Peta Tematik | Hari Gizi

Prevalensi Balita Penderita Stunting di Indonesia

Gizi buruk masih menjadi permasalahan bagi negara-negara berkembang. Sampai saat ini, Indonesia belum terbebas dari gizi buruk, terutama pada balita.

Masalah gizi buruk masih menjadi perhatian di berbagai negara, khususnya negara-negara berkembang. Gizi buruk adalah suatu kondisi kekurangan konsumsi zat gizi yang disebabkan oleh kurangnya asupan energi protein dalam makanannya. Jika kurangnya asupan gizi terjadi dalam waktu yang cukup lama, mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak.

Permasalahan gizi yang paling umum dialami di Indonesia adalah stunting pada anak usia balita. Kemenkes menyebutkan bahwa stunting merupakan masalah gizi kronis pada balita yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan rata-rata anak seusianya. Anak yang menderita stunting relatif akan lebih rentan terhadap penyakit dan ketika berusia dewasa berisiko mengidap penyakit degeneratif. Secara umum dampak stunting ini selain mempengaruhi kesehatan anak juga dapat mempengaruhi tingkat kecerdasannya.

Data pemantauan status gizi menyebutkan bahwa stunting memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus dan gemuk. Prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2019 mencapai 27,7%.

Beberapa provinsi dengan angka prevalensi balita stunting yang masih tinggi adalah Sulawesi Barat (40,4%) dan Nusa Tenggara Timur (43,8%). Menko PMK menyebutkan bahwa permasalahan sanitasi, imunisasi dan pemenuhan sumber air adalah masalah utama yang menyebabkan stunting tinggi seperti yang terjadi di Nusa Tenggara Timur.

Angka prevalensi merupakan jumlah kasus stunting pada balita dalam suatu populasi tertentu pada suatu waktu atau disebut juga sebagai proporsi dari jumlah total balita dalam populasi tersebut. Secara umum angka prevalensi balita stunting provinsi di Indonesia berada pada kisaran 20-30%, adapun beberapa wilayah yang kurang dari 20 persen yaitu DKI Jakarta (10%), Bali (14,4%), Kepulauan Riau (16,8%), dan Kepulauan Bangka Belitung (19,9%). Sebaran angka tersebut di seluruh provinsi dapat dilihat pada peta di atas. Semakin pekat warna merahnya menandakan angka prevalensi balita stunting yang semakin tinggi.

Pemerintah terus berupaya menurunkan angka tersebut dari tahun ke tahun. Program akselerasi penurunan stunting menjadi salah satu program prioritas pemerintah di sektor kesehatan, dengan target mencapai 14% pada 2024 mendatang.

Sumber:

Kontributor
Muhammad Fiqi Fadillah

Editor
Slamet JP