Kronologi

Tragedi Kemanusiaan dalam Sepak Bola Dunia

Sepak bola memang bukan sekadar urusan pembangunan stadion, pembelian pemain, pembinaan wasit profesional, dan penyuguhan hiburan. Lebih dari itu semua, sepak bola harus benar-benar mencurahkan perhatiannya untuk pembinaan suporter atau fans, dan menjaga dan menjaminkan keamanan serta keselamatan mereka.

 

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Petugas berusaha menghindari lemparan flare oleh penonton ke arah lapangan seusai laga Persebaya Surabaya melawan Arema FC pada leg pertama Final Piala Presiden 2019 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Selasa (9/4/2019). Pertandingan berakhir dengan skor 2-2. Pada leg kedua pertandingan akan dilakukan pada Jumat (12/4/2019) di Stadion Kanjuruhan Malang.

Sepak bola memang bukan sekadar urusan pembangunan stadion, pembelian pemain, pembinaan wasit profesional, dan penyuguhan hiburan. Sepak bola juga menjadi candu bahkan menimbulkan fanatisme pada suporter. Fanatisme dan pemikiran dangkal membuat penonton masih belum dewasa menerima kekalahan. Padahal, secara logika, dalam suatu laga tentu ada yang menang dan yang kalah.

Akibatnya, masih saja terjadi tragedi yang merenggut korban jiwa baik sebelum, saat maupun setelah pertandingan sepak bola berlangsung. Tragedi dalam sepak bola tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di dunia. Di banyak stadion, Estadio Nacional Lima, Peru (1964), Stadion Heysel, Belgia (1985), Kathmandu Nepal (1988), di Sheffield Inggris (1989), kekerasan menampakkan diri sebagai bagian dari sepak bola.


KOMPAS/AGUS SUSANTO
Keributan saat acara “Nonton Bareng Final Piala Dunia” antara Jerman melawan Brasil yang diselenggarakan Stasiun Televisi RCTI di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan-Jakarta, pada Minggu, (30/06/202).

1902

Skotlandia. Pertandingan antara kesebelasan Inggris melawan tim tuan rumah Skotlandia di Ibrox Park, Glasgow diwarnai tragedi berdarah. Tidak kurang 25 orang tewas dan 500 orang luka-luka ketika tempat duduk penonton dengan ketinggian 12 meter roboh seketika.

1946

Inggris. Dalam putaran keenam perebutan Piala FA, klub tuan rumah Bolton melawan Stoke di Burnden Park, 33 orang tewas terinjak-injak dan 500 orang lebih luka-luka. Tragedi terjadi karena jumlah penonton yang datang, yaitu sebanyak 65 ribu orang melampaui kapasitas stadion yang hanya mampu menampung 45 ribu penonton.

1964

Peru. Akibat gol tim tuan rumah Peru atas tim Argentina dianulir wasit, puluhan ribu pentonton yang memadati Stadion Nasional Peru (Estadio Nacional) mengamuk dan terlibat dalam kerusuhan. Tercatat 300 orang tewas, dan 500 orang luka-luka. Pemerintah Peru langsung memberlakukan hukum darurat perang.

1968

Argentina. Bentrokan antara dua pendukung terjadi saat pertandingan antara dua klub utama Argentina, Boca Juniors dan River Plate, akibatnya 74 orang tewas dan 100 orang lebih cedera. Insiden ini terjadi ketika penonton yang terjebak dalam kerusuhan tidak bisa keluar dari stadion karena pintu keluar stadion terkunci rapat.

KOMPAS/AGUS SUSANTO
Sebuah tribune untuk inspektur pertandingan terbalik setelah belasan ribu Aremania mengamuk karena pertandingan antara Persekabpas Pasuruan dan Arema Malang di Stadion Wilis, Madiun, dibatalkan, Minggu (10/4/2005).

1971

Skotlandia. Tragedi berdarah kembali terjadi di Ibrox Park, Glasgow Skotlandia, saat pertandingan derby antara Celtic melawan Rangers. Tercatat 66 orang tewas dan 150 orang cedera terinjak-injak. Insiden ini bermula saat  ribuan pendukung tim Rangers yang telah keluar stadion kecewa timnya tertinggal 1-0, mendadak berebut masuk kembali saat tim Rangers berhasil mencetak gol di menit-menit terakhir.

