Paparan Topik

Peringatan Wafat Isa Almasih dan Maknanya bagi Umat Kristiani

Jumat Agung menjadi salah satu dari rangkaian sakral peringatan Wafat Isa Almasih. Bagi umat Kristiani, hal ini menjadi momen untuk mengenangkan kembali kisah sengsara dan wafat Yesus Kristus di kayu salib. Peringatan ini sudah dirayakan sejak masa awal sejarah Kekristenan.

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Umat Katolik mendengarkan dengan khidmat kotbah yang disampaikan Uskup Agung Jakarta, Mgr Ignatius Kardinal Suharyo saat ibadah Jumat Agung di Gereja Katedral, Jakarta, Jumat (15/4/2022). Jumat Agung adalah peringatan wafat Yesus Kristus. Hari itu merupakan bagian dari rangkaian Trihari Suci perayaan Paskah bagi umat Nasrani.

Fakta Singkat

  • Jumat Agung merupakan momen umat Kristiani memperingati kisah sengsara dan wafatnya Yesus Kristus di kayu salib.
  • Kalender Masehi versi nasional menandai Jumat Agung sebagai Hari Wafat Isa Almasih, tahun ini jatuh pada 7 April 2023 dan ditetapkan sebagai hari libur nasional Berdasarkan Surat Keputusan Berasama 3 Menteri (SKB 3 Menteri).
  • Penetapan Hari Wafat Isa Almasih sebagai hari libur nasional sudah ditetapkan sejak tahun 1953 melalui Keputusan Presiden No. 24 tahun 1953 tentang Hari-Hari Libur.
  • Selain Indonesia, Jumat Agung juga menjadi hari libur nasional di beberapa negara, di antaranya Inggris, Portugal, Spanyol, Jerman, Swedia, Kanada, Australia, dan Filipina.
  • Ibadat Jumat Agung terdiri dari tiga bagian, yakni: Ibadat Sabda, Ibadat Penghromatan Salib, dan Ibadat Komuni Kudus.
  • Jumat Agung di seluruh gereja harus dijalani sebagai hari tobat, ditandai dengan puasa dan pantang, serta penuh permenungan dan doa.

Umat Kristen dan Katolik di seluruh dunia memperingati Jumat Agung atau kerap pula disebut sebagai hari Wafat Isa Almasih yang jatuh pada Jumat (7/4/2023) ini. Hari raya Jumat Agung ini juga biasa disebut sebagai Good Friday, Holy Friday, atau Great Friday.

Jumat Agung adalah peringatan wafat Yesus Kristus. Pada hari ini, umat Kristiani di seluruh dunia mengenang penyaliban Yesus dan kematian-Nya di Kalvari sekaligus merupakan bagian dari rangkaian Tri Hari Suci perayaan Paskah bagi umat Nasrani.

Terkait peringatan itu, Pemerintah telah menetapkan Jumat Agung atau Wafat Isa Almasih sebagai hari libur nasional. Pada tahun 2023, keputusan tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) No. 1006/2022, No. 3/2022 dan No. 3/2022 yang ditandatangani oleh Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB).

Sebelumnya, hari Wafat Isa Almasih telah ditetapkan sebagai hari libur nasional sejak tahun 1953 melalui Keppres 24/1953 tentang Hari-Hari Libur. Selain Jumat Agung, dalam Keppres itu  disebutkan bahwa Hari Raya Paskah juga ditetapkan sebagai hari libur nasional.

Selain di Indonesia, Jumat Agung juga menjadi hari libur nasional di sejumlah negara, di antaranya Inggris, Portugal, Spanyol, Jerman, Swedia, Kanada, Australia, dan Filipina. 

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Umat Kristiani mengikuti misa malam paskah di Gereja Kristus Salvator, Jakarta, Sabtu (16/4/2022). Ibadah ini merupakan rangkaian Pekan Suci Paskah yang akan jatuh pada Minggu, 17 April 2022. Tri Hari Suci dimulai dengan Misa Kamis Putih, Jumat Agung, dan kemudian ditutup dengan Hari Raya Paskah.

