KOMPAS/wawan h parbowo
Maskot PON XX Papua 2021 Kangpho (kanguru pohon) dan Drawa (burung cenderawasih) menghiasi Tugu Adipura, Kota Jayapura, Papua, Selasa (28/9/2021). Secara resmi, PON XX Papua 2021 dibuka pada 2 Oktober 2021. Jumlah penonton yang menyaksikan pertandingan PON secara langsung dibatasi dan harus sudah divaksin Covid-19 dosis kedua.
Fakta Singkat
Dinamika Cabang Olahraga:
Era Orde Lama:
≤ 20 cabang olahraga
Orde Baru:
30 cabang olahraga
Pascareformasi:
40 cabang olahraga
- Paling sedikit: 9 cabang olahraga (PON pertama di Surakarta)
- Terbanyak: 44 cabang olahraga (PON XIX, Jawa Barat)
- PON XX Papua: 37 cabang olahraga
Juara Umum
- DKI Jakarta (11 kali)
- Jawa Barat (4 kali)
- Jawa Timur (2 kali)
Sejak digelar pertama kali pada 1948, pesta olahraga terbesar di Indonesia itu baru menghasilkan tiga provinsi yang menyandang predikat juara umum dan satu keresidenan (dahulu disebut karesidenan yakni bagian dari provinsi yang meliputi beberapa kabupaten).
Satu keresidenan itu adalah Surakarta atau Solo, sedangkan tiga provinsi tersebut, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Provinsi yang menjadi ibu kota negara itu terbanyak meraih juara, yakni 11 kali, bahkan mendominasi selama 8 kali berturut-turut pada masa Orde Baru.
Selain rekor-rekor baru tercipta, ajang PON juga melahirkan bintang-bintang lapangan yang mendulang banyak medali dan memecahkan rekor PON, rekornas, maupun rekor di tingkat Asia Tenggara dan Asia.
Jumlah cabang olahraga yang dipertandingkan pernah mengalami penambahan, namun juga pernah dikurangi.
Baca juga: PON Pertama, Bertanding di Bawah Ancaman Bedil
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
Sebanyak 500 anak dari berbagai sekolah dasar di Palembang tampil mengiringi lagu-lagu karya AT Mahmud sambil membentuk konfigurasi bertuliskan PON XVI 2004. Pesta olahraga tersebut dibuka secara resmi oleh Presiden Megawati Soekarnoputri hari Kamis (2/9/2004) di Palembang.
Cabang olahraga
Dalam perjalanan penyelenggaraan sejak PON I, jumlah cabang olahraga yang dipertandingkan terus berkembang. Pada PON I tahun 1948 hanya mempertandingkan 9 cabang olahraga, kemudian di PON II tahun 1951 bertambah dua kali lipat menjadi 18 cabang. Bahkan, di PON XIX yang digelar pada 2016, memperlombakan 44 cabang olahraga dengan total 65 disiplin dan 756 pertandingan.
Jika dicermati, cabang olahraga yang dipertandingkan selama era Presiden Soekarno rata-rata kurang dari 20 cabang olahraga, sementara pada masa Presiden Soeharto jumlah cabang olahlaga meningkat menjadi rata-rata 30 cabang. Sementara, setelah memasuki era reformasi jumlah cabang melonjak menjadi 40 cabang olahraga.
Baca juga: Presiden Joko Widodo Main Sepak Bola di Pembukaan PON XX Papua
ISTANA KEPRESIDENAN/AGUS SUPARTO
Presiden Joko Widodo bermain sepak bola dalam pembukaan PON Papua 2021 di Stadion Lukas Enembe, Jayapura, Papua Sabtu (02/10/2021).
PON I yang digelar di Solo pada 1948 tidak diikuti peserta dari provinsi-provinsi di Indonesia melainkan diikuti kota atau keresidenan di Jawa, karena situasi politik belum memungkinkan mengelar kompetisi multicabang yang skalanya nasional. Sebanyak 9 cabang olahraga dipertandingkan, yakni sepakbola, atletik, renang, bulu tangkis, basket, bola keranjang, tenis, panahan dan pencak silat.
