Paparan Topik | Pilkada Serentak

Polarisasi Suara di Pilkada Jawa Barat

Dalam hal pilihan politik, karakter pemilih di Jawa Barat sangat unik. Dalam sejarah pemilihan kepala daerah, provinsi ini memiliki pola penguasaan partai politik yang sangat dinamis dari waktu ke waktu.

KOMPAS/RIZA FATHONI

Warga berswafoto di bingkai swafoto Instagram yang disediakan panitia pemilihan di TPS 01 di Pekayon Jaya, Kota Bekasi, Jawa Barat, Rabu (27/6/2018). Keunikan di TPS ini bertujuan untuk membangkitkan minat warga untuk menggunakan hak pilih mereka dalam ajang pilkada serentak ini.

Fakta Singkat

  • Provinsi Jawa Barat adalah provinsi dengan jumlah DPT terbanyak di Pulau Jawa dengan jumlah DPT lebih dari 35 juta pemilih.
  • Selain memiliki jumlah DPT terbesar, Provinsi Jawa Barat juga dikenal dengan perebutan kekuasaan legislatifnya yang dinamis dibandingkan dengan provinsi lainnya.
  • Pada pemilihan legislatif 2024 yang baru saja dilaksanakan, perebutan suara partai politik di Jawa Barat dimenangkan oleh Partai Golkar dengan raihan hampir 2 juta suara sah atau 14 persen dari total suara sah.
  • Kemenangan Partai Golkar di Jawa Barat juga diiringi dengan beberapa tren positif. Diantaranya adalah kenaikan elektabilitas nasional partai, serta raihan posisi kedua dalam perebutan suara legislatif di tingkat nasional.

Perebutan suara di Provinsi Jawa Barat selalu menarik. Persaingan politik di Tatar Sunda tersebut dapat dikatakan sebagai “anomali” dalam tren penguasaan suara partai politik di Pulau Jawa sendiri. Anomali dalam hal ini, mengartikan Provinsi Jawa Barat memiliki tren kemenangan yang berbeda dengan provinsi-provinsi lain di Pulau Jawa.

Keunikan karakter masyarakat Jawa barat adalah heterogen, adaptif, pragmatis, serta memiliki kedekatan yang rendah dengan partai politik. Dari sisi pendataan kuantitatif, mayoritas provinsi-provinsi di Pulau Jawa selalu dimenangkan oleh satu partai, setidaknya pada pemilihan legislatif tahun 2024 ini, serta dua pemilihan legislatif sebelumnya yakni 2014 dan 2019. Partai tersebut adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).

Di Jawa Barat, pemilihan legislatif 2024 dimenangkan oleh Partai Golongan Karya (Golkar). Hasil resmi penghitungan KPU menyatakan partai berlambang pohon beringin tersebut berhasil meraih 4.292.082 suara.

Perolehan tersebut disusul dengan Partai Gerakan Indonesia Raya atau Gerindra dengan raihan 4.197.376 suara. Sementara PDI-P yang meraih suara tertinggi pada cakupan nasional berada di urutan ke-4 dengan raihan 2.983.432 suara.

Grafik:

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

TPS Dekorasi Pisang – Warga mengikuti pemungutan suara di TPS 20 Kelurahan Kencana, Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat, yang didekorasi dengan buah pisang saat Pilkada Walikota Bogor dan Gubernur Jawa Barat 2018, Rabu (27/6/2018). Pelaksanaan Pilkada Serentak 2018 di wilayah Kota Bogor berjalan dengan aman.

Kemenangan Partai Golkar di Provinsi Jawa Barat juga mencerminkan performa partai tersebut di kancah nasional. Namun sayangnya, partai berwarna dasar kuning tersebut masih kalah tipis dengan partai pemenang PDI-P. KPU pada hari Rabu 20 Maret 2024 mengumumkan  hasil perolehan suara tingkat nasional Pemilu Legislatif. Hasilnya, Partai Golkar meraih total jumlah suara sebesar 23.208.654 suara atau 15,29 persen dari suara sah nasional.

Jumlah tersebut menempatkan Golkar di urutan ke-2 perolehan suara nasional. Golkar hanya “kalah” oleh PDI-P yang berhasil meraih total 25.387.279 suara atau setara dengan 16,72 persen suara sah nasional. Adapun partai-partai politik lainnya yang berhasil menyusul PDI-P dan Golkar ke Senayan adalah Gerindra, PKB, NasDem, PKS, Demokrat, dan PAN.

Dengan hasil ini, Partai Golkar berhasil memenangkan pemilu di Provinsi Jawa Barat sebanyak 2 kali sejak era Reformasi. Partai Golkar pertama kali meraih kemenangan di Jawa Barat pada pemilu legislatif tahun 2004. Pada edisi pemilu tersebut, Partai Golkar berhasil mendapatkan 27,89 persen dari suara sah nasional. Sementara PDI-P yang menjadi pemenang pada edisi pemilu sebelumnya hanya meraih 17,74 persen suara.

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Lumbung Pemilu Legislatif

Dalam kontestasi demokrasi, pemilihan legislatif selalu menjadi sorotan publik. Selain untuk menentukan perwakilan daerah yang akan duduk kursi perwakilan daerah serta kursi pusat di Senayan.