Peringatan Jumat Agung

Sejak masa awal sejarah Kekristenan, Jumat Agung diperingati sebagai hari kesedihan, penebusan dosa, dan puasa. Menurut Alkitab, pada hari sebelum Paskah, Yesus dicambuk dan diperintahkan untuk memikul salib ke puncak Golgota, di mana Yesus akan disalibkan dan kemudian dihukum mati.

Secara khusus, dalam gereja Katolik, Jumat Agung merupakan salah satu hari penting dalam kalender liturgi gereja, ditempatkan dalam satu pekan menjelang perayaan Paskah yang disebut sebagai Pekan Suci. Jumat Agung menjadi momen umat Kristiani memperingati kisah sengsara dan wafatnya Yesus Kristus di kayu salib.

Umat Kristiani mempercayai bahwa hari sengsara dan wafat Yesus adalah hari suci, sebab hal tersebut menjadi bagian dari rencana Allah untuk menyelamatkan manusia dari dosa-dosa melalui pengorbanan Yesus. Oleh karena itu, peringatan tersebut disebut sebagai Jumat Agung.

Dalam kalender liturgi gereja Katolik, Jumat Agung diperingati pada hari Jumat sebelum hari Minggu Paskah, yang merupakan momen peringatan kebangkitan Yesus Kristus dari maut. Penentuan Paskah sendiri dilakukan berdasarkan sistem penanggalan bulan, berbeda dengan Natal yang ditentukan berdasarkan penanggalan matahari yang mengacu pada waktu yang dibutuhkan bumi untuk mengelilingi matahari, disebut juga sebagai penanggalan Gregorian, kini Masehi.

Daftar Tanggal Jumat Agung dan Paskah

Tahun

Jumat Agung

Tanggal Paskah

2015

03 April

5 April

2016

25 Maret

27 Maret

2017

14 April

16 April

2018

30 Maret

1 April

2019

19 April

21 April

2020

10 April

12 April

2021

2 April

4 April

2022

15 April

17 April

2023

7 April

9 April

2024

19 Maret

31 Maret

2025

18 April

20 April

Sumber: Astronomical Society of South Australia

Berdasarkan Konsili Nicea pada 325 Masehi, peringatan Paskah dilaksanakan pada Minggu pertama setelah bulan purnama menyusul titik awal musim semi. Dalam konsili itu, ditetapkan pula bahwa titik balik atau hari pertama musim semi tersebut selalu dimulai pada 21 Maret. Merujuk Alexander Pogo dalam artikel berjudul “Early and Late Easter Dates”, hari paskah yang paling cepat jatuh pada tanggal 22 Maret dan paling lambat jatuh pada 25 April.

Pada Jumat Agung, umat Kristiani memperingati tiga peristiwa penting, yaitu penyaliban Yesus, kematian Yesus, dan pemakaman Yesus. Bagi umat Kristiani, Jumat Agung juga merupakan puncak dari pelayanan Yesus di dunia, setelah mengorbankan diri-Nya untuk menebus dosa manusia. Oleh sebab itu, Jumat Agung di seluruh gereja harus dijalani sebagai hari tobat, ditandai dengan puasa dan pantang, serta penuh permenungan dan doa.

Negara yang Menetapkan Jumat Agung Sebagai Hari libur

Australia

Indonesia

Brazil

Selandia Baru

Bolivia

Nikaragua

Chili

Norway

Kanada

Panama

Kolumbia

Paraguay

Kosta Rika

Peru

Denmark

Filipina

Republik Dominika

Portugal

Ekuador

Serbia

Finlandia

Slowakia

Jerman

Spanyol

Guatemala

Swedia

Honduras

Uruguay

Britania Raya

Venezuela

Sumber: timeanddate.com

Pada peringatan Jumat Agung, umat Kristiani memperingati wafatnya Yesus Kristus dengan berbagai kegiatan ritual. Jumat pagi banyak gereja yang melaksanakan ibadah jalan salib untuk mengenang kembali kisah sengsara Yesus Kristus memanggul salib sampai wafat di Gunung Golgota.