Pada PON berikutnya, jumlah cabang yang dipertandingkan lebih banyak dan mengacu pada cabang olahraga yang dipertandingan di Olimpiade dan cabang olahraga yang banyak digemari masyarakat Indonesia. PON II yang digelar di Jakarta pada 1951 mempertandingkan 18 cabang olahraga, yaitu anggar, angkat besi, atletik, balap sepeda, basket, bola keranjang, bola voli, bulu tangkis, hoki, kasti, menembak, panahan, pencak silat, polo air, renang, softball, sepak bola, dan tenis.
Pada PON II yang digelar di Lapangan Ikada, untuk pertama kalinya dikuti provinsi-provinsi. Sebanyak 10 provinsi berpartisipasi dalam PON II, yakni Jawa Barat, Jakarta Raya, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, dan Maluku. Jawa Barat keluar sebagai juara umum diikuti Jakarta Raya dan Jawa Timur di peringkat dua dan tiga.
Baca juga: PON 1951, dari Lapangan Ikada ke Olimpiade Helsinki
Selanjutnya di PON III yang diselenggarakan di Medan pada 1953, cabang olahraga yang dilombakan kembali berkurang menjadi 16 cabang. Dua cabang yang tidak dipertandingan adalah softball dan kasti, yang di PON sebelumnya dilombakan. Jumlah peserta bertambah menjadi 13 provinsi dengan ikut sertanya Sumatera Tengah, Nusa Tenggara, dan Kalimantan Barat. Juara umum di PON ini masih dipegang oleh Jawa Barat sama seperti PON sebelumnya, diikuti Jakarta Raya dan Jawa Timur.
PON IV hingga PON V atau hingga berakhirnya masa Orde Lama, cabang yang dipertandingkan masing-masing sebanyak 14 cabang dan 20 cabang. Adapun, PON VI yang seharusnya digelar pada 1965 dibatalkan karena gejolak politik akibat peristiwa Gerakan 30 September.
Pada PON IV yang digelar pada 1957 di Makassar sebanyak 17 provinsi berpastisipasi. Sementara PON terakhir Orde Lama yang digelar di Bandung pada 1961 diikuti 23 provinsi termasuk Irian Barat yang sedang diperjuangkan Indonesia.
Pada masa Orde Baru, jumlah cabang yang dilombakan terus bertambah. PON pertama masa Orde Baru atau PON VII 1969 di Surabaya mempertandingkan 15 cabang yang diikuti oleh seluruh provinsi di Indonesia kala itu (26 provinsi).
Empat tahun berselang, PON VIII 1973 yang digelar di Jakarta kembali mempertandingkan 15 cabang dan diikuti 26 provinsi. Selanjutnya pada PON IX yang digelar tahun 1977 di tempat yang sama diikuti oleh semua daerah provinsi di Indonesia, yakni 27 provinsi dengan tambahan Timor Timur. PON 1977 memperebutkan 148 medali emas dari 31 cabang olahraga.
Baca juga: Presiden Jokowi: PON 2021 Melambangkan Kemajuan Papua
ISTANA KEPRESIDENAN/AGUS SUPARTO
Presiden Joko Widodo melambaikan tangan kepada atlet dan penonton pada pembukaan PON Papua 2021 di Stadion Lukas Enembe, Jayapura, Papua Sabtu (02/10/2021).
Tercatat sejak 1973 – 1996, PON selalu digelar di Jakarta hingga berakhirnya masa Orde Baru. Jumlah cabang yang dilombakan tak kurang dari 40 cabang. Pada PON 1981 sebanyak 41 cabang diperlombakan, kemudian di PON XI 1985 jumlah cabang olahraga yang diperlombakan meningkat menjadi 45 cabang.
Usai PON XI tersebut, Presiden Soeharto menilai cabang olahraga yang dipertandingkan dalam Pekan Olahraga Nasional itu terlalu banyak. Presiden menyarankan sebaiknya beberapa cabang tidak dipertandingkan dalam PON, tetapi diadakan dalam kejuaraan tersendiri.
Empat tahun kemudian, PON XII 1989, jumlah cabang berkurang menjadi 30 cabang, lantas PON 1993 mempertandingkan 29 cabang olahraga, yakni anggar, atletik, angkat besi, angkat berat, binaraga, bolabasket, boling, balap sepeda, bolavoli , bulutangkis, dayung, gulat, hoki, karate, judo, layar, kempo, menembak, panahan, pencak silat, renang, loncat indah, polo air, senam, sepakbola, sepak takraw, ski air, sofbol, taekwondo, tenis, tenis meja, terjun payung dan tinju.
