Paparan Topik | Pilkada Serentak

Pilkada Serentak 2024: Sejarah Pemilihan Gubernur Jawa Timur

Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan tingkat persaingan calon kepala daerah paling dinamis. Di samping itu, daftar Pemilih Tetap (DPT) 2024 di provinsi ini merupakan yang terbanyak kedua di Pulau Jawa.

KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Penghitungan suara pemilihan gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur putaran kedua di TPS 58 Kelurahan Ngagel Rejo, Kecamatan Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (4/11/2008).

Fakta Singkat

  • Jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) Provinsi Jawa Timur tahun 2024 merupakan yang kedua terbanyak di Pulau Jawa dengan lebih dari 30 juta pemilih tetap.
  • Ajang pemilihan gubernur (Pilgub) di provinsi Jawa Timur secara langsung telah dilaksanakan sebanyak tiga kali yakni 2008, 2013, dan 2018.
  • Khofifah Indar Parawansa adalah calon yang paling banyak berkontestasi di Pilgub Jawa Timur.
  • Sejak dimulainya pemilihan gubernur secara langsung pada tahun 2008, terdapat tren berkelanjutan bahwa pasangan calon yang didukung Partai Demokrat selalu meraih kemenangan.
  • Setelah tiga kali mencalonkan diri, Khofifah meraih kemenangan pertamanya sebagai Gubernur Jawa Timur pada Pilgub 2018.

Mendekati diselenggarakannya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara serentak pada 2024, Provinsi Jawa Timur tercatat menjadi salah satu daerah yang cukup menarik untuk diamati.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Jawa Timur mencatat bahwa terdapat lebih dari 30 juta masyarakat di provinsi tersebut yang tergabung dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada tahun ini.

Jumlah tersebut menempatkan Jawa Timur sebagai provinsi dengan jumlah DPT terbanyak kedua setelah provinsi Jawa Tengah dengan 35 juta masyarakat. Petahana Khofifah Indar Parawansa kemungkinan akan kembali maju sebagai calon gubernur. Diperkirakan Khofifah akan kembali berpasangan dengan wakilnya saat ini Emil Dardak.

Khofifah diperkirakan akan mendapatkan dukungan dari empat partai politik pengusung untuk pencalonannya sebagai gubernur Jawa Timur. Keempat partai politik pengusung tersebut adalah Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Demokrat, dan Partai Amanat Nasional (PAN).

KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Calon gubernur Jawa Timur, Soekarwo, disambut pendukungnya di Posko Karsa seusai KPU Provinsi Jawa Timur melakukan rekapitulasi penghitungan suara Pilkada Jatim putaran kedua di Hotel Mercure Grand Mirama, Surabaya, Selasa (11/11/2008). Soekarwo-Saifullah Yusuf (Karsa) memenangi Pilkada Jatim dengan perolehan 50,2 persen suara.

Era Imam Utomo hingga Khofifah

Imam Utomo Soeparno merupakan Gubernur Jawa Timur periode 1998-2003 dan 2003-2008. Terpilihnya Imam Utomo untuk kedua kalinya, menjadikannya gubernur Jawa Timur terakhir yang dipilih oleh DPRD provinsi. Setelah itu, calon gubernur dipilih langsung oleh rakyat pada pemilihan kepala daerah tahun 2008.

Imam Utomo menyandang pangkat Mayor Jenderal (Mayjen) serta sempat menjabat sebagai Pangdam V Brawijaya pada tahun 1995 hingga 1997, tepat sebelum dirinya naik menjadi gubernur Jawa Timur. Sementara, dibanding Soekarwo dan Khofifah, hanya Imam Sutomo yang memiliki riwayat militer dalam kehidupannya.

 Terdapat sebuah catatan menarik apabila Khofifah kembali terpilih sebagai gubernur pada akhir 2024 nanti. Terpilihnya Khofifah akan menjadikannya gubernur Jawa Timur ketiga yang akan menjabat selama 10 tahun atau dua kali masa jabatan.

Dua gubernur Jawa Timur sebelumnya yang menjabat selama dua kali masa jabatan adalah Soekarwo (Februari 2009 – Februari 2019) dan Imam Utomo (Agustus 1998 – Agustus 2008).

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Pada saat periode pertamanya menjabat, Khofifah diusung oleh koalisi partai politik yang tidak jauh berbeda dari saat ini. Partai-partai pengusung Khofifah pada saat itu adalah Demokrat, Golkar, PAN, PPP, dan Hanura.

Pemilihan gubernur tahun 2018 juga bukan merupakan kali pertama Khofifah mencalonkan dirinya. Tercatat Khofifah sudah mencalonkan diri sebagai Gubernur Jawa Timur sejak pilgub 2008. Namun pada pilkada 2008 dan 2013, Khofifah kalah berturut-turut oleh Soekarwo.

