Paparan Topik | Pekan Olahraga Nasional

PON: Sejarah, Penyelenggaraan, Tuan Rumah, dan PON Papua

Pekan Olahraga Nasional (PON) adalah pesta olahraga terbesar yang diikuti oleh seluruh provinsi di tanah air. Hingga 2021, PON telah diselenggarakan di 10 provinsi yang tersebar dari Sumatera hingga Papua. DKI Jakarta merupakan provinsi yang paling sering menjadi tuan rumah PON. Tahun 2021, Papua dipercaya menggelar PON ke-20.

KOMPAS/wawan h pRAbowo

Gemerlap lampu menghiasi kompleks Stadion Lukas Enembe di Kampung Harapan, Kelurahan Nolokla, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua, Senin (27/9/2021). Pembangunan kompleks stadion tersebut dimulai sejak akhir 2016 hingga Mei 2019, dan diresmikan secara virtual pada Oktober 2020. Saat ini kompleks stadion tersebut tengah disiapkan sebagai tempat upacara pembukaan PON XX Papua 2021.

Fakta Singkat

Pekan Olahraga Nasional
PON Pertama: September 1948 (Solo, Jawa Tengah)

Penyelenggara PON Pertama
Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI)

Jumlah PON diselenggarakan:
20 kali (1948 — 2021)

Penyelenggara saat ini:
KONI dan PB PON

Proses penentuan lokasi PON: 
Dilakukan proses bidding, yakni calon tuan rumah mengajukan diri sebagai lokasi PON ke KONI.

Provinsi penyelenggara PON terbanyak:
DKI Jakarta

PON XX Papua:

  • 2 — 15 Oktober 2021 (seharusnya digelar 2020, namun karena pandemi digelar pada 2021)
  • Jumlah atlet: 7.039
  • Jumlah cabang olahraga: 37

Relawan yang terlibat:

  • 8.300 relawan di Kota Jayapura
  • 8.400 relawan di Kabupaten Jayapura
  • 4.100 relawan di Kabupaten Mimika
  • 3.400 relawan di Kabupaten Merauke

Sejarah Pekan Olahraga Nasional (PON)

Pekan Olahraga Nasional pertama kali digelar pada September 1948 di Kota Solo, Jawa Tengah. Penyelenggaraan PON pertama itu merupakan hasil konferensi yang diselenggarakan oleh Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) di Solo pada 2–3 Mei 1948.

Jika dirunut lebih jauh, organisasi PORI sendiri lahir pada kongres olahraga di Solo pada 1946 yang membawahi olahraga sepak bola, bola basket, renang, atletik, bulu tangkis, tenis, panahan, bola keranjang, pencak silat, dan gerak jalan.

Organisasi itu merupakan perkembangan dari Ikatan Sport Indonesia (ISI) yang dibentuk pada 15 Oktober 1938 oleh pemuda-pemuda Indonesia sebagai wadah atau federasi yang menghimpun seluruh organisasi dan insan olahraga. Dalam perkembangan, PORI kemudian berganti nama menjadi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). Tanggal terbentuknya Ikatan Sport Indonesia selanjutnya diperingati sebagai hari jadi KONI.

Baca juga: PON 1951, dari Lapangan Ikada ke Olimpiade Helsinki

Selain PORI, pada kongres di Solo tahun 1946 itu juga terbentuk Komite Olimpiade Republik Indonesia (KORI). Pada 1948, PORI melalui KORI sebagai perantara, mengajukan untuk ikut Olimpiade 1948 di London. Namun, Indonesia gagal ambil bagian pada Olimpiade 1948 karena situasi politik dalam negeri tidak memungkinkan Indonesia mengirimkan delegasi.

Alasan lainnya, Indonesia dinilai IOC tidak memenuhi persyaratan karena belum menjadi anggota PBB dan berbagai organisasi induk olahraga di Indonesia belum tergabung dalam federasi internasional. Selain itu, muncul juga alasan bahwa Inggris tidak menerima paspor dari Indonesia kecuali bersedia bergabung di bawah kontingen Belanda.

Untuk memelihara semangat keolahragaan para atlet, PORI kemudian mengadakan konferensi darurat di Solo pada 2–3 Mei 1948 yang hasilnya menyepakati diadakannya Pekan Olahraga Nasional atau PON. PORI menghidupkan kembali Pekan Olahraga Nasional yang sebelumnya pernah diadakan oleh Ikatan Sport Indonesia (ISI) pada tahun 1938 dan 1942.

