Paparan Topik | Demografi

Hari Lansia Nasional: Menantang Stigma Lansia Sebagai Beban

Proses degeneratif manusia memang membuat warga lansia akan mengalami penurunan kesehatan dan fungsi-fungsi tubuh. Namun, jumlah lansia yang sehat, mandiri, dan berdaya nyatanya tetap besar.

KOMPAS/RIZA FATHONI

Sekitar 650 peserta Komunitas Bio Energy Power (BEP) mengikuti senam massal di sebuah lapangan di kawasan Pondok Kelapa, Jakarta, Sabtu (6/8/2022). Senam sehat ini mengolah gerak dan napas untuk membangkitkan energi dari dalam tubuh. Komunitas tersebut terbuka untuk semua golongan usia, namun peserta lansia lebih mendominasi demi menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh mereka.

Fakta Singkat

Hari Lansia Nasional

  • Setiap tanggal 29 Mei diperingati sebagai Hari Lanjut Usia Nasional
  • Pencanangan HLUN tak lepas dari sejarah perjuangan kemerdekaan RI tahun 1945 ketika pada 29 Mei 1945 sidang BPUPKI yang dipimpin Dr KRT Radjiman Widyodiningrat, yang saat itu tercatat sebagai sosok paling sepuh, mencetuskan gagasan pentingnya filosofis negara Indonesia.
  • Tema HLUN 2024: “Lansia Terawat, Indonesia Bermartabat”.
  • Menurut WHO dan UU Kesejahteraan Lanjut Usia, istilah “lanjut usia” atau “lansia” mengacu pada kelompok usia yang telah mencapai usia 60 tahun atau lebih.
  • Dari Hasil Sensus Penduduk 2023, penduduk Indonesia yang memasuki usia lansia diperkirakan 11,75 persen dari total keseluruhan populasi Indonesia (280 juta) atau sekitar 32,9 juta jiwa.
  • Berdasarkan data Sakernas, sebanyak 53,93 persen lansia bekerja pada tahun 2023.
  • Sebanyak 30,10 persen lansia mengurus rumah tangga, 15,27 persen lansia melakukan kegiatan lainnya, dan hanya sebesar 0,70 persen merupakan lansia pengangguran atau mencari pekerjaan.

Indonesia telah memasuki fase populasi menua dengan persentase penduduk usia 60 tahun ke atas lebih dari 10 persen. Hasil Sensus Penduduk tahun 2023 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan, presentase penduduk Indonesia yang memasuki usia lansia diperkirakan 11,75 persen dari total keseluruhan populasi Indonesia (280 juta) atau sekitar 32,9 juta jiwa. Angka ini naik 1,27 persen dari tahun sebelumnya, 10,48 persen.

Fenomena penuaan penduduk tidak unik terjadi di Indonesia. Di hampir setiap negara, persentase penduduk berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih pesat dari kelompok umur lainnya, sebagai hasil dari peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka kelahiran.

Penuaan penduduk ini mulanya terjadi di negara-negara maju yang merupakan negara dengan pendapatan tinggi (high-income countries). Jepang, misalnya, proporsi penduduk lansianya kini sekitar 30 persen. Namun, sekarang penuaan penduduk juga terjadi pada negara berkembang atau negara yang termasuk dalam kelompok berpendapatan rendah dan menengah (Kompas, 29/5/2023).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pada tahun 2030, satu dari enam penduduk dunia akan berusia 60 tahun ke atas. Pada saat itu jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas meningkat dari 1 miliar jiwa pada tahun 2020 menjadi 1,4 miliar jiwa.

Pada tahun 2050 jumlahnya akan meningkat hampir dua kali lipat menjadi 2,1 miliar jiwa. Sementara, jumlah penduduk yang berusia 80 tahun ke atas pada periode 2020-2050 akan meningkat tiga kali lipat menjadi 426 juta jiwa.

Namun sayangnya, di dalam struktur kependudukan, warga lansia masih mendapat stigma kurang baik, dianggap sebagai kelompok usia “beban” bagi kelompok usia produktif. Pandangan ini didasari pada stereotip bahwa mereka hanya sekumpulan orang renta dan tidak berdaya, yang tidak lagi produktif secara ekonomi dan memiliki banyak masalah kesehatan.

Pandangan itu seolah mengabaikan fakta bahwa banyak lansia masih produktif, sehat, dan mandiri, serta bisa bekerja dan berkarya untuk masyarakat dan lingkungan, dan memiliki potensi yang bisa dikembangkan.