Secara khusus, gereja Katolik memperingatinya dengan pembacaan pasio atau kisah sengsara Yesus Kristus. Selain itu, pada ibadah Jumat Agung umat Katolik juga mengikuti upacara penghormatan salib. Pada upacara ini masing-masing umat diberi kesempatan untuk mencium salib sebagai penghormatan pada Yesus Kristus yang wafat disalib untuk menebus dosa-dosa manusia.

Penyebutan Jumat Agung di dalam Beberapa Bahasa

Inggris

Good Friday

China

耶穌受難節 (Yēsū shòunàn jié)

Ceko

Velký pátek

Denmark

Langfredag

Belanda

Goede Vrijdag

Finlandia

Pitkäperjantai

Perancis

Vendredi saint

Jerman

Karfreitag

Yunani

Μεγάλη Παρασκευή (Megáli Paraskeví)

India

गुड फ्राइडे (Gud Phraide)

Hungaria

Nagypéntek

Irlandia

Aoine an Chéasta

Italia

Venerdi Santo

Norwegia

Langfredag

Portuges

Sexta-feira Santa

Serbia

Велики Петак (Veliki Petak)

Slovakia

Veľký piatok

Spanyol

Viernes Santo

Swedia

Långfredagen

Sumber: timeanddate.com

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Umat Katolik mengikuti ibadah Jalan Salib di Kapel Novisiat Biara Betlehem, Kota Salatiga, Jawa Tengah, Jumat (15/04/2022). Ibadah Jalan Salib merupakan bagian dari Tri Hari Suci Paskah untuk mengenang prosesi menjelang wafat Yesus di kayu salib.

Mengenang Kisah Sengsara dan Wafat Yesus

Dalam Alkitab, kisah sengsara Yesus diceritakan dalam empat Injil, yakni Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Dari keempat Injil tersebut, secara garis besar kisah sengsara Yesus dimulai pada malam perjamuan terakhir Yesus bersama para murid-Nya, di mana pada malam tersebut Yesus telah mengetahui apa yang akan menimpa diri-Nya.

Pada perjamuan terakhir tersebut, Yesus melakukan penyerahan diri dengan simbolisasi roti sebagai tubuh-Nya dan anggur sebagai darah-Nya yang diberikan kepada kedua belas murid. Perjamuan terakhir menjadi awal mula Sakramen Ekaristi sebagai kenangan akan kurban-Nya. Penyerahan total diri-Nya kemudian diwujudkan dalam momen penyaliban dan wafatnya.

Setelah melakukan perjamuan terakhir, Yesus bersama para muridnya pergi ke seberang sungai yang bernama Kidron dan masuk ke sebuah taman bernama Getzmani untuk berdoa. Namun, salah satu muridnya, Yudas Iskariot, tidak ikut pergi bersama mereka, melainkan menemui pemimpin Yahudi untuk memberitahu di mana Yesus berada.

Ketika Yesus sedang berdoa, datanglah sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga bait Allah bersama dengan Yudas Iskariot. Pada peristiwa tersebut, salah satu murid Yesus bernama Simon Petrus  berusaha melindungi Yesus. Dengan pedang yang dibawa, Petrus melawan, menghunuskan pedangnya  dan memutuskan telinga seorang prajurit bernama Malkhus. Akan tetapi, Yesus menegur Petrus untuk menyarungkan pedangnya dan merelakan diri-Nya ditangkap.

Setelah ditangkap, Yesus dihadapkan kepada Hanas dan Kayafas, imam besar untuk dimintai keterangan mengenai pengikut dan ajaran-ajaran-Nya. Dari tempat Kayafas, Yesus kemudian dibawa ke gedung pengadilan untuk dihadapkan kepada Pilatus.