Kairo. Sebanyak 48 Orang tewas dan sekitar 47 penonton lainnya luka2 ketika sebuah tembok dari stadion Zamalek di Kairo roboh beberapa menit sebelum dimulainya pertandingan antara kesebelasan setempat melawan kesebelasan Dukla Praha dari Czekoslovakia

1982

Rusia. Lebih dari 300 orang tewas terinjak-injak dalam pertandingan antara Spartak Moskwa dan Haarlem. Insiden terjadi ketika ribuan penonton yang sudah dalam perjalanan pulang berebut masuk kembali ke stadion karena tim unggulannya yang semula tertinggal, mampu menjaringkan gol menjelang pertandingan berakhir

1985

Inggris. Dalam pertandingan divisi tiga Liga Inggris, Bradford City melawan Lincoln City di Stadion Luzniki, tiba-tiba muncul api dari kursi penonton yang terbuat dari kayu. Api yang akhirnya membesar dan membakar stadion juga menewaskan 56 orang pentonton. Selain itu, tercatat 350 luka-luka akibat tragedi ini.

Belgia. Sebanyak 39 orang pendukung Juventus (Italia) meninggal ketika tembok stadion roboh akibat bentrokan fisik dengan suporter Liverpool menjelang pertandingan final Piala Champions di Stadion Heysel, Brussels (Belgia). Akibatnya, seluruh klub Inggris dilarang terlibat di kejuaraan antarklub Eropa dalam waktu tidak terbatas. Khusus Liverpool ditambah hukuman larangan terlibat tiga tahun.

1988

Nepal. Ribuan suporter terjebak dalam stadion sepak bola nasional Nepal di Kathmandu saat badai hujan es. Penonton kesulitan keluar karena dari delapan pintu keluar, hanya satu pintu yang terbuka. Insiden ini menewaskan lebih dari 90 suporter.

1989

Inggris. Tragedi berdarah kembali terjadi dalam dunia persepakbolaan Inggris. Pertandingan antara Liverpool dan Nothingham Forest, yang dihadiri oleh jumlah penonton yang melebihi kapasitas stadion Hillsborough Inggris, akhirnya menewaskan 96 orang yang tergencet oleh puluhan ribu penonton.

KOMPAS/DANU KUSWORO
Pertandingan lanjutan kompetisi sepak bola Liga Djarum 2005 anatar Sriwijaya FC dan Persita Tangerang, Selasa (12/7/2005) di Stadion Benteng, Tangerang, diwarnai perkelahian antarpemain dan perilaku tidak sportif dari pendukung tuan rumah melempari batu dan botol berisi air mineral. Terlihat rangkaian tindakan seorang pendukung menyiram air ke penjaga gawang tim lawan.

1990

Somalia. Disaksikan Presiden Somalia, Mohamed Siad Barre, 109 orang tewas dan 100 orang lainnya cedera dalam pertandingan antara kesebelasan propinsi Jubba dan Shebelle di Stadion Mogadishu, Somalia. Insiden terjadi ketika jeda istirahat ribuan pentonton menyerbu ke tengah lapangan untuk melakukan Shallat Jumat. Petugas keamanan yang berusaha menghalau penonton akhirnya malah menimbulkan kepanikan, sehingga jatuh korban.

1991

Afrika Selatan. Sebanyak 42 orang tewas terinjak-injak selama pertandingan pra-musim di Stadion Oppenheimer di kota pertambangan Orkney antara Kaizer Chiefs dan Orlando Pirates.

1992

Prancis. Sebuah tribune di Stadion Furiani Bastia runtuh sebelum semifinal Piala Prancis melawan Olympique de Marseille, menewaskan 18 orang dan melukai lebih dari 2.300 orang.

1993

Kolombia. Sebanyak 20 orang tewas, dan 100 lainnya luka-luka di lima kota di Kolombia, menyusul pesta kemenangan kesebelasan Kolombia menggulung Argentina secara telak 5-0 (1-0) dalam pertandingan penyisihan sepak bola Piala Dunia zona Amerika Latin di Buenos Aires (Argentina). Luapan kegembiraan masyarakat itu berbuntut dengan adu fisik, pengrusakan mobil dan pertokoan, serta tembak-menembak di bar dan kedai minuman.

1996

Guatemala. Jumlah penonton yang melebihi kapasitas stadion kembali menjadi penyebab utama jatuhnya korban dalam pertandingan sepak bola. Kali ini, 81 orang tewas dan 200 orang terluka dalam pertandingan kualifikasi Piala dunia, Guatemala melawan Kosta Rika di Stadion Mateo Flores, Guatemala City.

KOMPAS/AGUS SUSANTO
Sejumlah personel polisi berusaha memadamkan api yang dibuat oleh sebagian penonton yang kecewa terhadap layar yang kurang jelas di tribun sebelah timur Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan, Minggu (30/6/2002).

2000

Zimbabwe. Sebanyak 13 orang tewas akibat bentrokan antara penonton dan polisi di stadion dalam pertandingan sepak bola kualifikasi Zona Afrika Piala Dunia 2006, antara tuan rumah Zimbabwe melawan Afrika Selatan (Afsel) di Stadion Harare. Korban yang meninggal kebanyakan akibat terjatuh dari tribun, tergencet pagar pemisah yang ambruk, dan terkena lemparan benda keras.