Dalam konteks ini, Hari Lanjut Usia Nasional atau HLUN pada 29 Mei menjadi penting, sebagai momen untuk melawan stigma negatif terhadap lansia. Momen ini juga menjadi kesempatan untuk meningkatkan kepedulian terhadap mereka. Dengan populasi lansia yang terus meningkat, perhatian khusus perlu diberikan untuk memastikan kesejahteraan mereka

Tema pada 2024 “Lansia Terawat, Indonesia Bermartabat”. Tema ini dikhususkan bahwa negara turut hadir dalam menghormati dan menghargai kaum lansia dalam situasi apapun.

KOMPAS/PRIYOMBODO

Seorang lansia beraktivitas di pasar lama, Kota Tangerang, Banten, Minggu (31/1/2021). Nyeri pinggang inflamasi (peradangan) merupakan penyakit autoimun di mana kekebalan tubuh menyerang sel dan jaringan tubuh sehingga terjadi peradangan pada sendi tulang belakang. Nyeri ini patut diwaspadai karena dapat berakibat fatal. Tak hanya keterbatasan gerak, peradangan akibat autoimun bisa menyebabkan gangguan jantung dan pembuluh darah, saluran cerna, serta ginjal.

Definisi Lansia

Menjadi lansia merupakan salah satu babak dari siklus kehidupan manusia. Menurut WHO, secara umum istilah “lanjut usia” atau “lansia” mengacu pada kelompok usia yang telah mencapai usia 60 tahun atau lebih.

WHO juga membagi lansia menjadi 3 kelompok yaitu, Lansia Muda (usia 60-69 tahun), Lansia dewasa (usia 70-79 tahun), lansia tua (usia lebih atau sama dengan 80 tahun). Pembagian ini didasarkan pada asumsi bahwa setiap kelompok usia memiliki kebutuhan dan karakteristik yang berbeda.

Penetapan usia 60 tahun sebagai titik awal usia umumnya karena pertimbangan usia kronologis. Secara kronologis, usia 60 tahun seringkali dianggap sebagai titik di mana seseorang telah mencapai tahap kehidupan yang lebih lanjut, yang ditandai dengan berbagai perubahan seperti penurunan fungsi fisik dan kognitif, melemahnya sistem kekebalan tubuh, dan meningkatnya risiko penyakit kronis.

Namun, pandangan tersebut sering diperdebatkan karena adanya peningkatan harapan hidup, kualitas hidup dan tingkat fungsi pada populasi lanjut usia.

Di sejumlah negara, penduduk lansia didefinisikan secara beragam, dan bisa berubah seiring waktu. Perbedaan dan perubahan dalam definisi lansia antara negara-negara mencerminkan kompleksitas demografi, sosial, ekonomi, dan budaya masing-masing negara. Namun, rata-rata negara di dunia saat ini mendefinisikan lansia antara umur 60 sampai 65 tahun.

KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI

Kondisi salah satu rumah sejahtera terpadu (RST) yang diberikan Kementerian Sosial ke salah satu lansia di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, Minggu (29/5/2023). RST diberikan antara lain ke lansia tunggal yang hidup dalam kemiskinan.

Di Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia mendefinisikan lansia adalah penduduk yang berumur 60 tahun ke atas. BPS mengelompokkan lansia menjadi tiga kelompok umur yaitu lansia muda (kelompok umur 60-69 tahun), lansia madya (kelompok umur 70-79 tahun), dan lansia tua (kelompok umur 80 tahun ke atas).

Namun, dalam sabutan pada peringatan HLUN tahun 2019, Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita mengusulkan agar batasan usia lanjut usia (lansia)  tidak lagi 60 tahun melainkan diubah menjadi 65 tahun.

“Banyak mereka yang berusia 60 tahun namun masih produktif, aktif dan banyak gagasan. Orangtua saya sendiri kan sudah 78 tahun tapi masih aktif dan produktif,” kata Mensos.

Grafik:

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Melawan Diskriminasi Lansia

Di tengah populasi yang semakin menua, diskriminasi terhadap lansia menjadi salah satu momok yang menghambat berbagai aktivitas kehidupan mereka. Lansia seringkali dipandang sebagai individu yang tidak lagi produktif, identik dengan sakit-sakitan, tergantung pada orang lain, serta tidak mampu lagi melakukan apa-apa.

Stigma terhadap lansia adalah hasil dari berbagai faktor sosial, ekonomi, dan budaya yang kompleks. Salah satunya adalah industrialisasi kapitalis yang menekankan pada efisiensi dan produktivitas. Sistem ini melabelkan lansia sebagai beban karena dianggap tidak mampu menghasilkan output sebanyak orang muda. Peran lansia dalam masyarakat sering kali diabaikan karena paradigma yang menempatkan nilai pada produktivitas ekonomi.

Pandangan keliru yang menyamakan usia lanjut dengan ketidakmampuan dan kurangnya produktivitas merenggut kesempatan mereka untuk berkarya dan berkontribusi pada masyarakat.