Dari hasil penyelidikan Pilatus, tidak ditemukan kesalahan apapun dari Yesus. Karenanya, Pilatus berniat dan hendak membebaskan Yesus. Namun, karena desakan para imam kepala bersama tua-tua dan ahli taurat, Pilatus dengan enggan akhirnya menyerahkan Yesus kepada mereka untuk menghukum sesuai dengan hukum Taurat yang mereka percayai.

Sambil memikul kayu salib, Yesus pergi keluar, berjalan menuju tempat yang bernama Golgota, dalam bahasa Ibrani berarti tempat tengkorak. Di tempat itulah Yesus disalibkan dan kemudian wafat.

KOMPAS/TATANG MULYANA SINAGA

Polisi yang akan menjalankan Shalat Jumat berjalan di depan Gereja Katedral Santo Petrus Bandung, Jawa Barat, Jumat (2/4/2021). Sejumlah gereja di Bandung yang menggelar ibadah Jumat Agung dijaga ketat oleh personel TNI dan Polri.

Makna Kematian Yesus

Merujuk buku Iman Katolik, pada masa Yesus, salib merupakan bentuk hukuman yang berat bagi seseorang baik karena penderitaan fisik maupun secara sosial. Ketika mendapatkan hukuman salib, orang akan kehilangan segala kehormatan dan penghargaan dalam masyarakat. Oleh sebab itu, hukuman salib hanya diberikan kepada yang sungguh melakukan kejahatan berat.

Namun, hukuman salib yang diberikan kepada Yesus bukan karena Yesus melakukan kejahatan berat. Namun, Yesus menjadi korban tuduhan kebencian dan permusuhan para pemimpin agama Yahudi. Pewartaan yang dilakukan Yesus dianggap sebagai bahaya bagi kedudukan dan kuasa para pemimpin agama Yahudi.

Dalam kepercayaan iman Kristiani, kisah sengsara dan wafat Yesus di kayu salib bukan suatu kebetulan, melainkan misteri dalam rencana keselamatan oleh Allah. Secara garis besar, kematian Yesus di salib adalah bentuk pengorbanan-Nya dalam menebus dosa-dosa manusia dalam rencana keselamatan oleh Allah.

Dalam Injil, disebutkan bahwa kematian Yesus disebabkan oleh dosa-dosa manusia. Sonny Eli Zaluchu dalam tulisan berjudul “Penderitaan Kristus Sebagai Wujud Solidaritas Allah Kepada Manusia”, menyebutkan bahwa penderitaan Yesus di salib adalah sebuah pusat pernyataan Allah tentang diri-Nya kepada manusia. Salib, yang penuh penderitaan itu, adalah sebuah pernyataan Allah tentang kasih-Nya yang sejati. Sebab melalui salib dan kematian, Yesus menebus dosa-dosa manusia.

Mengapa Allah membuat penebusan dosa manusia melalui kematian Yesus? Jawabannya adalah karena manusia sendiri tidak mampu untuk menebusnya. Merujuk buku Pengajaran Iman Katolik, hanya Allah sendirilah yang berkuasa mendamaikan dan dengan demikian memulai sesuatu yang baru. Oleh karena hal itu, Yesus sebagai anak Allah menjadi silih bagi penebusan dosa-dosa manusia. Motif penebusan melalui Yesus menunjukan kasih Allah yang tak terbatas.

Penderitaan Yesus di salib juga merupakan wujud solidaritas Allah kepada manusia. Melalui penderitaan Yesus, Allah tidak membiarkan manusia menderita sendirian. Merujuk kembali Sonny, sebagai anak Allah dalam wujud manusia, melalui bentuk solidaritas penderitaan ini, manusia dengan segala penderitaan atau salibnya memperoleh kekuatan dan pengharapan.

Penderitaan Yesus menjadi acuan bagi manusia, khususnya umat Kristiani, dalam memandang penderitaan hidup. Dalam buku Mengenal dan Mengasihi Iman Katolik, disebutkan melalui penderitaan-Nya, Yesus mengajarkan kepada manusia bagaimana seharusnya bersikap dalam penderitaan sekaligus dalam menghadapi dinamika hidup.