Dari sisi partai politik pengusung, data KPU provinsi Jawa Timur menunjukkan bahwa setidaknya sejak pemilihan gubernur tahun 2008, calon gubernur yang diusung oleh partai Demokrat selalu menang.

Pergantian calon yang diusung nampaknya tidak berpengaruh terhadap tren tersebut. Pada pilgub tahun 2008 dan 2013, Partai Demokrat berturut-turut mengusung Soekarwo sebagai calon gubernur. Sementara setelah kalah dalam dua edisi pemilihan gubernur, Khofifah yang diusung partai Demokrat akhirnya meraih kemenangan di pilgub 2018.

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Sengketa Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2008

Kemenangan Soekarwo sebagai gubernur Jawa Timur pada pemilihan gubernur tahun 2008 bukanlah tanpa drama politik. Catatan dari laporan Mahkamah Konstitusi (MK) pada November 2008 menyebutkan bahwa Khofifah sebagai lawan Soekarwo pada waktu itu sempat mengajukan gugatan hasil pilkada ke Mahkamah Konstitusi. Khofifah menyatakan bahwa dirinya menolak hasil perhitungan suara yang dilakukan oleh KPUD Jawa Timur.

Sebagai informasi, KPUD Jawa Timur menetapkan lima pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang berkompetisi di pilgub Jawa Timur tahun 2008. Pasangan calon pertama adalah Khofifah Indar Parawansa-Mudjiono (Kaji) yang diusung PPP beserta beberapa partai kecil.

Kemudian pasangan calon kedua adalah Sutjipto-Ridwan Hisjam (SR) yang diusung PDI-P. Diikuti dengan pasangan calon ketiga yaitu Soenarjo-Ali Maschan Moesa (Salam) dengan partai Golkar sebagai pengusungnya.

Dua pasangan calon lainnya adalah Achmady-Soehartono (Achsan) yang didukung PKB. Serta Soekarwo-Saifullah Yusuf (Karsa) yang didukung koalisi partai Demokrat, PAN, dan PKS.

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Keberatan Khofifah dilandasi oleh keyakinan bahwa telah ditemukan banyak kecurangan, baik dalam proses pelaksanaan pilgub hingga penghitungan suara.

Kepada MK, Khofifah beserta tim pemenangannya menyebutkan bentuk-bentuk kecurangan yang terjadi diantaranya meliputi formulir C1 yang dicoret dan dikenai tipex, penghitungan suara yang dilakukan per desa alih-alih TPS, serta penghitungan suara TPS yang dilakukan secara tertutup.

MK kemudian menerima sebagian permohonan Khofifah beserta tim pemenangannya. Kemudian, MK juga memerintahkan KPUD Jawa Timur untuk melakukan pemungutan suara ulang untuk putaran ke-2 di tiga kabupaten.

Ketiga kabupaten tersebut adalah Pamekasan, Bangkalan, dan Sampang. Terakhir, MK meminta KPUD dan Bawaslu untuk melakukan pengawasan ketat terhadap pemungutan suara ulang di kabupaten-kabupaten tersebut agar suara dapat diperoleh secara jujur dan adil.

Setelah diulang, Soekarwo dan Saifullah Yusuf akhirnya membuktikan bahwa mereka masih tetap unggul.

DOKUMENTASI ANTARA

Calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa (kiri) dan Mudjiono (tengah), berjabat tangan dengan calon gubernur Jatim, Saifullah Yusuf, seusai sidang pembacaan amar putusan sengketa Pilkada Jawa Timur di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Selasa (2/12/2008).

Kemenangan Beruntun Soekarwo

Kembalinya pesta demokrasi di provinsi Jawa Timur tahun 2013 juga turut mempertemukan kembali kandidat dari edisi 2008. Untuk kedua kalinya, pasangan petahana Soekarwo-Saifullah Yusuf kembali mencalonkan diri.

Selain itu, Khofifah yang kalah pada edisi pilgub sebelumnya juga kembali mencalonkan dirinya, kali ini didampingi Herman Suryadi Sumawireja.

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Sama seperti pilgub lima tahun sebelumnya, pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf kembali keluar sebagai pemenang dengan raihan 8.195.816 suara (47,25 persen).

Urutan kedua disusul dengan pasangan Khofifah-Herman dengan 6.525.015 suara (37,62 persen).

Pasangan Bambang Dwi Hartono-Said Abdullah dan Eggi Sudjana-M Sihat masing-masing meraih 2.200.069 suara (12,69 persen) dan 422.932 suara (2,44 persen).

Berbeda dengan tahun 2008, Pilgub Jawa Timur 2013 berlangsung lebih singkat dengan hanya satu putaran. Selain itu, Khofifah juga tidak melayangkan gugatan ataupun penolakan apapun terhadap hasil penghitungan suara.