Baca juga: Kondisi Keamanan Papua Kondusif Jelang PON 2021

Pesta olahraga itu didukung sepenuhnya oleh Pemerintah pusat yang berkedudukan di Yogyakarta. Bahkan pemerintah pusat menyediakan anggaran Rp1.500 untuk membantu penyelenggaraan PON pertama, walaupun saat itu masih berkecamuk revolusi fisik melawan Belanda yang  masih menguasai beberapa daerah di Indonesia.

REPRO KOMPAS/ASA

Suasana pembukaan PON I di Stadion Sriwedari Solo, 8 September 1948.

PON pertama ini diikuti kota atau keresidenan di Jawa, belum melibatkan provinsi-provinsi di Indonesia. Sebanyak 600 atlet dari 13 kota dan keresidenan saat itu diturunkan untuk memperebutkan 108 medali pada 9 cabang olahraga.  Cabang yang dipertandingkan yakni sepakbola, atletik, renang, bulu tangkis, basket, bola keranjang, tenis, panahan dan pencak silat.

Sebanyak 13 keresidenan (dahulu disebut karesidenan yang merupakan wilayah administratif dikepalai residen) menjadi peserta pekan olahraga tersebut, yakni Banyumas (44 kontingen), Bojonegoro (31), Jakarta (82), Yogyakarta (148), Kediri (117), Madiun (70), Magelang (35), Malang (65), Pati (111), Priangan (72), Semarang (28), Surabaya (60), dan Solo (150).

Pekan olahraga tersebut mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat meskipun situasi politik Indonesia belum stabil dan pesertanya pun hanya berasal dari kota-kota di Pulau Jawa. Tiap hari, tak kurang dari 40.000 penonton menyaksikan berbagai pertandingan di Stadion Sriwedari, tempat digelarnya PON tersebut. Cabang yang ramai ditonton di antaranya sepak bola, atletik, renang, bulu tangkis, basket, bola keranjang, tenis dan pencak silat.

Baca juga: Menjelang Pembukaan PON Papua 2021

Kemeriahan Pekan Olahraga Nasional di Solo ini juga tampak dari kehadiran Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, dan segenap menterinya. Para anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), Panglima Besar Soedirman, termasuk para anggota Komisi Tiga Negara (KTN), dari Amerika Serikat, Australia, dan Belgia juga turut menghadiri acara tersebut

Dalam amanat pembukaan PON, 9 September 1948, Presiden Soekarno menyatakan kebanggaanya atas keikutsertaan para pahlawan dari daerah pendudukan. Selain itu, Presiden mengharapkan bahwa selanjutnya PON bukan hanya untuk menjadi pekan mengolah jasmani, tetapi pun hendaknya pula pekan mengolah rohani.

Di akhir perhelatan PON I, Keresidenan Surakarta meraih juara umum dengan total medali sebanyak 36 medali (16 emas, 10 perak, dan 10 perunggu). Posisi itu disusul Yogyakarta dan Kediri, masing-masing meraih 23 medali (11 emas, 9 perak, dan 3 perunggu) serta 12 medali (6 emas, 4 perak, dan 2 perunggu).

Baca juga: Penonton Padati Laga Sepak Bola PON Papua 2021

Perolehan medali PON I

Peringkat Keresidenan Emas Perak Perunggu Total
1 Solo 16 10 10 36
2 Yogyakarta 11 9 3 23
3 Kediri 6 4 2 12
4 Bandung 3 0 1 4
5 Madiun 2 5 2 9
6 Magelang 1 2 5 8
7 Malang 1 1 2 4
8 Semarang 1 0 4 5
9 Pati 1 0 1 2
10 Jakarta 0 2 2 4
11 Kedu 0 0 1 1
12 Banyuwangi 0 0 0 0
13 Surabaya 0 0 0 0
Total   42 33 33 108

Sumber: Buku Pekan Olahraga Nasional I-X: Sejarah Ringkas dan Perkembangannya, 1985

PON perdana ini dianggap sebagai tonggak sejarah persatuan dan perkembangan olahraga nasional di tanah air. Selain menjadi ajang pemersatu bangsa, PON juga menjadi dasar yang kokoh bagi perkembangan dunia olahraga nasional. Hal tersebut ditandai dengan munculnya organisasi dari berbagai cabang olahraga yang belum ada sebelumnya.