Manusia hendaknya berani berjalan menghadapi penderitaan, memanggul salibnya, untuk membangun rohani dan menemukan makna hidup. Pengalaman penderitaan, bila disadari secara penuh akan menjadi sarana pendewasaan rohani dan kepribadian.

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Prosesi mengarak salib pada Misa Jumat Agung di Gereja Katedral Santa Perawan Maria, Kota Bogor, Jawa Barat, yang dipimpin Uskup Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur, Jumat (2/4/2021). Selain pembatasan umat yang mengikuti misa secara langsung serta penerapan protokol kesehatan yang ketat dalam masa pendemi, pelaksanaan peribadatan Tri Hari Suci Paskah di gereja ini juga dengan pengamanan ketat dari Polisi. Pelaksanaan Misa Jumat Agung di Kota Bogor belangsung aman dan khidmat.

Rangkaian Masa Prapaskah hingga Pekan Suci

Dalam memperingati peristiwa sengsara dan wafat Yesus, umat Kristiani tidak terlepas dari rangkaian prosesi Paskah yang dimulai dari masa Prapaskah hingga Pekan Suci. Masa Prapaskah merupakan masa persiapan perayaan Paskah yang berlangsung selama 40 hari yang dimulai dari Rabu Abu.

Sementara hari sebelum Paskah disebut sebagai Pekan Suci. Selama Pekan Suci, umat Katolik memaknai kematian dan kebangkitan Yesus dari kubur. Pekan Suci sendiri terdiri dari lima bagian, dimulai Minggu Palma, Kamis Putih, Jumat Agung, Malam Paskah (Sabtu) atau Vigili Paskah, dan puncaknya Minggu Paskah.

  • Masa Prapaskah dan Rabu Abu

Dalam gereja Katolik, masa Prapaskah merupakan masa liturgi untuk persiapan merayakan Paskah. Masa Prapaskah berlangsung selama 40 hari sebelum Paskah. Pada masa Prapaskah, umat Kristiani diminta untuk mempersiapkan diri secara rohani untuk menyambut perayaan misteri Paskah dengan cara pertobatan, berdoa, amal kasih, hidup sederhana, dan penyangkalan diri.

Awal masa Prapaskah ditandai dengan Rabu Abu, di mana umat Kristiani akan menerima tanda salib dari abu di dahinya pada ibadat Rabu Abu, sebagai simbol pertobatan. Abu tersebut berasa dari pembakaran daun palma kering yang telah diberkati pada Minggu Palma tahun sebelumnya.

Penggunaan abu dalam liturgi Rabu Abu sudah ada dalam Perjanjian Lama. Abu menjadi lambang rasa sesal dan pertobatan. Dari segi teologis, abu menjadi simbol sikap penyesalan yang didasari dengan kesadaran akan kefanaan diri.

Dalam rangka pertobatan ini, umat Kristiani juga diwajibkan untuk mengurangi kesenangan ragawi sebagai wujud tobat dengan melakukan puasa dan pantang. Aturan puasa bagi umat Kristiani adalah hanya makan sekali kenyang dalam sehari, dan wajib dilakukan bagi yang berusia 18 tahun sampai usia awal 60 tahun pada Rabu Abu dan Jumat Agung. Sedangkan, berpantang adalah hal yang wajib dilakukan oleh seluruh umat Katolik di atas usia 14 tahun, terutama setiap Jumat selama masa Prapaskah.

Pantang sendiri berarti tiap keluarga atau kelompok atau perorangan memilih dan menentukan sendiri, misalnya: pantang daging, pantang garam, pantang gula, pantang jajan, pantang rokok, pantang hiburan, dan lainnya yang mungkin lebih berat sesuai dengan semangat tobat.

  • Minggu Palma

Minggu Palma menjadi awal atau pembuka dari rangkaian Pekan Suci menjelang perayaan Paskah, dimulai pada hari Minggu terakhir menjelang Paskah. Secara historis, Minggu Palma adalah peringatan untuk mengenang Yesus yang disambut gembira sebagai raja oleh orang-orang di Yerusalem ketika memasuki kota tersebut, dengan membawa daun-daunan maupun ranting.