Diskriminasi ini laksana belenggu yang mencengkeram erat para lansia, yang mewujud dalam berbagai bentuk. Seperti peluang kerja yang menipis, gaji dan tunjangan yang tak sepadan, minimnya akses pendidikan dan pelatihan, hingga stigma sosial yang melekat, menjadi batu sandungan bagi mereka untuk berkarya dan diakui.

Kita memang tidak bisa menutup mata bahwa proses degeneratif manusia memang membuat warga lansia akan mengalami penurunan kesehatan dan fungsi-fungsi tubuh yang tentunya membuat penduduk usia tua berkurang produktivitasnya. Namun, jumlah lansia yang sehat, mandiri, dan berdaya nyatanya tetap besar.

Grafik:

 

INFOGRAFIS: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), persentase lansia yang bekerja cenderung meningkat dalam satu dekade terakhir. Dari 46,33 persen pada tahun 2013 menjadi 53,93 persen pada tahun 2023. Mayoritas lansia di perdesaan bekerja di sektor pertanian, sedangkan lansia di perkotaan lebih banyak yang bekerja di sektor manufaktur dan jasa.

Lansia aktif atau active ageing tidak hanya mencakup lansia yang masih bekerja, namun juga termasuk lansia yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial, ekonomi, budaya, dan keagamaan. Selain bekerja, sebesar 30,10 persen lansia mengurus rumah tangga, 15,27 persen lansia melakukan kegiatan lainnya, dan hanya sebesar 0,70 persen merupakan lansia pengangguran atau mencari pekerjaan.

Banyaknya lansia yang bekerja dan berkegiatan tersebut mencerminkan bahwa lansia masa kini lebih aktif, produktif, dan mandiri dibandingkan kondisi satu dekade yang lalu.

 

Grafik:

 

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Tingginya presentase lansia yang aktif sejalan dengan meningkatnya kesehatan lansia. Berdasarkan Statistik Penduduk Lansia 2023, presentase lansia yang mengalami keluhan kesehatan terus menurun dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2023, tercatat sekitar 41,49 persen lansia mengalami keluhan kesehatan. Persentase tersebut turun sebesar 9,59 persen dibandingkan tahun 2019.

Demikian halnya dengan angka kesakitan lansia, polanya juga menurun selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2019 angka kesakitan lansia sebesar 26,2 persen lalu menurun menjadi 19,72 persen pada tahun 2023. Ini menandakan pembangunan kesehatan yang membaik.

Salain itu, data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2023 juga menunjukan bahwa lansia semakin akrab dengan perangkat teknologi informasi. Telepon seluler (HP) menjadi hal yang paling sering digunakan lansia dimana separuh lansia sudah menggunakan telepon seluler (HP) (49,56 persen). Angka tersebut terus meningkat dalam lima tahun terakhir.

Pola yang sama juga terjadi pada akses internet oleh lansia. Pada tahun 2019, lansia yang mengakses internet ada sekitar 7,94 persen. Lima tahun kemudian, angka tersebut bertambah hampir tiga kali lipat menjadi 22,87 persen di tahun 2023.

Fenomena ini membawa angin segar, menunjukkan bahwa lansia mampu beradaptasi dan mengikuti perkembangan zaman. Penggunaan teknologi memudahkan para lansia untuk berinteraksi dan melakukan aktivitas sehari-hari.

Potensi Lansia

Lansia, yang sering kali dianggap sebagai kelompok yang dipenuhi dengan keterbatasan, sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar yang dapat diberikan kepada masyarakat. Namun, untuk mencapai potensi tersebut, perlu mengubah paradigma lama mengenai lansia dengan pandangan yang lebih inklusif dan optimis.

Di tempat kerja, misalnya. Selama ini lansia masih sering dipandang sebagai pekerja yang buruk, sulit bergaul, tidak dapat dilatih, tidak dapat menggunakan teknologi, dan menolak perubahan. Kesalahan persepsi ini merupakan hambatan utama yang dihadapi lansia untuk tetap bekerja atau memasuki dunia kerja.

Padahal, angkatan kerja dengan keragaman usia dapat menjadi kekuatan. Menurut studi yang dilakukan oleh American Association of Retired Persons (AARP) dan AON Hewitt, salah satu keuntungan besar dari keberadaan lansia di tempat kerja adalah potensi untuk meningkatkan kolaborasi antar generasi.

Pekerja yang lebih tua dapat berperan sebagai mentor bagi generasi lebih muda, membawa pengetahuan dan perspektif institusional, kematangan dan stabilitas sosial, serta dapat meneruskan pengetahuan penting yang hanya dapat diperoleh dari pengalaman bertahun-tahun. Di sisi lain, pekerja yang lebih muda dapat membawa pola pikir yang lebih kolaboratif dan dapat membantu pekerja yang lebih tua menjadi lebih melek digital.

