rp75 juta.
Di cabang angkat besi, Lifter Eko Yuli Irawan dari Jatim membuat catatan baru di PON. Ia tiga kali berturut-turut meraih medali emas yakni di PON XVIII Riau, PON XIX Jabar, dan PON XX Papua. Ia juga memecahkan dua rekor nasional pada jenis angkatan clean and jerk dan total di kelas 62 kilogram. Di PON XIX Jabar ia diganjar bonus Rp 250 juta oleh Pemprov Jatim, sementara Di PON XVIII Riau, ia juga diganjar bonus Rp 150 juta. Ratusan juta rupiah bakal diterima lagi usai ajang PON XX Papua.
Baca juga: Paralimpiade: Ajang Unjuk Diri Atlet Difabel
Artikel Terkait
Adapun Lifter Jawa Barat Sri Wahyuni merebut emas sekaligus mencatat rekor baru PON sekaligus rekor nasional pada angkatan snatch dan total angkatan kelas 48 kg putri di ajang PON XIX. Peraih medali perak di Olimpiade Rio 2016 ini mencatat angkatan terbaik snatch 81 kilogram, memecahkan rekor PON sebelumnya, 80 kilogram. Ia lantas diganjar bonus Rp275 juta dari Pemprov Jabar. Sebelumnya ia juga diberi bonus Rp 100 juta oleh Pemprov Jabar dan Rp2 miliar dari negara berkat prestasinya meraih medali perak Olimpiade Brasil 2016. Di ajang PON XVIII/2012 di Riau, ia juga meraih medali emas di kelas 28 kg.
Terbaru di PON XX/2021 di Papua, dari cabang sepatu roda, muncul nama Naura Rahmdija Hartanti dari DKI Jakarta yang mengumpulkan lima medali emas, dan Dindha Salsabila dari Papua yang meraih empat medali (1 emas, dua perak, dan satu perunggu). Naura dan Dhinda bakal diganjar miliaran rupiah dari medali yang didapat di ajang empat tahunan itu.
Sejumlah Atlet Peraih Medali Emas Perorangan di PON XX Papua
Nama | Kontingen | Cabang | Jumlah Medali |
Maizir Riyondra dari | Riau | Dayung | 2 emas |
Stevani Maysche Ibo | Papua | Dayung | 2 emas |
Naura Rahmdija Hartanti | DKI Jakarta | Sepatu Roda | 5 emas |
Alifia Meidia | DKI Jakarta | Sepatu Roda | 2 emas |
Yonatan Lovertus | DKI Jakarta | Sepatu Roda | 2 emas |
Lalu Muhammad Zohri | NTB | Atletik | 2 emas |
Agus Prayogo | Jabar | Atletik | 3 emas |
Sri Mayasari | Sumsel | Atletik | 2 emas |
Odekta Elvina | DKI Jakarta | Atletik | 3 emas |
Maria Nathalia Ronda | Bali | Atletik | 2 emas |
Triadi Fauzi Sidik | Jabar | Renang | 2 emas |
Gede Siman Sudartawa | DKI Jakarta | Renang | 2 emas |
Aflah Fadlan Prawira | Jabar | Renang | 3 emas |
Glenn Victor | Jatim | renang | 2 emas |
Gagarin Nathaniel | DKI Jakarta | Renang | 2 emas |
Edgar Xavier | DKI Jakarta | Wushu | 2 emas |
Nabila Evendestiera | DKI Jakarta | Senam ritmik | 3 emas |
Rifda Irfanaluthfi | DKI Jakarta | Senam artistik | 3 emas |
Sumber: Litbang Kompas, disarikan dari laman PON XX Papua
Selain atlet sepatu roda, 28 cabang lainnya sudah menyelesaikan semua nomor pertandingan dan medali sudah dibagikan pada atlet-atlet terbaiknya. Cabang-cabang tersebut yakni muaythai, wushu, futsal, bisbol, sepatu roda, judo, polo air, canoeing, senam artistik, kriket, binaraga, taekwondo, renang perairan terbuka, terbang layang dan gantole. Cabang lainnya yakni renang artistik, tenis, senam ritmik, panjat tebing, rowing, anggar, bermotor, bola basket 5×5, angkat besi, panahan, sepak takraw, hoki indoor, bola voli pasir dan aeromodeling.
