Foto | Musik Rock

Penyanyi Rock Legendaris Indonesia

Perkembangan musik rock Indonesia dimulai sekitar awal 1970-an dengan muculnya penyanyi-penyanyi berbakat, bahkan beberapa di antaranya menjadi legenda musik tanah air.

Achmad Albar

KOMPAS/Raditya Helabumi

Ahmad Albar saat menunggu giliran latihan di sebuah studio musik di kawasan Gandaria, Jakarta Selatan, Mei 2010.

KOMPAS/Jimmy S Harianto

Achmad Albar “God Bless”. Foto Juni 1976 

Achmad Albar ialah penyanyi rock legendaris yang masih eksis sampai saat ini. Lagu–lagunya, seperti Panggung Sandiwara, Semut-semut Hitam dan Rumah Kita masih enak didengar dan banyak yang menggemarinya.

Meskipun tarikan nafasnya dalam bernyanyi mulai terbatas dan atraksi panggungnya tidak selincah dahulu, namun gaya sebagai penyanyi rock masih kental pada dirinya. Ia lahir di Surabaya, 16 Juli 1946 dari keluarga pemusik. Ayahnya ialah seorang musisi gambus terkenal.

Baginya, musik rock adalah hidupnya. Sejak kecil ia telah bermain musik dan bergabung dalam band bocah, Bintang Remaja dan kemudian Kwarta Nada. Ketika mulai dewasa pada tahun 1965 penyanyi kribo itu pergi ke negeri Belanda untuk sekolah musik. Hanya satu tahun bertahan, kemudian ia keluar dan membentuk grup musik Take Five bersama anak-anak Indonesia dan Belanda. Dua tahun kemudian bubar, dan kemudian membentuk grup Clover Leaf bersama Ludwig Lesmana. Lewat lagu ciptaanya Don’t Spoil My Day bersama grup ini berhasil menembus Eropa, Amerika Serikat, Brasil dan Jepang.

Akhir tahun 1972, ia pulang ke Indonesia. Berbekal pengalamannya ia mendirikan God Bless. Tahun 1977 Achmad Albar pernah membentuk grup Duo Kribo bersama Ucok Harahap vokalis band AKA yang juga berambut kribo. Ia juga membawa grup Gong 2000 sukses besar selama 1991–2000. Kini meski sudah berusia 75 tahun, Achmad Albar merupakan penyanyi yang masih disegani di dunia musik rock Indonesia.

Selama karier bermusiknya. Achmad Albar menghasilkan lebih dari 40 album musik.

Baca juga: Rock, Kebingungan Budaya, dan Kompor Meleduk

KOMPAS/JB Suratno

Penampilan Achmad Albar bersama God Bless di Teater Terbuka Taman Ismail Marzuki, Sabtu Malam 24 Mei 1975.

Bangun Sugito (Gito Rollies)

KOMPAS/Yuniadhi Agung

Gito Rollies saat tampil pada acara reuni The Rollies di Jakarta, 12 Oktober 2002

KOMPAS/Kartono Ryadi

Penyanyi Gito Rollies saat diwawancara Kompas, Juni 1987.

Bangun Sugito atau Gito Rollies ialah vokalis utama band cadas asal Bandung The Rollies. Penyanyi kribo pemilik suara serak-serak basah ini memiliki pembawaan yang garang, tidak hanya dipanggung tetapi juga di luar panggung. Ia bergabung dengan grup Rollies tahun 1967 dan grup ini mulai dikenal luas mulai awal 1970-an.

Gito dan anggota Rollies lainnya menjadi sasaran para grupies dan penggermar wanita fanatik. Mereka membawakan lagu-lagu Chicago, Blood Sweat & Tears atau lagu James Brown dan yang sejenisnya. Bersamaan dengan hingar-bingar musik panggung, mereka sering main di berbagai kota, bahkan rekaman di Singapura.

Lahir di Biak 1 November 1946, Gito yang eksentrik  ini banyak menghabiskan masa mudanya di jalanan Kota Bandung dan pernah mengenyam kuliah selama dua tahun di jurusan Seni Rupa ITB. Sebagai penyanyi rock yang naik daun kala itu, Gito Rollies terjebak dalam penggunaan narkoba dan baru behenti pada akhir tahun 1997. Setelah itu ia banyak mendalami agama bahkan memuat album religi, Kembali Pada-Mu. Pelantun tembang Tragedi Buah Apel ini meninggal dunia pada tahun 1998 setelah menderita kanker getah bening selama tiga tahun.

Selama berkarier di dunia musik bersama The Rollies, ia merilis 18 album sedangkan saat menjadi penyanyi solo, ia setidaknya menghasilkan 15 album musik.

KOMPAS/Hadi Tjahjaindra

Gito Rollies saat tampil bersama The Rollies di Istora Senayan, Jakarta pada 22 Juli 1972.

Ucok Harahap

KOMPAS/Putu Fajar Arcana

Ucok Harahap bergambar bersama potret masa kecilnya yang sangat mirip bule. Ia memang berdarah campuran Batak-Perancis. Foto Oktober 2009.

KOMPAS/Zenal Effendy 

Ucok Harahap tahun 1983.

Ucok Harahap ialah penyanyi rock fenomenal tahun 1970-an. Lahir di Surabaya, 25 Mei 1943, pria bernama lengkap Andalas Datoe Oloan Harahap ini merupakan salah satu vokalis dan pemain keyboards dari grup musik AKA. Grup ini didirikan bersama Peter Waas, Sonata Tanjung dan Syech Abidin tahun 1967 di Surabaya. AKA mendapat dukungan dari orang tua Ucok yang juga suka musik, sampai usaha keluarga berupa apotek bernama Apotek Kaliasin menjadi sponsor utama grup tersebut. Bahkan, ayah Ucok menyingkat nama Apotek Kaliasin menjadi Apotek AKA.