Grafik:

 

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Lansia juga memiliki potensi yang besar untuk memberikan kontribusi berharga dalam berbagai aspek kehidupan di masyarakat. Dengan membawa pengalaman hidup yang kaya, baik dalam bidang profesional maupun kehidupan pribadi, menjadi sumber pengetahuan yang tak ternilai.

Pencanangan 29 Mei sebagai Hari Lanjut Usia Nasional oleh pemerintah tak lepas dari sejarah perjuangan kemerdekaan RI tahun 1945 ketika pada 29 Mei 1945 sidang BPUPKI yang dipimpin Dr KRT Radjiman Widyodiningrat, yang saat itu tercatat sebagai sosok paling sepuh, mencetuskan gagasan pentingnya filosofis negara Indonesia.

Mereka juga mampu menjadi sumber daya penting dalam menjaga kontinuitas budaya, memelihara tradisi, hingga memperkuat kohesi sosial. Dengan waktu yang lebih luang, banyak di antara mereka ikut terlibat dalam kegiatan sosial dan kerelawaan.

Perlu dicatat bahwa lansia juga memiliki potensi berkontribusi dalam pemerintahan. Di Indonesia, hampir 50 persen menteri di Kabinet Indonesia Maju merupakan lansia. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa lansia masih memiliki kompetensi, dan berpengalaman untuk menduduki posisi penting dalam pemerintahan.

Grafik: 

 

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Perlindungan dan Pemberdayaan adalah Kunci

Di tengah dinamika perubahan demografis, melibatkan lansia dalam berbagai aspek kehidupan adalah suatu keharusan yang tidak hanya memberikan manfaat bagi para lansia, tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan.

Menghargai dan mengakui besarnya kontribusi para lansia merupakan langkah awal yang penting. Menciptakan lingkungan yang mendukung untuk mendorong keterlibatan aktif lansia dalam berbagai kegiatan. Bisa meliputi pembentukan komunitas lansia yang aktif, pelatihan keterampilan untuk kewirausahaan, atau penciptaan kesempatan kerja yang sesuai dengan kebutuhan dan keterampilan lansia.

Selain itu, kesehatan dan kesejahteraan fisik serta mental lansia adalah kunci untuk memastikan bahwa mereka dapat berpartisipasi secara aktif dalam berbagai aspek kehidupan. Negara harus memastikan bahwa lansia memiliki akses yang memadai terhadap layanan kesehatan yang berkualitas, perawatan jangka panjang, serta dukungan sosial lainnya untuk kebutuhan lansia.

Saat ini, langkah untuk mewujudkan lansia berdaya sudah dilakukan oleh pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2021 tentang Strategi Nasional Kelanjutusiaan. Dalam Perpres ini, pemerintah mencantumkan lima Pilar Strategi Nasional Kelanjutusiaan. Hal baik ini perlu diapresiasi.

Grafik:

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Adapun lima pilar tersebut adalah peningkatan pelindungan sosial, jaminan pendapatan dan kapasitas individu; peningkatan derajat kesehatan dan kualitas warga lansia; pembangunan masyarakat dan lingkungan ramah warga lansia; penguatan kelembagaan pelaksana program kelanjutusiaan; serta penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan terhadap hak warga lansia. 

Dengan memberikan pengakuan, dukungan, dan kesempatan yang tepat, potensi lansia untuk memberikan kontribusi positif dalam masyarakat tidak terbuang sia-sia.

Selamat Hari Lansia Nasional 2024!

(LITBANG KOMPAS)

Referensi

Aturan
  • Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
  • Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2021 tentang Strategi Nasional Kelanjutusiaan.
Buku
  • Topatimasang, Roem (peny). 2013. Memanusiakan Lanjut Usia: Penuaan Penduduk & Pembangunan di Indonesia. Yogyakarta: SurveyMETER.
Arsip Kompas
  • “Kesempatan Bekerja Bagi Warga Lansia,” Kompas, 19 Agustus 2019.
  • “Lonjakan Jumlah Lansia Jadi Aset Bangsa,” Kompas, 20 Agustus 2019.
  • “Memperkuat Daya Saing Warga Lansia,” Kompas, 21 Agustus 2019.
  • “Memastikan Warga Lansia Berdaya,” Kompas, 30 Mei 2022.
  • “Lansia dan Masa Depan Indonesia,” Kompas, 30 Mei 2022.
  • “Tantangan Indonesia Menghadapi Penuaan Penduduk,” Kompas, 29 Mei 2023.
  • “Produktivitas Lansia Munculkan Potensi Ekonomi Baru,” Kompas, 20 Oktober 2023.
Internet