PON selanjutnya yang seharusnya digelar tahun 1997 terpaksa dimajukan setahun karena pada tahun 1997 Indonesia mengelar pemilu dan bertugas sebagas tuan rumah Sea Games ke-19. Jumlah cabang yang dipertandingkan bertambah menjadi 35 cabang olahraga dan 5 cabang eksebisi.
PON pada masa Orde Baru itu selalu diikuti semua provinsi di Indonesia (27 provinsi), kecuali PON 1969 dan 1975 yang tidak melibatkan Timor Timur karena belum bergabung dengan Indonesia.
Baca juga: PON Papua 2021 Dibuka dengan Semarak
KOMPAS/DANU KUSWORO
Pesta kembang api menjadi penutup rangkaian acara pembukaan PON Papua 2021 di Stadion Lukas Enembe, Jayapura, Papua Sabtu (02/10/2021).
Pada awal masa reformasi, Pekan Olahraga Nasional XV diadakan di Surabaya, Jawa Timur pada Juni 2000 mempertandingkan 35 cabang olahraga dengan dua cabang eksibisi. Ini merupakan pertama kalinya PON diselenggarakan tanpa Provinsi Timor Timur yang melepaskan diri dari Indonesia menjadi negara Timor Leste.
Di PON selanjutnya, cabang olahraga yang diperlombakan mengalami kenaikan mencapai 40 cabang olahraga. Pada PON XVI di Palembang mempertandingkan 41 cabang olaharaga, kemudian empat tahun berselang di PON XVII di Kalimantan Timur diperlombakan 43 cabang.
PON XVIII pada 2012 yang diselenggarakan di Pekanbaru, Riau mempertandingkan 43 cabang sama seperti PON sebelumnya, dan di PON XIX 2016 di Bandung, Jawa Barat kembali meningkat menjadi 44 cabang olahraga dan 12 cabang olahraga eksibisi termasuk balap motor dan motocross yang tidak lazim dipertandingakan di SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade. Olahraga bermotor dipertandingkan sejak PON XVI di Palembang hingga PON saat ini di Papua. Kejuaraan bermotor ini dibagi dalam kelas perorangan dan beregu.
Baca juga: 2 Menit PON XX Papua dan PON I Solo
KOMPAS/PRIYOMBODO
Kemeriahan upacara penutupan PON Jabar 2016 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung, Kamis (29/9/2016) malam. Upacara penutupan dihadiri oleh Wakil Presiden M. Jusuf Kalla didampingi istri ibu Mufidah Jusuf Kalla.
Juara umum PON
Hingga tahun 2021, Pekan Olahraga Nasional (PON) sudah memasuki edisi penyelenggaraan ke-20 yang dihelat di Papua pada 2–15 Oktober 2021. Sejak PON pertama kali digelar pada 1948, tercatat baru ada empat kontingen yang sukses menyabet gelar juara umum.
Keresidenan Surakarta jadi kontingen pertama yang menyandang predikat tersebut kala menjadi tuan rumah PON I sekaligus kali terakhir Keresidenan Surakarta menyabet predikat juara umum PON. Di PON berikutnya pesertanya tak lagi dari karesidenan atau kota atau kabupeten melainkan provinsi-provinsi di Indonesia.
Sejak pesertanya dari provinsi diterapkan pada PON II dan PON selanjutnya, baru ada tiga provinsi yang bisa menyabet predikat juara umum pesta olahraga empat tahunan ini. Jakarta jadi provinsi paling sering menyabet gelar juara umum dengan torehan 11 kali dari total 19 edisi PON yang sudah digelar. Bahkan provinsi ini pernah mendominasi PON pada masa Orde Baru, 8 kali juara umum beruntun dari 1969–1996.