Dalam perayaan misa Minggu Palma, umat Kristiani biasanya akan membawa daun palma dan akan melambai-lambaikannya ketika petugas liturgi dan imam melakukan perarakan dari luar masuk ke dalam gereja.

Tradisi upacara perarakan dengan daun palma dan pemberkatan daun palma ini bersumber dari cerita dalam Injil Yohanes. Di dalam Injil Yohanes 12:13, disebutkan bahwa daun palma digunakan untuk menyambut dan mengelu-elukan Yesus yang memasuki kota Yerusalem, “mereka mengambil daun-daun palma, dan pergi menyongsong Dia”.

Namun, merujuk tulisan Pastor Bernardus Boli Ujan, SVD berjudul “Janur pada Minggu Palma?”, sebenarnya dalam kitab-kitab Injil terdapat sejumlah variasi cerita mengenai peristiwa sambutan kedatangan Yesus memasuki Yerusalem.

Berbeda dengan Injil Yohanes, dalam Injil Matius dan Markus tidak disebutkan secara eksplisit penggunaan daun palma. Di dalam Injil Matius dituliskan “ada pula yang memotong ranting-ranting dari pohon-pohon dan menyebarkannya di jalan” (Matius 21:8).

Di dalam Injil Markus dituliskan “ada pula yang menyebarkan ranting-ranting hijau yang mereka ambil dari ladang” (Markus 11:8). Adapun dalam Injil Lukas, tidak disebutkan penggunaan daun-daun ataupun ranting untuk menyambut Yesus. “Dan sementara Yesus mengendarai keledai itu mereka menghamparkan pakaiannya di jalan” (Lukas 19:36). 

Saat misa, daun-daun palma yang dibawa umat kemudian akan diberkati oleh imam atau pastor dengan percikan air suci, untuk kemudian dibawa pulang dan diletakkan pada salib di rumah. Nantinya, daun palma yang sudah diberkati dan mengering tersebut akan dikumpulkan dan dibakar untuk Rabu Abu tahun berikutnya.

  • Kamis Putih

Kamis Putih merupakan salah satu hari terpenting dalam kalender liturgi gereja, menjadi awal dari Triduum Paskah atau Tri Hari Suci. Kamis Putih adalah hari Kamis sebelum Paskah, yang diperingati untuk mengenang perjamuan terakhir Yesus Kristus dengan para muridnya sebelum menjalani penderitaan dan wafat di salib setelah dikhianati salah seorang muridnya bernama Yudas Iskariot pada malam itu.

Dalam misa Kamis Putih, ada tiga misteri yang diperingati, yaitu awal mula Sakramen Ekaristi, Inisiasi Imamat, dan teladan Yesus untuk saling mengasihi dan melayani. Teladan untuk saling mengasihi dan melayani tersebut ditunjukkan Yesus dengan membasuh kaki para murid-Nya dan memberikan perintah kepada para murid untuk saling mengasihi seperti Yesus mengasihi mereka. Hal tersebut diceritakan dalam Injil Yohanes 13: 1-15 dan 13: 34.

Atas dasar itu, dalam misa Kamis Putih ada tradisi pembasuhan kaki kepada dua belas orang dewasa oleh imam. Tradisi tersebut merupakan simbol teladan yang ingin mengajarkan bahwa pada hakikatnya semua manusia itu sama. Oleh karenanya, mereka harus dapat saling melayani dengan penuh kasih. Pembasuhan kaki juga dapat dimaknai sebagai ajaran kerendahan hati.