Di sisi lain, suksesnya penyelenggaraan PON I juga menunjukkan kepada dunia luar bahwa bangsa Indonesia yang dalam keadaan daerahnya dipersempit akibat Perjanjian Renville, masih dapat membuktikan sanggup mengadakan acara olahraga dengan skala nasional.

Dalam perkembangan, pesta olahraga terbesar nasional itu, yang awalnya diselenggarakan dua tahun sekali kemudian diputuskan tiap empat tahun sekali. Ajang empat tahunan itu mulai berlangsung sejak PON ke-3 yang diselenggarakan di Kota Medan, Sumatera Utara pada 1953.

Baca juga: Industri Olahraga: Potret dan Tantangannya di Indonesia

Hingga 2021, PON telah diselenggarakan sebanyak 20 kali. Penyelenggaran PON XX dilaksanakan di Papua. Pelaksanaan yang seharusnya Oktober 2020, terpaksa ditunda hingga 2 Oktober 2021 karena pandemi Covid-19. Sebelumnya, penyelenggaran PON VI di Jakarta pada 1965, juga dibatalkan karena kondisi politik dalam negeri yang tidak stabil akibat dampak dari peristiwa G30S.

KOMPAS/ZAENAL EFFENDY

Duplikat bendera PON I Kamis (8/9/1983) tiba di Solo setelah diberangkatkan pagi hari dari Yogya. Di Solo bendera diarak di pusat kota Jalan Slamet Riyadi, sebelum dipertemukan dengan Api Abadi Mrapen.

Penyelenggara PON

Sejak pertama kali digelar di Solo, Pekan Olahraga Nasional diselenggarakan oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia. Lembaga tersebut merupakan satu-satunya organisasi yang berwenang dan bertanggung jawab mengelola, membina, mengembangkan dan mengkoordinasikan seluruh pelaksanaan kegiatan olahraga prestasi setiap anggota di Indonesia.

KONI memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk mengelola, membina, mengembangkan dan melakukan koordinasi pada seluruh pelaksanaan kegiatan olahraga prestasi di Indonesia. Mengacu pada Undang-Undang No. 3/2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, salah satu tugas lembaga itu adalah melaksanakan dan mengoordinasikan kegiatan multi kejuaraan olahraga tingkat nasional.

Dalam menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional, KONI berperan sebagai pengawas, pengarah, dan pendamping Panitia Besar Pekan Olahraga Nasional (PB PON).  PB PON sendiri dibentuk KONI sebagai panitia pelaksana yang menyelenggarakan PON di provinsi yang menjadi tuan rumah.

PB PON biasaya diketuai pejabat-pejabat yang menjadi lokasi penyelenggaraan PON. PON X yang digelar di Jakarta misalnya Ketua PB PON dijabat oleh Gubernur DKI Jakarta Tjokropranolo, sementara pada PON XV 2000 di Surabaya, Ketua PB PON dipegang oleh Gubenur Jatim Imam Oetomo.

Selanjutnya, dalam menyelenggarakan pesta olahraga terbesar di tanah air itu, PB PON merekrut ribuan orang relawan dan liaison officer (LO) pertandingan untuk membantu pelaksanaan PON. Relawan dan LO ini menjadi ujung tombak yang melakukan pelayanan kepada kontingen dan penyelengaraan pertandingan di masing-masing cabang olahraga.

Sebelum terjun ke lapangan, relawan dan LO mendapatkan pelatihan yang materinya mencakup pengetahuan dasar terkait PON dan multicabang, komunikasi, penyelesaian masalah, dan keramahtamahan.

Relawan bertugas memberikan kemudahan bagi para delegasi, atlet, dan peserta lain dengan menyediakan informasi atau kebutuhan lain yang diperlukan. Sementara LO membantu panitia pelaksana terkait cabang olahraga, venue, transportasi, hotel, dan lainnya.