Baca juga: Ganefo Pemersatu Bangsa Lewat Olahraga
Juara umum PON dari masa ke masa
PON | Tuan rumah | Provinsi | Tanggal | Juara Umum |
I | Kota Praja Surakarta | Karesidenan Surakarta | 8 September — 12 September 1948 | Karesidenan Surakarta |
II | Jakarta | Jakarta | 21 Oktober – 28 Oktober 1951 | Jawa Barat |
III | Medan | Sumatra Utara | 20 September — 27 September 1953 | Jawa Barat |
IV | Makassar | Sulawesi Selatan | 27 September — 6 Oktober 1957 | Jakarta |
V | Bandung | Jawa Barat | 23 September — 1 Oktober 1961 | Jawa Barat |
VI | Jakarta | Jakarta | 8 Oktober — 10 November 1965 | Batal peristiwa G 30S |
VII | Surabaya | Jawa Timur | 26 Agustus — 6 September 1969 | Jakarta |
VIII | Jakarta | Jakarta | 4 Agustus — 15 Agustus 1973 | Jakarta |
IX | Jakarta | Jakarta | 23 Juli — 3 Agustus 1977 | Jakarta |
X | Jakarta | Jakarta | 19 September — 30 September 1981 | Jakarta |
XI | Jakarta | Jakarta | 9 September — 20 September 1985 | Jakarta |
XII | Jakarta | Jakarta | 18 Oktober — 28 Oktober 1989 | Jakarta |
XIII | Jakarta | Jakarta | 9 September — 19 September 1993 | Jakarta |
XIV | Jakarta | Jakarta | 9 September — 25 September 1996 | Jakarta |
XV | Surabaya | Jawa Timur | 19 — 30 Juni 2000 | Jawa Timur |
XVI | Palembang | Sumatra Selatan | 2 September — 14 September 2004 | Jakarta |
XVII | Samarinda | Kalimantan Timur | 6 Juli — 17 Juli 2008 | Jawa Timur |
XVIII | Pekanbaru | Riau | 9 September — 20 September 2012 | Jakarta |
XIX | Bandung | Jawa Barat | 17 September — 29 September 2016 | Jawa Barat |
XX | Jayapura | Papua | 2–15 Oktober 2021 | Sedang berlangsung |
Setelah Jakarta, provinsi tersukses kedua dalam sejarah PON disabet oleh Jawa Barat yang sudah empat kali menjadi juara umum. Jabar menjadi juara umum pada PON 1951, PON 1953, PON 1961, dan PON 2016 yang digelar di Jawa Barat. Adapun Jawa Timur sebagai provinsi tersukses ketiga baru dua kali mencicipi predikat juara umum yang mereka raih pada PON 2000 di mana Jatim menjadi tuan rumah dan menjadi juara umum pada PON 2008 yang digelar di Kaltim.
Sejak PON II tahun 1951, event itu menjadi kompetisi tingkat nasional dan atlet yang berlaga mewakili provinsi. Pada PON II yang digelar di Jakarta, Provinsi Jawa Barat keluar sebagai juara umum dengan meraih 50 medali. Prestasi itu diulang kembali pada PON III tahun 1953 di Medan, Sumatera Utara dan PON V tahun 1961 di Bandung, Jawa Barat.
Jika dicermati, Jawa Barat mendominasi perolehan medali pada masa Orde Lama. Provinsi ini tercatat tiga kali sebagai juara umum. Namun, pada masa Orde Baru, dominasi Jawa Barat sebagai provinsi dengan penduduk terbesar di negeri ini digeser oleh DKI Jakarta yang bertahan sebagai juara umum selama beberapa kali ajang PON secara berturut-turut.
Dominasi DKI Jakarta di mulai dalam ajang PON VII tahun 1969 yang digelar di Surabaya, Jawa Timur. PON pertama yang diselenggarakan rezim Orde Baru itu, DKI Jakarta sukses mengumpulkan medali terbanyak dengan 101 medali emas. Dominasi DKI Jakarta itu terus berlanjut hingga PON XVIII tahun 2012 di Riau dengan mendulang 110 medali emas, 101 perak, dan 112 perunggu.