2001

Italia. Kerusuhan antar-suporter juga mengguncang Kota Roma. Dalam kompetisi Seri A Italia antara klub tuan rumah Lazio melawan Napoli yang dimenangkan Napoli 2-1 di Stadion Olimpiade, dilaporkan seorang pendukung Napoli tertusuk, seorang polisi patah kaki, sekitar 100 suporter mendapat perawatan serius di stadion, dan 20 orang lainnya dilarikan ke rumah sakit.

Afrika Selatan. Sedikitnya 43 suporter sepak bola dinyatakan meninggal dalam kerusuhan sepak bola yang terjadi di Johannesburg, Afrika Selatan. Tragedi ini berawal dari dorong-mendorong antar-penonton yang ingin memasuki stadion untuk menyaksikan pertandingan dua tim musuh bebuyutan, Kaizers Chiefs dan Orlando Pirates, di Stadion Ellis Park.

Ghana. Setidaknya 130 penonton sepak bola tewas dan puluhan lainnya luka-luka menyusul tragedi sepak bola yang berlangsung di Stadion Accra, Ghana. Kerusuhan dimulai ketika kelompok pendukung tim sepak bola yang kalah, Kumashi Ashanti Kotoko mengamuk setelah kesebelasannya ditaklukkan juara Liga Afrika, Hearts of Oak, 1-2. Kepanikan penonton bertambah setelah polisi melepas tembakan gas guna mengendalikan massa yang beringas.

2002

Jepang. Satu orang tewas dan sekitar 100 orang luka-luka termasuk 30 yang harus dirawat di rumah sakit akibat kerusuhan yang terjadi di Moskwa, menyusul kekalahan Rusia 0-1 dari Jepang di Yokohama, Jepang. Keributan dipicu karena minuman-minuman beralkohol yang dikonsumsi selama menyaksikan pertandingan.

 

2009

Pantai GadingSedikitnya 19 orang tewas dalam insiden tembok stadion runtuh, di stadion Felix Houphouet-Boigny Abidjan sebelum pertandingan kualifikasi Piala Dunia melawan Malawi.

2012

Mesir. Fans membuat kerusuhan pada akhir pertandingan antara tim rival Al-Masry dan Al-Ahly di kota Port Said. Setidaknya 73 orang tewas dan lebih dari 1.000 terluka, dan liga Mesir ditangguhkan selama dua tahun.

 

2022

Indonesia. Sebanyak 125 penonton sepak bola tewas di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, seusai laga pekan ke-11 BRI Liga 1 antara Arema FC dan Persebaya Surabaya. Keributan dipicu kekalahan tuan rumah dengan skor 2-3. Polisi melepaskan gas air mata untuk membubarkan massa yang merangsek ke lapangan. Gas air mata juga dilepaskan ke arah tribun stadion dan memicu kepanikan saat penonton berdesakan mencari pintu keluar.

Referensi

Arsip Kompas
  • 42 Orang Meninggal Karena Sepak bola KOMPAS, 20 September 1967
  • Olahraga: 51 Orang Tewas dan Ratusan Lainnja Terindjak-indjak Dalam Kerusuhan Sepakbola. KOMPAS, 25 Juni 1968.
  • Tragedi Di Stadion Sepakbola Glasgow: 66 Tewas. KOMPAS, 05 Januari 1971.
  • Korban-korban berjatuhan di stadion sepak bola. KOMPAS, 19 Februari 1974.
  • Seratus Pecandu Bola Tewas. KOMPAS, 13 Maret 1988.
  • Sepak Bola di Afsel Rusuh, 40 Tewas. KOMPAS, 15 Januari 1991.
  • Sepak Bola Perancis. KOMPAS, 31 Mei 1992.
  • 20 Tewas dalam Pesta Kemenangan Kolombia. KOMPAS, 08 September 1993.
  • Tragedi Sepak Bola di Guatemala: 80 Penonton Tewas *Tragedi di Lapangan Hijau. KOMPAS, 18 Oktober 1996.
  • 13 Orang Tewas dalam Bentrokan Penonton Sepak Bola di Harare. KOMPAS, 11 Juli 2000.
  • 43 Suporter Sepak Bola Tewas di Johannesburg. KOMPAS, 14 April 2001.
  • Ratusan Penonton Sepak Bola Tewas di Ghana. KOMPAS, 11 May 2001.
  • Sepak Bola Mesir Semakin Suram. KOMPAS SIANG(Digital), 17 Juli 2013.
  • Tragedi * Tragedi Kanjuruhan. KOMPAS, 03 Oktober 2022.

Penulis
Rendra Sanjaya

Editor
Susanti Agustina Simanjuntak