Baca juga: Sportivitas Kunci Kelahiran Atlet Nasional

Sebagai gambaran, pelaksanaan PON XIX di Jawa Barat 2016 lalu misalnya, Panitia Besar (PB) PON dikomandoi langsung Gubernur Ahmad Heryawan. Dalam pelaksanaannya, PB PON merekrut 10.271 orang sebagai panitia pelaksana dan 18.468 relawan. PB PON lantas menyelenggarakan event PON yang mempertandingkan 44 cabang olahraga dengan 756 nomor pertandingan dan melibatkan sekitar 8.400 atlet di cabang-cabang tersebut.

Hal serupa terjadi pada PON XX mendatang di Papua, PB PON diketuai Gubernur Papua Lukas Enembe yang sehari-hari dibantu oleh Ketua Harian Yunus Wonda. Untuk menyelenggaran PON di Papua itu, PB PON merekrut sekitar 25 ribu relawan. Sebanyak 25 ribu orang relawan yang dibutuhkan itu nantinya disebar ke seluruh lokasi digelarnya PON, yakni sebanyak 8.300 relawan di Kota Jayapura, 8.400 relawan di Kabupaten Jayapura, 4.100 relawan di Kabupaten Mimika, dan 3.400 relawan di Kabupaten Merauke.

Sebelum turun lapangan, relawan itu terlebih dahulu menjalani pelatihan yang dilakukan secara virtual dengan dihadiri sebanyak 500–700 peserta dari masing-masing klaster. Materi pelatihan mencakup pengetahuan dasar terkait PON dan multicabang, pengetahuan kebudayaan Papua, komunikasi, penyelesaian masalah, dan keramahtamahan.

PB PON membagi tugas mereka menjadi dua. Pertama, memberikan kemudahan bagi para delegasi, atlet, dan peserta lain dengan menyediakan informasi atau kebutuhan lain yang diperlukan. Kedua, membantu panitia pelaksana terkait cabang olahraga, venue, transportasi, hotel, dan lainnya.  PON XX Papua akan berlangsung 2–15 Oktober 2021. Diperkirakan, sekitar 7.000 atlet dari 34 provinsi akan ambil bagian dengan total 37 cabang olahraga yang diperlombakan.

Baca juga: Berapa Bonus Atlet Peraih Medali PON?

KOMPAS/FABIO MARIA LOPES COSTA

Tampak para penonton dalam pertandingan tim sepak bola Papua melawan tim Jawa Barat dalam ajang Pekan Olahraga Nasional XX di Stadion Mandala Jayapura, Senin (27/9/2021). Tim Papua menang telak dengan skor 5-1 atas Jawa Barat.

Tuan Rumah PON

Hingga PON XX yang akan digelar di Papua, tercatat baru 10 provinsi yang menjadi tuan rumah ajang tersebut. Jakarta tercatat sebagai provinsi yang paling sering menjadi tuan rumah PON, yakni sembilan kali, sementara Jawa Timur dan Jawa Barat masing-masing dua kali. Adapun di luar Jawa yang pernah menjadi tuan rumah PON adalah Sumut (PON III), Sulsel (PON IV), Sumsel (PON XVI), Kaltim (XVII), Riau (XVIII), dan Papua (PON XX).

Jika dicermati, pada masa Orde Lama, lokasi penyelenggaraan PON berganti dari satu provinsi ke provinsi  lainnya. PON I  dan II misalnya digelar di Pulau Jawa, yakni di Solo pada 1948 dan tiga tahun kemudian di Jakarta. Berselang dua tahun kemudian PON III diselenggarakan di Kota Medan, Sumatera Utara, kemudian penyelenggaraan PON IV berlokasi di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Selanjutnya PON terakhir pada masa Orde Lama digelar di Bandung pada 1961 dan di Jakarta tahun 1965 tetapi batal digelar karena gejolak politik peristiwa Gerakan 30 September.

Pada masa Orde Baru, ajang empat tahunan itu hampir semua digelar di Jakarta, kecuali PON VII atau PON pertama pada masa Orde Baru yang diselenggarakan di Surabaya tahun 1969. Jakarta dipilih karena sarana dan fasilitas olahraga sangat lengkap dan memadai untuk penyelenggaraan kompetisi multicabang olahraga itu.