Baca juga: PON: Ajang untuk Prestasi Olahraga
Perolehan medali PON XIX 2016
Peringkat | Provinsi | Emas | Perak | Perunggu | Jumlah |
1 | Jawa Barat | 217 | 157 | 157 | 531 |
2 | Jawa Timur | 132 | 138 | 134 | 404 |
3 | DKI Jakarta | 132 | 124 | 118 | 374 |
4 | Jawa Tengah | 32 | 56 | 85 | 173 |
5 | Kalimantan Timur | 25 | 41 | 73 | 139 |
6 | Bali | 20 | 21 | 35 | 76 |
7 | Riau | 18 | 26 | 27 | 71 |
8 | Papua | 17 | 19 | 32 | 68 |
9 | Sumatra Utara | 16 | 17 | 33 | 66 |
10 | DI Yogyakarta | 16 | 16 | 25 | 57 |
11 | Sumatra Barat | 14 | 10 | 20 | 44 |
12 | Sulawesi Selatan | 12 | 23 | 28 | 63 |
13 | Banten | 11 | 10 | 26 | 47 |
14 | Nusa Tenggara Barat | 11 | 10 | 18 | 39 |
15 | Lampung | 11 | 9 | 16 | 36 |
16 | Kalimantan Selatan | 9 | 10 | 18 | 37 |
17 | Aceh | 8 | 7 | 9 | 24 |
18 | Nusa Tenggara Timur | 7 | 7 | 9 | 23 |
19 | Kepulauan Riau | 7 | 4 | 7 | 18 |
20 | Maluku | 7 | 3 | 9 | 19 |
21 | Sumatra Selatan | 6 | 11 | 14 | 31 |
22 | Kalimantan Barat | 6 | 8 | 16 | 30 |
23 | Jambi | 6 | 6 | 21 | 33 |
24 | Sulawesi Tenggara | 6 | 4 | 4 | 14 |
25 | Papua Barat | 4 | 2 | 10 | 16 |
26 | Kalimantan Tengah | 3 | 4 | 4 | 11 |
27 | Kalimantan Utara | 3 | 0 | 3 | 6 |
28 | Gorontalo | 2 | 0 | 1 | 3 |
29 | Bangka Belitung | 1 | 6 | 4 | 11 |
30 | Maluku Utara | 1 | 1 | 2 | 4 |
31 | Sulawesi Utara | 1 | 0 | 8 | 9 |
32 | Sulawesi Tengah | 0 | 4 | 7 | 11 |
33 | Bengkulu | 0 | 2 | 2 | 4 |
34 | Sulawesi Barat | 0 | 0 | 1 | 1 |
Total | 761 | 756 | 976 | 2493 |
Di tengah dominasi DKI Jakarta, yang menarik di ajang PON itu adalah perebutan peringkat kedua dan ketiga antara Jatim dan Jabar. Jawa Timur menduduki peringkat kedua sebanyak enam kali, sementara Jawa Barat lima kali.
PON XVI 2004 di Palembang, Sumsel, peringkat kedua diduduki Jawa Timur, sementara peringkat ketiga diraih Jawa Barat. Sebaliknya, pada PON XVIII 2012 di Riau, peringkat dua provinsi itu berganti, Jawa Barat di peringkat dua sementara Jawa Timur di peringkat ketiga.
Baca juga: Presiden Ingatkan Perawatan dan Pemanfaatan Arena Seusai PON Papua
KOMPAS/Julian Sihombing
Richard Sam Bera, salah satu perenang andalan DKI Jakarta di PON XIV Jakarta, yang berhasil membuat satu rekor SEA Games di nomor 100 meter bebas. DKI Jakarta juara umum dengan total 14 medali emas di cabang renang, pada Minggu (15/9/1996).
Artikel Terkait
Rekor PON dan Atlet Terbaik
Sepanjang sejarah penyelenggaraan PON, rekor-rekor baru selalu hadir mewarnai prestasi atlet-atlet nasional. PON Jakarta 1973 menorehkan 46 rekor baru PON dan 47 rekor nasional. Demikian pula saat PON XI Jakarta 1985 yang mencatatkan 169 rekor PON, 76 rekor nasional, 5 rekor SEA Games, dan 1 rekor Asia.
Empat tahun berselang, pada PON 1989 tak kurang dari 157 rekor baru PON terpecahkan oleh atlet yang berlaga di ajang tersebut. Selain itu, 69 rekornas juga pecah, satu rekor SEA Games, satu rekor Asian Games dan 2 rekor dunia pun terlampau. Lantas di ajang PON XIII 1993 juga banyak terjadi pemecahan rekor melalui beberapa cabang olaharaga yakni 114 pemecahan rekor PON, 93 rekornas, lima rekor SEA Games, dan tiga rekor Asia.
Di ajang PON XIV 1996 di Jakarta atau PON terakhir yang diselenggarakan Orde Baru, pemecahan rekor terus terjadi. PON XIV 1996 telah terjadi 283 pemecahan rekor baik rekor PON, rekor nasional, rekor SEA Games, rekor Asia, maupun rekor dunia yunior di cabang angkat berat.