Dari cabang yang sudah rampung itu, cabang dayung misalnya mencuatkan nama atlet putra Maizir Riyondra dari Riau yang mendulang dua medali emas di nomor K-1 1.000 meter dan K-1 200 meter. Sementara di atlet putri muncul nama Stevani Maysche Ibo yang menyumbangkan dua medali emas untuk papua di nomor K-1 200 meter putri dan K-1 500 meter putri.
Hadiah ratusan juta rupiah bahkan ada yang mencapai miliaran rupiah yang didapat atlet berprestasi itu memang bakal membantu mereka saat tak lagi pada masa keemasannya. Namun yang paling penting, pencapaian di PON itu bisa menjadi awal dari perjalanan panjang ke puncak yang lebih tinggi lagi yakni di tingkat Asia maupun di tingkat dunia. Level itu lah yang seharusnya kejar seorang atlet bukan hanya sebatas bonus dan semtimen kedaerahan. Tak hanya mengharumkan nama daerahnya tapi juga mengharumkan nama bangsa. (Litbang Kompas)
Artikel Terkait
Referensi
Pekan Olahraga Nasional I-X: Sejarah Ringkas dan Perkembangannya, Penulis: Harahap, Sorip, Jakarta, Koni Pusat, 1985
- Elfira, ratu renang PON XI?, KOMPAS, 10 Sep 1985 Halaman: 3
- Ratu renang Elfira dapat hadiah Rp 13 juta, KOMPAS, 24 Sep 1985 Halaman: 10
- Kesenjangan Prestasi Renang PON XII, KOMPAS, 30 Oct 1989 Halaman: 13
- Persaingan DKI dan Jambi Richard Sam Bera Vs Elfira, KOMPAS, 17 Oktober 1989, halaman: 12
- Richard Sam Bera Terus Meraja, KOMPAS, 24 Oct 1989 Halaman: 014
- Richard Sam Bera, Sang Idola * Box, KOMPAS, 26 Oct 1989 Halaman: 012
- DKI Terkuat di Renang, KOMPAS, 27 Oct 1989 Halaman: 014
- Kontingen DKI Mendapat Bonus Rp 2,767 Milyar, KOMPAS, 25 Sep 1993 Halaman: 015
- KONI Jatim Umumkan Bonus, KOMPAS, 02 Oct 1993 Halaman: 015
- Nurhayati Peraih Bonus Terbesar DIY, KOMPAS, 09 Oct 1993 Halaman: 015
- DKI tak Janji Bonus, KOMPAS, 22 Aug 1996 Halaman: 016
- Gubernur Jatim “Bertarung” dengan Gubernur Jateng, KOMPAS, 01 Sep 1996 Halaman: 005
- Harapan NTT Tetap pada Nabunome…KOMPAS, 08 Sep 1996 Halaman: 007
- Atlet PON yang Berprestasi Diimingi Bonus Uang, KOMPAS, 04 May 2000 Halaman: 026
- Bonus Rp 20 Juta untuk Atlet Emas Jatim * Jelang PON XV, KOMPAS, 14 Jun 2000 Halaman: 017
- Rp 10,5 Milyar Bonus Peraih Medali PON XV * PON XV, KOMPAS, 02 Jul 2000 Halaman: 003
- Rp 22 Miliar bagi Atlet Juara, KOMPAS, 16 Aug 2008 Halaman: 001
- Prestasi dan Bonus : Bonus Bukan Jaminan Hari Tua Atlet, KOMPAS, 18 Sep 2008 Halaman: 010
- PON 2012 : Bonus Ratusan Juta Rupiah bagi Peraih Medali, KOMPAS, 08 Sep 2012 Halaman: 28
- Setelah PON XVIII Riau : DKI Juara Umum, Atlet dan Pelatih Pesta Bonus, KOMPAS, 29 Sep 2012 Halaman: 29
- Olahraga Nasional: PON Mendesak untuk Ditata Ulang, KOMPAS, 06 Sep 2016 Halaman: 01
- Perang Bonus di Ajang PON * Sumatera Selatan Janjikan Hadiah Unit Apartemen, KOMPAS, 10 Sep 2016 Halaman: 29
- Sosok: Triady Fauzi Sidiq – Raja Renang Cimahi, KOMPAS, 22 Sep 2016 Halaman: 16
- Fokus ke Bonus Ganggu Prestasi* Atlet Tampil di Banyak Nomor, Rekor Baru Minim, KOMPAS, 07 Oct 2016 Halaman: 29
- Bonus Atlet: Pemerintah Tidak Membatasi Jumlah, KOMPAS, 05 Jan 2017 Halaman: 26