Baca juga: PON Pertama, Bertanding di Bawah Ancaman Bedil

Tuan rumah Pekan Olahraga Nasional dari masa ke masa

Penyelenggaraan Lokasi Tanggal
PON I Solo, Jawa Tengah 9 – 12  September 1948
PON II Jakarta, DKI Jakarta 21 September — 28 Oktober 1951
PON III Medan, Sumatra Utara 20–27 September 1953
PON IV Makassar, Sulawesi Selatan 27 September — 6 Oktober 1957
PON V Bandung, Jawa Barat 23 September — 1 Oktober 1961
PON VI Jakarta, DKI Jakarta 8 Oktober – 10 November 1965
(batal karena gejolak politik)
PON VII Surabaya, Jawa Timur 26 Agustus – 6 September 1969
PON VIII Jakarta, DKI Jakarta 4 – 15 Agustus 1973
PON IX Jakarta, DKI Jakarta 23 Juli – 3 Agustus 1977
PON X Jakarta, DKI Jakarta 19 – 30 September 1981
PON XI Jakarta, DKI Jakarta 9 – 20 September 1985
PON XII Jakarta, DKI Jakarta 18-28 Oktober 1989
PON XIII Jakarta, DKI Jakarta 9 – 19  September 1993
PON XIV Jakarta, DKI Jakarta 9 – 25  September 1996
PON XV Surabaya, Jawa Timur 19 – 30 Juni 2000
PON XVI Palembang, Sumatra Selatan 2 – 14 September 2004
PON XVII Samarinda, Kalimantan Timur 6 – 17 Juli 2008
PON XVIII Pekanbaru, Riau 9 – 20 September 2012
PON XIX Bandung, Jawa Barat 17 – 29 September 2016
PON XX Jayapura, Papua 2–15 Oktober 2021

Sementara pada masa reformasi, tuan rumah penyelenggaraan PON berganti setiap event itu digelar. PON pertama pada era reformasi atau PON XV tahun 2000 diselenggarakan di Kota Surabaya, Jawa Timur. Empat tahun berselang PON XVI digelar di Kota Palembang, Sumatera Selatan.

Berikutnya PON XVII diselenggarakan di Samarinda, Kalimantan Selatan pada 2008 dan empat tahun kemudian digelar di Pulau Sumatera, tepatnya di Pekanbaru, Riau. Sementara PON XIX kembali diselenggarakan di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Barat yang tersebar di beberapa daerah seperti Bandung, Bogor, Karawang, dan Sukabumi.

Adapun PON XX diselenggarakan di Papua. PON yang harusnya digelar pada 2020, diundur setahun menjadi tahun 2021 karena pandemi Covid-19 yang melanda. PON ini akan digelar pada 2–15 Oktober 2021 yang mempertandingan 37 cabang olahraga yang tersebar di empat klaster, yaitu Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mimika, dan Kabupaten Merauke.

Baca juga: Merawat Tradisi Prestasi di Pekan Olahraga Nasional

Menjadi tuan rumah pesta olahraga empat tahunan itu mempunyai keuntungan tersendiri bagi daerah penyelenggara. Selain atlet yang berlaga mendapat dukungan langsung dari warganya, kota/provinsi penyelenggara juga mendapat proyek fasilitas dan arena olahraga yang digunakan PON. Selain itu, lokasi penyelenggara memiliki sarana dan fasilitas olahraga lengkap pasca-PON.

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Kembang Api Pembukaan PON XIX – Pesta kembang api mewarnai acara Pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX 2016 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (17/9/2016). Pesta olahraga nasional ini dibuka oleh Presiden Joko Widodo.

Penentuan tuan rumah

Penentuan tuan rumah PON sejak era reformasi dilakukan dengan proses bidding, yakni calon tuan rumah mengajukan diri sebagai lokasi PON ke KONI. Selanjutnya KONI mengumpulkan anggotanya mengelar rapat anggota untuk menentukan tuan rumah pesta olahraga empat tahunan itu. Tuan rumah PON sudah ditentukan enam tahun sebelum event itu diselenggarakan.

Hasil rapat anggota KONI terkait penentuan tuan rumah PON kemudian diserahkan ke Kementerian Pemuda dan Olahraga sebagai wakil dari Pemerintah. Selanjutnya Kemenpora yang memutuskan provinsi yang menjadi tuan rumah PON dengan mengeluarkan SK yang isinya menetapkan provinsi yang terpilih menjadi lokasi penyelenggaraan PON.