Selanjutnya PON XV 2000 yang dihelat di Jawa Timur terjadi pemecahan-pemecahan rekor, yaitu dua rekor dunia, yang dicapai pada angkat berat. Sepuluh rekor nasional pada angkat besi, enam di balap sepeda, empat pada atletik, dan satu pada ski air. Rekor PON yang pecah, sembilan pada angkat berat, 21 pada atletik, tiga pada balap sepeda, delapan pada panahan, dan satu pada renang.
Empat tahun kemudian di PON XVI yang digelar di Palembang, Sumsel, rekor-rekor kembali berhasil dipecahkan atlet-atlet provinsi. PON XVI mencatatkan setidaknya 89 pemecahan rekor baru (rekor dunia, rekor nasional, dan rekor PON).
Adapun PON Kalimantan Timur 2008 ada 115 rekor yang dipecahkan atlet-atlet nasional. Selain itu, ada pula 58 rekor nasional plus dua rekor SEA Games serta satu Asian Games. Pemecahan rekor tersebut juga muncul pada PON Riau 2012. Sebanyak 137 rekor PON dengan 11 rekor nasional dan 1 rekor Asia pada cabang selam dipecahkan.
Baca juga: Lewat Secangkir Kopi, Torang Bisa!
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Pesta kembang api menghiasi Jembatan Youtefa, Jayapura, Papua, untuk menyemarakkan pembukaan PON Papua 2021, Sabtu (2/10/2021). Pesta olahraga nasional empat tahunan yang sempat tertunda akibat pandemi Covid-19 tersebut akan berlangsung sampai 15 Oktober 2021.
Pada PON XIX Jawa Barat 2016 sebanyak 154 rekor berhasil dipecahkan. Jumlah itu terdiri dari 89 rekor PON, 33 rekor nasional, 26 rekor Asia, 5 rekor dunia, dan 1 rekor SEA Games.
Seiring pemecahan rekor-rekor di pesta empat tahunan itu, sejumlah atlet juga bersinar di ajang PON dengan mendulang banyak medali dan memecahkan rekor PON. Nama-nama atlet seperti Lita Liem, Mardi Lestari, Nanik Julianti, Elfira Rosa Nasution, Catherine Surya, dan Richard Sam Bera merupakan sebagian atlet sarat yang menonjol di ajang PON.
Petenis Lita Liem menjadi juara empat kali di nomor tunggal putri PON 1969 sampai PON 1979. Ada pula pelari Mardi Lestari yang memecahkan rekor Asia sekaligus rekor nasional dan rekor PON pada PON Jakarta 1989. Mardi mencatat rekor 10,20 detik untuk nomor lari 100 meter. Ia menyandang predikat ”manusia tercepat Asia”, menumbangkan rekor sprinter sebelumnya yang dipegang Sumet Promna dari Thailand dengan 10,36 detik.
Di cabang renang, ada Nanik Julianti Suryaatmaja, Elfira Rosa Nasution, Catherine Surya dan Richard Sam Bera yang menyandang predikat ratu dan raja renang Indonesia. Nanik meraih 11 emas di PON IX 1977, hingga kini belum ada yang atlet perempuan yang melampui prestasi itu dalam sekali gelaran PON.
Elfira yang memperkuat kontingen Jambi mendapat julukan ratu renang Indonesia karena menyabet 8 emas, 2 perak, dan 1 perunggu di PON 1989. Ia juga memecahkan 6 rekornas dan 2 rekor PON di cabang renang.
Sementara Catherine Surya dari Jawa Barat dengan perolehan medali tujuh emas dan dua perak mencatatkan dirinya sebagai peraih medali terbanyak dalam PON XIII 1993. Selain medali emas, ia juga memecahkan lima rekor nasional dan tujuh rekor PON yang dibuatnya dalam lima hari berturut-turut. Tidak itu saja, rekor SEA Games di nomor 200 meter gaya bebas dilampauinya.
Adapun Richard Sam Bera dari DKI Jakarta meraih 11 emas dan satu perak di PON 1989 mencatatkan rekor tersendiri sebagai raja renang terbaik sepanjang penyelenggaraan PON dalam empat dasawarsa. Prestasi lain juga dicatat perenang Richard Sam Bera di PON Jakarta 1996. Pada final renang nomor 100 m gaya bebas, Richard memperbaiki rekor nasional yang dibuatnya di Olimpiade Atlanta dari 51,25 detik menjadi 51,21 detik. Prestasi ini sekaligus melampaui rekor SEA Games.