Puncak dari misa Kamis Putih adalah perarakan pemindahan Sakramen Mahakudus (Translatio Sanctissimi Sacramenti) ke tempat penyimpanan, diiringi pembawaan lilin dan dupa serta madah atau nyanyian ekaristi. Pemindahan Sakramen Mahakudus tidak dilaksanakan, bila keesokan harinya pada Jumat Agung tidak diadakan perayaan sengsara dan wafat Yesus di gereja yang sama pada hari berikutnya.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Umat Kristen bersiap mengikuti ibadah Jumat Agung dalam rangkaian Pekan Suci Paskah di Gereja Sion atau Gereja Portugis, Taman Sari, Jakarta Barat, Jumat (2/4/2021). Selain di gereja, umat Kristen mengikuti ibadah Jumat Agung secara daring di rumah masing-masing. Gereja warisan Kolonial Belanda bernuansa Eropa ini dibangun pada 1693.

  • Malam Paskah atau Vigili Paskah

Malam Paskah adalah malam yang paling penting dalam liturgi gereja. Malam ini merupakan malam kudus untuk berjaga-jaga dalam doa menantikan kebangkitan Yesus dari kematiannya. Malam ini disebut juga sebagai Vigili Paskah. Vigili berasal dari bahasa Latin, yaitu vigilare, yang berarti berjaga-jaga.

Malam Paskah hanya dilaksanakan pada malam hari atau ketika matahari sudah terbenam dan hari sudah gelap, dan harus sudah selesai sebelum fajar hari Minggu. Terdapat empat bagian penting dalam misa.

Pertama, perayaan cahaya, dengan penyalaan, pemberkatan, dan perarakan lilin menuju dalam gereja oleh imam yang diikuti dengan madah pujian Paskah. Dari api lilin Paskah tersebut kemudian cahaya dibagikan kepada lilin-lilin yang dibawa umat. Pada saat perayaan lilin ini, penerangan di gereja akan dimatikan sehingga nyala lilin akan menjadi terang yang menembus kegelapan. Terang tersebut menyimbolkan kehadiran Yesus yang akan menuntun umat Kristiani untuk mengikutinya dalam kebangkitan-Nya.

Kedua, adalah Liturgi Sabda. Pada bagian ini akan dibacakan bacaan-bacaan dari Kitab Suci, dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Ketiga, Sakramen Pembaptisan, di mana dilakukan pembaptisan untuk anggota baru, jika ada, dan pembaharuan janji baptis oleh umat. Terakhir, Vigili Paskah diakhiri dengan Liturgi Ekaristi, yang dimulai dengan persembahan, Doa Syukur Agung, penerimaan Komuni, dan berkat Paskah.

  • Minggu Paskah

Paskah secara sederhana adalah hari perayaan kebangkitan Yesus pada hari ketiga setelah wafat-Nya di kayu salib. Kebangkitan Yesus merupakan dasar dan pusat iman Kristen, sebab kebangkitan dari maut adalah bukti dari Allah Yesus benar-benar anak Allah. Iman Kristen mempercayai bahwa peralihan dari kematian ke kebangkitan-Nya adalah sumber harapan akan cinta kasih dan keselamatan dari Allah untuk manusia.

Atas dasar itu, perayaan Paskah dimaknai juga sebagai perayaan iman, merayakan harapan keselamatan dan cinta kasih Allah kepada umat-Nya yang percaya. Pada hari itu, gereja dan seluruh umat Kristiani di seluruh dunia akan merayakannya dengan penuh sukacita dan meriah.

Bagian terpenting dalam liturgi Paskah adalah liturgi pembaptisan dengan pemberkatan air dan pembaharuan janji baptis. Pembabtisan adalah ungkapan iman Kristiani akan Yesus yang bangkit, sehingga pembaptisan menjadi pusat dari perayaan Paskah yang kemudian disusul perayaan Ekaristi atas karya keselamatan. (LITBANG KOMPAS)

Referensi

Buku
  • Widharsana, Petrus Danan dan R.D. Victorius Rudy Hartono. 2017. Pengajaran Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius.
  • Konferensi Wali Gereja. 2003. Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius.
  • Piet Go, O.Carm (penerjemah). 2005. Seri Dokumen Gerejawi No. 71: Perayaan Paskah dan Persiapannya. Jakarta: Konferensi Waligereja Indonesia.
Arsip Kompas
Internet