Mekanisme pemilihan tuan rumah itu sudah berlangsung sejak masa reformasi. Penentuan PON XII 2004 misalnya, ada empat daerah yang mencalonkan diri sebagai tuan rumah, yakni Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Kemudian tim KONI meninjau kesiapan empat daerah tersebut.

Kemudian KONI mengagendakan pemungutan suara untuk menentukan calon tuan rumah PON 2004 dalam Rapat Paripurna Nasional (Raparnas) KONI Pusat yang dihadiri seluruh anggota. Dalam pengungutan suara yang digelar pada 16 Februari 2000, Palembang meriah suara terbanyak dengan mendapat 33 suara, Semarang 23 suara, Medan empat suara, dan Bandung satu suara. Selanjutnya kota mana yang menjadi tuan rumah akan diputuskan Pemerintah berdasarkan rekomendasi dari KONI Pusat yang mengacu kepada hasil Raparnas.

Baca juga: Tim Sepak Bola Papua Pukul Juara Bertahan Jabar

Mekanisme serupa terjadi dalam penentuan tuan rumah PON berikutnya. PON XX yang akhirnya terpilih Papua juga dilakukan dengan mekanisme tersebut. Awalnya Papua bersama Bali dan Aceh terpilih sebagai calon tuan rumah PON XX/2020. Ketiga provinsi tersebut terpilih dalam penentuan calon tuan rumah PON ke XX pada tahun 2020, yang ditetapkan melalui mekanisme pemungutan suara dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) KONI tahun 2014 di Jakarta Convention Center pada 11 Maret 2014. Sebelumnya, KONI menerima enam provinsi yang mengajukan diri sebagai tuan rumah PON XX, yakni Papua, Aceh, Bali, Jateng, Sumut, dan Sulsel.

Dalam RAT KONI 2014 yang dihadiri sebanyak 94 peserta, 34 KONI Pengurus Provinsi dan 60 Pengurus Besar/Pengurus Pusat, Papua berada di urutan pertama dengan 66 suara, sementara di urutan kedua dan ketiga ditempati Bali dan Nanggroe Aceh Darussalam, yang sama-sama meraih 46 suara.

Kemudian, KONI menyerahkan kepada pemerintah pusat mengenai penunjukan tuan rumah PON XX. Di dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pekan dan Kejuaraan Olahraga pada pasal 12 dijelaskan bahwa Menteri menetapkan satu pemerintah provinsi sebagai tuan rumah PON dengan memperhatikan hasil musyawarah olahraga nasional. Lantas Kemenpora mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Menpora No. 0110 Tahun 2014 tertanggal 2 April tentang penunjukan Papua sebagai tuan rumah PON XX/2020.

Proses serupa terjadi pada penentuan tuan rumah PON XXI/2024 mendatang. Aceh dan Sumut terpilih sebagai penyelenggara PON 2024 dalam Rapat Tahunan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat pada 2018. Namun karena aturan lama, yakni Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pekan dan Kejuaraan Olahraga hanya mengenal satu provinsi sebagai tuan rumah, SK dari Kemenpora tentang penetapan provinsi tersebut tidak segera keluar.

Setelah aturan lama itu selesai direvisi, Menteri Pemuda dan Olahraga lantas mengeluarkan Surat Keputusan (SK) No. 71 Tahun 2020 tentang Penetapan Provinsi Aceh dan Sumatera Utara sebagai Tuan Rumah Pelaksana Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI tahun 2024. Hampir dua tahun proses keluarnya SK penetapan dari Kemenpora itu sejak KONI memilih dua provinsi itu sebagai tuan rumah.

PON XXI yang rencana digelar pada tahun 2024 mencatatkan sejarah tersendiri. Untuk pertama kalinya dua provinsi, yakni Aceh dan Sumatera Utara bertugas sebagai tuan rumah. Pada tahun-tahun sebelumnya, pesta olahraga terbesar nasional itu hanya digelar di satu provinsi.

PON XX Papua

PON XX yang seharusnya digelar di Papua pada 2020, mundur satu tahun karena pandemi Covid-19. PON XX yang akan digelar di Papua pada 2–15 Oktober 2021, mempertandingkan 37 cabang olahraga yang memperebutkan medali dan 10 cabang eksebisi.