Baca juga: Infrastruktur PON Mengubah Wajah Papua
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Pembalap senior Nurhayati masih terlalu perkasa untuk diimbangi oleh para pembalap muda dalam PON XVII Kalimantan Timur. Di bawah derasnya guyuran hujan, Nurhayati kembali mengoleksi medali emas lewat nomor kriterium 30 KM di Jalan Wolter Monginsidi, Tenggarong, Kalimantan Timur, Kamis (10/7/2008). Nurhayati menyumbangkan tiga emas untuk kontingen Yogyakarta.
Prestasi atlet lain yang muncul di PON datang dari Asep Setiawan. Di PON Kalimantan Timur 2008, lifter angkat berat dari Jawa Barat itu berhasil melampaui rekor Asia di kelas angkatan 100 kilogram. Asep juga memecahkan empat rekor PON dan empat rekor nasional.
Atlet angkat besi lainnya, yakni Eko Yuli Irawan dari Jatim membuat catatan baru di PON XIX Jabar yakni memecahkan dua rekor nasional pada jenis angkatan clean and jerk dan total di kelas 62 kilogram. Eko yang meraih medali perak pada Olimpade Rio 2016 ini sukses mencatat total angkatan 170 kilogram pada jenis angkatan clean and jerk, melampaui rekor lifter Triyatno asal Kalimantan Timur seberat 165 kilogram pada PON 2008.
Adapun Lifter Jawa Barat Sri Wahyuni merebut emas sekaligus mencatat rekor baru PON pada angkatan snatch dan total angkatan kelas 48 kg putri. Peraih medali perak di Olimpiade Rio 2016 ini mencatat angkatan terbaik snatch 81 kilogram, memecahkan rekor PON sebelumnya, 80 kilogram. Dengan total angkatan 182 kilogram.
PON ke-20 di Papua menjadi momentum membuka peluang terpecahkannya rekor-rekor baru dan menjadi pembuktian atlet-atlet daerah terbaik untuk mengharumkan nama provinsinya. Ajang ini juga menjadi pembuktian bagi Papua bahwa di kawasan timur pun multievent olahraga nasional bisa digelar dengan fasilitas dan venue olahraga yang memenuhi standar kejuaraan nasional. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Berapa Bonus Atlet Peraih Medali PON?
Sumber: Kanal Youtube Sekretariat Presiden, 3 Oktober 2021, Presiden Jokowi Resmi Buka PON XX Papua Tahun 2021
Artikel Terkait
Referensi
Harahap, Sorip. 1985. Pekan Olahraga Nasional I-X: Sejarah Ringkas dan Perkembangannya. Jakarta: Koni Pusat.
“PON XI/1985 Tetap di Jakarta”. Kompas, 18 Mei 1983
“Presiden Soeharto pada Musornas: Prestasi Tinggi Merupakan Dorongan bagi Pembinaan Bangsa”. Kompas, 20 Januari 1981
“Presiden Soeharto: Olahraga Kekuatan Perjuangan * Semarak Perayaan Haornas”. Kompas, 10 September 1984
Puntjak2 Olahraga Selama 25 Tahun * “menggelombang” sedjalan dengan situasi negara”. Kompas, 14 Agustus 1970
“Solo Gelisah Tetapi PON I Jalan Terus”. Kompas, 9 September 1983
“Mengenang Pekan Olahraga Nasional pertama di Solo”. Kompas, 8 September 1983
“Pencetus PON I Solo, wallahualam”. Kompas, 8 September 1983, Halaman: 1
“PON I Solo 1948 di Tengah Pergolakan Kemerdekaan”. Kompas, 18 Agustus 1983
PON XII, Lembaran Baru Olahraga Nasional. Kompas, 27 Jun 1989 Halaman: 12
Semangat Langit dan Bumi * PON XIII di Stadion Utama Senayan. Kompas, 11 September 1993, Halaman: 8
DKI Juara Umum, Jabar Kedua, Jatim Akhirnya Ungguli Jateng. Kompas, 20 September 1993 Halaman: 1
Catherine Surya: Dari Cirebon Menuju Atlanta. Kompas, 26 Sep 1993 Halaman: 1
Menimbang Berkah PON Bagi Tuan Rumah. Kompas WEB – Rabu, 14 Sep 2016
Merawat Tradisi Prestasi di Pekan Olahraga Nasional. Kompas, 21 Sep 2021 Halaman: A