Namun, kasus sengketa justru terjadi sebelum penyelenggaraan pilgub. Yaitu berkaitan dengan pasangan calon Khofifah-Herman yang sempat tidak diperbolehkan berpartisipasi dalam pilgub akibat tidak dapat memenuhi persyaratan dukungan.

Namun pada akhirnya, Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) menganulir keputusan pembatalan tersebut. DKPP juga kemudian memasukkan kembali nama pasangan Khofifah-Herman kedalam peserta pilgub 2018.

Kemenangan Perdana Khofifah

Tren pengurangan jumlah pasangan calon nampaknya terjadi pada pilgub Jawa Timur. Setelah pilgub 2013 diikuti oleh empat pasangan calon, jumlah pasangan calon yang berpartisipasi dalam pilgub 2018 kembali berkurang.

Pilgub Jawa Timur 2018 hanya diikuti oleh dua pasangan calon. Paslon yang bertarung yakni Khofifah Indar Parawansa yang mencalonkan diri untuk ketiga kalinya kali ini didampingi oleh Emil Elistianto Dardak, serta wakil gubernur petahana Saifullah Yusuf yang didampingi Puti Guntur Soekarno sebagai calon wakil gubernurnya.

Bagi Khofifah, pilgub tahun 2018 menjadi kali pertamanya bekerja sama dengan partai Demokrat sebagai partai politik pengusungnya. Setelah sempat mengisi jabatan Menteri Sosial pada Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo 2014-2018, Khofifah bersama calon wakilnya Emil Dardak berhasil mengamankan dukungan koalisi dari Partai Demokrat, Golkar, Nasdem, PPP, dan PAN.

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Sementara pasangan Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno didukung oleh koalisi PDI-P, PKB, PKS, serta Gerindra. Litbang Kompas melakukan survei elektabilitas untuk kedua pasangan calon pada bulan akhir Februari hingga awal Maret 2018.

Hasilnya, pasangan Khofifah-Emil Dardak unggul tipis 0,5 persen dibanding Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno dengan perbandingan suara 44,5 persen berbanding 44,0 persen.

Kemudian Litbang Kompas kembali melakukan survei elektabilitas pada bulan Mei 2018 (atau sebulan sebelum pemilihan). Hasilnya, keunggulan Khofifah-Emil Dardak melebar menjadi 3 persen (48,6 persen berbanding 45,6 persen).

Walaupun selisih ini masih dalam batas margin error dan belum ada pasangan yang meraih suara lebih dari 50 persen, keunggulan yang melebar ini dapat dibaca bahwa strategi kampanye pasangan Khofifah-Emil lebih mendapat apresiasi publik dibandingkan pasangan Saifullah-Puti.

Pada hari H pemilihan Gubernur Jawa Timur, Litbang Kompas juga melakukan hitung cepat dan hasilnya pasangan Khofifah-Emil unggul dengan 53,36 persen, sedangkan pasangan Saifullah-Puti memperoleh suara 46,64 persen.

Pada hitung cepat tersebut, Litbang Kompas mencatatkan diri sebagai salah satu penyelenggara hitung cepat yang akurat, dengan selisih rata-rata hasil dengan KPU hanya 0,19 persen saja

Hasil ini sangat dekat dengan hasil penghitungan suara resmi oleh KPUD. Sekitar dua minggu setelah pemilihan, KPUD Jawa Timur menetapkan Pasangan Khofifah-Emil Dardak meraih kemenangan dengan jumlah suara 10.465.218 suara atau 53,55 persen. Jumlah ini mengungguli pasangan Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno yang meraih 9.076.014 suara atau 46,45 persen.

Dengan hasil tersebut, Khofifah meraih kemenangan pertamanya dalam ajang pilgub Jawa Timur setelah tiga kali mencalonkan diri. Adapun Saifullah Yusuf gagal memenangkan pencalonan dirinya setelah sebelumnya menjabat sebagai wakil gubernur selama dua kali masa jabatan. (LITBANG KOMPAS)

Referensi

Internet
  • Dinas Komunikasi Provinsi Jawa Timur. (2013, Juli 15). KPU Jatim Tetapkan Pemilukada 2013 Diikuti Tiga Pasangan Cagub Dan Cawagub. Diakses dari Dinas Kominfo Provinsi Jawa Timur: https://kominfo.jatimprov.go.id/berita/36049
  • Humas Mahkamah Konstitusi. (2008, November 11). Jatim Punya Gubernur Baru. Merasa Dicurangi, Khofifah Tolak Hasil Pilgub Jatim. Diakses dari Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia: https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=2741&menu=2
  • Dinas Kominfo Provinsi Jawa Timur. (2018, Januari 10). Pasangan Khofifah – Emil Resmi Daftar Pilgub Jatim 2018 Ke KPU. Diakses dari Dinas Kominfo Provinsi Jawa Timur.

Artikel terkait