Ajang tersebut akan diikuti 7.039 atlet yang bersaing memperebutkan medali di PON Papua. Jumlah ini terdiri atas 4.161 atlet laki-laki dan 2.878 atlet perempuan. Terdapat pula 3.585 ofisial cabor dan 2016 ofisial kontingen yang turut berpartisipasi di PON Papua 2021.

Adapun Papua selaku tuan rumah menjadi kontingen yang mengirimkan atlet terbanyak. Kontingen Papua tercatat melepas 923 perwakilan untuk berlaga di ajang tersebut, dengan rincian 536 atlet laki-laki dan 387 atlet perempuan.

Baca juga: Geladi Pembukaan PON Papua 2021

Jumlah Atlet Peserta PON XX Papua

Provinsi Putra Putri  Jumlah
Aceh 87 40 127
Sumatera Utara 135 51 186
Sumatera Barat 127 63 190
Riau 115 61 176
Kep.Riau 44 7 51
Jambi 61 61 122
Bengkulu 19 27 46
Bangka Belitung 37 41 78
Sumatera Selatan 63 39 102
Lampung 89 49 138
Banten 197 66 263
DKI Jakarta 397 338 735
Jawa Barat 413 362 775
Jawa Tengah 239 202 441
DI. Yogyakarta 61 69 130
Sumatera Barat 127 63 190
Jawa Timur 335 220 555
Kalimantan Barat 41 26 67
Kalimantan Tengah 56 60 116
Kalimantan Selatan 72 39 111
Kalimantan Timur 233 132 365
Kalimantan Utara 22 9 31
Bali 126 113 239
Nusa Tengara Barat 66 40 106
Nusa Tengara Timur 56 33 89
Gorontalo 14 2 16
Maluku 25 17 42
Maluku Utara 41 10 51
Sulawesi Utara 88 33 121
Sulawesi Barat 23 6 29
Sulawesi Selatan 125 103 228
Sulawesi Tenggara 53 45 98
Papua 536 387 923
Papua Barat 124 118 242

Sementara Sulawesi Barat dan Kalimatan Utara merupakan kontingen yang mengirimkan atlet paling sedikit. Kaltara mengirimkan 31 atlet yang terdiri dari 22 atlet laki-laki dan 9 atlet perempuan untuk 12 cabang olahraga, sementara Sulbar mengirimkan 29 atlet yang terdiri dari 23 putra dan 6 putri yang berlaga di 8 cabang olahraga.

Cabang olahraga yang dipertandingan di PON adalah aerosport (aeromodelling, gantole, paralayang, tebang layang, terjun payung), akuatik (loncat indah, renang, renang perairan terbuka, renang artistik, polo air), dan atletik. Tiga cabang itu terbanyak memperebutkan medali.

Cabor renang merupakan cabang dengan jumlah medali emas terbanyak, yakni 59 medali. Berikutnya adalah cabang Aerosport yang memperebutkan 48 medali emas. Sedangkan atletik menjadi cabor ketiga terbanyak memperebutkan 40 medali emas.

Cabang olahraga yang dipertandingkan lainnya, yakni  anggar, angkat besi (angkat besi, angkat berat, binaraga), bisbol/sofbol (bisbol, sofbol), bermotor, biliar, bola basket (5×5, 3×3), bola tangan, bola voli (voli indoor, voli pasir), bulutangkis, catur, kriket, dayung (kano, kayak, perahu naga), gulat, hoki (hoki lapangan, hoki ruangan), judo, karate, kempo, layar, menembak, muaythai, panahan, panjat tebing, pencak silat, rugby 7’s, selam (kolam, laut), senam (artistik, ritmik, aerobik), sepakbola (sepakbola, futsal), sepak takraw, sepatu roda, taekwondo, tarung derajat, tenis, tinju, dan wushu.

Sementara 10 cabang eksebisi yakni Kick Boxing, Sambo, Kurash, Triathlon, Kabaddi, Ju-jitsu, Kapkido Para-motor, E-sports, dan Modern Pentathlon

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Gemerlap lampu menghiasi kompleks Stadion Lukas Enembe di Kampung Harapan, Kelurahan Nolokla, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua, Senin (27/9/2021).

Sebanyak 37 cabang olahraga yang dipertandingkan tersebar dalam empat klaster pada PON 2021. Klaster itu adalah Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Mimika, dan Merauke. Klaster Kota Jayapura menjadi lokasi 15 cabang olahraga dengan 21 nomor disiplin.