Pemilihan umum legislatif juga membuka kesempatan bagi publik untuk melihat dinamika perebutan kekuasaan oleh partai-partai politik. Berbicara mengenai perebutan kekuasaan wilayah, Pulau Jawa selalu menjadi salah satu sorotan utama dalam setiap penyelenggaraan pemilihan legislatif dari tahun ke tahun.

Dengan mengemas mayoritas dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT) nasional, Pulau Jawa menjadi target utama bagi upaya-upaya pemenangan untuk kantong suara partai politik.

Untuk pemilihan legislatif 2024, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan DPT Pulau Jawa mencapai jumlah 115 juta pemilih. Jumlah ini mencakup setidaknya 56 persen dari total jumlah DPT di seluruh Indonesia. Oleh karenanya, sematan ‘lumbung suara’ sangat cocok untuk diberikan kepada Pulau Jawa.

Grafik:

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Di Pulau Jawa sendiri, perebutan suara partai politik mendapatkan banyak perhatian untuk Provinsi Jawa Barat. Hal ini dikarenakan dari 6 provinsi yang ada, provinsi Jawa Barat memiliki jumlah DPT yang paling banyak.

Jumlah DPT dari Provinsi Jawa Barat terhitung sejumlah 35,71 juta pemilih. Sedikit lebih banyak dari jumlah DPT provinsi Jawa Timur yang berjumlah 31,4 juta pemilih.

Sementara itu provinsi Jawa Tengah berada di urutan ketiga dengan jumlah DPT 28,2 juta pemilih. Selanjutnya, provinsi Banten, DKI Jakarta, dan D.I. Yogyakarta masing-masing memiliki jumlah DPT dibawah 10 juta pemilih.

Grafik:

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Tren persaingan suara legislatif di Provinsi Jawa Barat semakin ketat dari waktu ke waktu. Hal ini terbukti dari semakin menurunnya presentase suara yang diraih oleh partai pemenang di wilayah tersebut.

Partai Golkar peraih suara terbanyak di Jawa Barat pada Pemilu 2024. Raihan suara Partai Golkar mencapai 14,01 persen suara sah, yang merupakan jumlah terendah dari sejarah perolehan suara partai politik di provinsi tersebut sejak 1999.

Di sisi lain, perolehan suara legislatif terbesar sepanjang sejarah pemilihan era reformasi dipegang oleh PDI-P pada edisi pemilihan tahun 1999. Kala itu, PDI-P berhasil meraih 32,19 persen suara sah, 2 kali lipat lebih banyak dibanding raihan Partai Golkar di tahun ini.

Kemenangan Partai Golkar di Jawa Barat serta posisi kedua dalam perolehan suara nasional sudah dapat diprediksi sebelumnya. Artikel Kompas pada 21 Februari 2023 berjudul “Elektabilitas Golkar Lampaui Demokrat” mencatat bahwa terdapat pergeseran pada posisi ketiga untuk peringkat elektabilitas partai politik dalam lingkup nasional.

Hasil survei Litbang Kompas pada Januari 2023 tersebut, elektabilitas Partai Golkar mengalami kenaikan sebanyak 1,1 persen dibandingkan dengan bulan Oktober 2022. Hal ini membuat elektabilitas Golkar berada di angka 9 persen.

Sementara partai Demokrat justru mengalami jumlah kenaikan elektabilitas yang cukup signifikan yaitu sebanyak 5,3 persen. Namun kenaikan tersebut hanya membawa Demokrat meraih angka elektabilitas sebanyak 8,7 persen. Hanya berbeda 0,3 persen dengan milik Golkar.

Grafik:

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Mendongkrak Suara Partai

Rangkaian tren positif Partai Golkar yang berawal dari kenaikan elektabilitas berujung pada kemenangan di Provinsi Jawa Barat dan raihan posisi kedua dalam perolehan suara nasional. Adapun tren positif tersebut diperkirakan sebagai hasil dari beberapa dinamika perpindahan tokoh-tokoh politik antarpartai yang terjadi setidaknya selama 1 hingga 2 tahun ke belakang.

Artikel Kompas pada tanggal 20 Januari 2023 membahas mengenai masuknya Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil ke Partai Golkar pada awal 2023. Situasi politik partai dan nasional pada saat itu sedang banyak berfokus ke pemilihan calon presiden dari internal partai. Namun, Airlangga Hartanto sebagai Ketua Umum Partai Golkar menegaskan bahwa Ridwan Kamil memiliki fokus tugas sebagai ‘pengerek’ suara bagi Golkar, alih-alih sebagai salah satu kandidat calon presiden.

Walaupun Ridwan Kamil memiliki salah satu elektabilitas tertinggi sebagai calon presiden (8,5 persen), keputusan strategi Golkar pada saat itu terbukti berbuah manis.

Masuknya Ridwan Kamil sebagai wakil ketua umum bidang penggalangan pemilih dinilai cocok dengan sosoknya yang dekat dengan para pemilih muda. Terutama dengan kepiawaiannya menggunakan strategi kampanye melalui media sosial.

Kemenangan Partai Golkar di Jawa Barat pada Pemilihan Legislatif 2024 juga memberikan keuntungan bagi partai tersebut dalam menyambut bergulirnya pilkada serentak 2024 mendatang.

Dengan raihan suara terbanyak di Jawa Barat, Partai Golkar berekspektasi memperoleh dukungan yang signifikan untuk calon yang diusung nantinya. Kandidat yang kemungkinan diusung Partai Golkar yakni petahana Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. (LITBANG KOMPAS)

Referensi

Arsip Kompas

Artikel terkait