Pada awal beridirinya, lagu AKA yang berjudul Crazy Joe menjadi hit di Australia. Di dalam negeri lagu Badai Bulan Desember yang populer tahun 1974, menjadi seperti lagu wajib anak muda ketika berangkat mandi.

Di atas panggung, Ucok bersama AKA biasa membawakan lagu Jimi Hendrix, James Brown hingga Black Sabbath. Penampilannya sering dibarengi dengan aksi-aksi teatrikal dengan tema, seks, horor dan sadisme. Misalnya, ketika konser di Gelora Manahan, Solo pada awal tahun 1970. Saat mereka membawakan lagu Iron Man dari Black Sabbath, Ucok yang eksentrik itu melepas baju, sepatu dan celana panjang. Yang masih menempel ditubuhnya hanya celana dalam warna merah. Setelah konser tersebut, grup ini diskors, dilarang manggung di Solo lagi.

Kesibukannya dengan proyek pribadinya membuat Grup AKA bubar tahun 1974. Tiga tahun kemudian, Ucok yang juga merupakan pengisi ilustrasi musik film dan penulis skenario, berduet dengan Achmad Albar membentuk Duo Kribo. Duo Kribo kemudian menjadi acuan musisi beraliran keras pada waktu itu. Salah satu lagunya yang meledak di pasaran adalah Neraka Jahanam.

Ucok yang masih tetap bergaya rocker pada masa tuanya meninggal di Surabaya pada tanggal 3 Desember 2009 pada usia 66 tahun, setelah menderita kanker paru. Rocker yang mewarnai musik rock Indonesia ini pernah menikah sembilan kali, meninggalkan 8 anak dan 14 cucu.

Selama karier bermusiknya, paling tidak Ucok Harahap menghasilkan 10 album musik.

Baca juga: Menghadirkan Queen Rasa Simfoni

KOMPAS/Anwar Hudijono

Atraksi teatrikal penyanyi Ucok Harahap pada sebuah pagelaran musik rock di Stadion Notonegoro Jember, Jawa Timur, (9/4/1988).

KOMPAS/Anwar Hudijono

Ucok Harahap bersama bandnya Ucok and His Gang tampil pada pagelaran musik rock di Stadion Notonegoro Jember, (9 /4/1988).

Sylvia Saartje

KOMPAS/Soelastri Soekirno

Penyanyi Sylvia Saartje di Jakarta,(5/10/2018).

KOMPAS/Don Sabdono

Sylvia Saartje tahun 1983.

Sylvia Saartje ialah penyanyi rock perempuan asal Malang, Jawa Timur. Majalah musik Aktuil terbitan tahun 1970-an menyebutnya sebagai lady rocker pertama Indonesia. Pada awal kariernya Sylvia yang biasa tampil dengan model rambut urakan di atas panggung kerap membawakan lagu Led Zeplin dan Pink Floyd.

Lahir di Arnheim, Belanda pada 15 September 1956, perempuan dengan panggilan akrab Jipi ini sudah terbiasa dengan lagu-lagu berirama cadas sejak kecil, dan resmi menyanyi sejak duduk di bangku SMP. Band yang mengiringinya waktu itu adalah Tornado. Sekitar tahun 1978-an pernah sukses dalam dunia rekaman. Lagu Biarawati yang diciptakan Ian Antono berhasil mengangkatnya sebagai penyanyi rock terpopuler saat itu.

Pada 15 September 2018 pada usia 62 tahun, ia mengadakan konser emas, penanda 50 tahun menjadi penyanyi rock. Konser itu terselenggara setelah ia menang kompetisi berhadiah dan hibah untuk konser yang diadakan Cipta Media Ekspresi dan Ford Foundation. Sylvia berhasil menyisihkan 1.168 perserta lain yang memperebutkan dana tersebut. Dalam konser itu, ia menyanyikan 10 lagu ciptaannya sendiri dan dua lagu hits-nya.

Dalam berkarier di dunia musik Syvia Saartje tidak kurang menghasilkan 10 album musik.

Baca juga: “Rock n Roll”

 

KOMPAS/Don Sabdono

Sylvia Saartje, salah satu penyanyi yang muncul dalam All Indonesian Rock Stars 83 di Balai Sidang Senayan, Jakarta (8/10/ 1983).

Referensi

“Ahmad Albar: Hidup Saya untuk Musik”. Kompas, 24 Mei 1975.

“Ucok Harahap. Nama dan Peristiwa”. Kompas, 21 September 1980. 

“Ucok Harahap. Nama dan Peristiwa”. Kompas, 21 November 1982. 

“Gito Rollies: Kaya Oke, Mapan Tidak”. Kompas, 14 Juni 1987 

“Achmad Albar: Kemenangan Pertama Sepanjang Sejarah”. Kompas, 1 September 1991. 

“Gito Rollies: Semua Demi Keluarga”. Kompas, 4 FebruarI 1997. 

“Ucok Harahap. Nama dan Peristiwa”. Kompas, 20 Oktober 1996. 

“Ingin Kaya Sebagai Penyanyi Rock”. Kompas, 29 Maret 1987. 

“Ucok AKA Memang Pernah Gila”. Kompas, 28 Oktober 2001. 

“Ucok Harahap. Si Badai Bulan Desember Berpulang”. Kompas, 4 Desember 2009. 

“AKA dan Peti Mati Ucok”. Kompas, 6 Desember 2009. 

“Sylvia Saartje. Puasa Senin-Kamis”. Kompas, 13 Oktober 2018. 

 Foto lain dapat diakses melalui http://www.kompasdata.id/Klik foto untuk melihat sumber.