Selanjutnya, klaster Kabupaten Jayapura menjadi tempat 14 cabang olahraga dan 22 nomor disiplin. Klaster Mimika akan mempertandingkan 9 cabang olahraga dan 12 nomor disiplin. Terakhir, klaster Merauke akan mempertandingkan 6 cabang olahraga dengan 6 disiplin cabang olahraga.

Untuk klaster di Kabupaten Mimika, ada beberapa cabor yang dipertandingkan di antaranya aeromodeling, terbang layang, terjun payung, atletik, bola basket (5×5), bola basket (3×3), billiard, panjat tebing, futsal, bola tangan, judo, dan tarung drajat.

Untuk di Kabupaten Merauke ada cabor bermotor, catur, gulat, kempo, wushu, anggar, dan sepakbola (putri) dan di Kabupaten Jayapura ada cabor gantole, paralayang, loncat indah, renang, renang artistik, polo air, hoki outdoor, hoki indoor, baseball, softball, senam aerobik, senam artistik, muaythai, karate, rugby, menembak, dan cricket.

Di Kota Jayapura terselenggara di antaranya, renang perairan terbuka, angkat besi, angkat berat, binaraga, baseball, softball, panahan, voli indoor, voli pasir, canoeing-sprint, rowing, traditional boat race, layar, taekwondo, pencak silat, selam kolam dan laut, sepak takraw, sepatu roda, sepak bola (putra), tenis, bulutangkis, dan tinju.

Adapun di Kabupaten Jayapura akan menjadi tempat pertandingan 15 cabang olahraga (cabor) dan 21 disiplin olahraga, antara lain, aerosport, senam, akuatik, softball/baseball, panahan, pencak silat, sepak bola putra, dan menembak.

Pekan Olahraga Nasional menjadi momentum untuk meningkatkan prestasi atlet daerah dan menjaring atlet-atlet andal untuk dipersiapkan di ajang yang lebih tinggi seperti SEA Games, Asian Games dan Olimpiade. Selain itu, PON dapat mengingatkan kembali akan pentingnya olahraga kepada masyarakat. (LITBANG KOMPAS)

Referensi

Buku

Harahap, Sorip. 1985. Pekan Olahraga Nasional I-X: Sejarah Ringkas dan Perkembangannya. Jakarta: Koni Pusat.

Arsip Kompas

“PON XI/1985 Tetap di Jakarta”. Kompas, 18 Mei 1983

“Presiden Soeharto pada Musornas: Prestasi Tinggi Merupakan Dorongan bagi Pembinaan Bangsa”. Kompas, 20 Januari 1981

“Presiden Soeharto: Olahraga Kekuatan Perjuangan * Semarak Perayaan Haornas”. Kompas, 10 September 1984

Puntjak2 Olahraga Selama 25 Tahun * “menggelombang” sedjalan dengan situasi negara”. Kompas, 14 Agustus 1970

“Solo Gelisah Tetapi PON I Jalan Terus”. Kompas, 9 September 1983

“Mengenang Pekan Olahraga Nasional pertama di Solo”. Kompas, 8 September 1983

“Pencetus PON I Solo, wallahualam”. Kompas, 8 September 1983, Halaman: 1

“PON I Solo 1948 di Tengah Pergolakan Kemerdekaan”. Kompas, 18 Agustus 1983

PON XII, Lembaran Baru Olahraga Nasional. Kompas, 27 Jun 1989, Halaman: 12

Semangat Langit dan Bumi * PON XIII di Stadion Utama Senayan. Kompas, 11 September 1993, Halaman: 8

DKI Juara Umum, Jabar Kedua, Jatim Akhirnya Ungguli Jateng. Kompas, 20 September 1993   Halaman: 1

Catherine Surya: Dari Cirebon Menuju Atlanta. Kompas, 26 Sep 1993   Halaman: 1

Menimbang Berkah PON Bagi Tuan Rumah. Kompas WEB – Rabu, 14 Sep 2016

Merawat Tradisi Prestasi di Pekan Olahraga Nasional. Kompas, 21 Sep 2021   Halaman: A

Internet

Laman PON XX Papua

Laman KONI

Laman Kemenpora