Foto

Sejarah Panjang Pasar Tanah Abang

Pasar Tanah Abang sudah ada sejak lama. Bila dirunut kebelakang keberadaanya sudah ada dari abad ke-17. Peremajaan tahun 1973 mengubah wajah pusat perdagangan ini menjadi pasar modern, bertingkat, dan terbagi menjadi beberapa blok.

KOMPAS/Kartono Ryadi

Kepadatan di sekitar Pasar Tanah Abang lama tahun 1973 saat sebelum diremajakan.

KOMPAS/Moch S Hendrowijono

Suasana Pasar Tanah Abang setelah diremajakan dan diresmikan pemakaiannya pada 21 Agustus 1975.

Pasar Tanah Abang merupakan salah satu pusat perdagangan terbesar di Indonesia bahkan Asia Tenggara, khususnya untuk barang jenis pakaian jadi dan tekstil. Menurut PD Pasar Jaya rata-rata perputaran uang di pusat grosir tersebut sebelum pandemi mencapai Rp200 milyar per hari. Ini di luar hari-hari menjelang Ramadhan dan Lebaran, yang biasanya meningkat 20 hingga 30 persen. Begitu pentingnya pusat perekonomian ini maka tak heran hampir setiap presiden di republik ini selalu menyempatkan diri mengunjungi pasar tersebut.

Pasar Tanah Abang yang terletak di Jakarta Pusat ini memiliki sejarah panjang. Lokasi jual beli ini sudah ada ketika pasukan Mataram datang ke Batavia untuk menyerang VOC pada tahun 1628. Para pasukan itu melihat pasar di sekitar bukit yang  tanahnya berwarna merah. Karena itu mungkin disebut Pasar Tanah Abang. Merah dalam bahasa Jawa artinya “abang”. Pada waktu itu sudah berlangsung perdangangan seperti, kain, kambing dan sedikit sayur-mayur.

Seiring dengan perkembangan kota, pada tanggal 30 Agustus 1735, seorang saudagar Belanda yang bernama Julius Vinck, mendapat izin untuk membangun dua pasar. Pasar Tanah Abang dan pasar yang berlokasi di Weltevreden, yang sekarang kawasan segitiga Senen. Sesuai isi surat izin itu juga ia mengatur hari pasar. Hari pasar di Weltevreden adalah hari Senin (karena itu disebut Pasar Senen) sedangkan Pasar Tanah Abang hari Sabtu. Sejak 1751 hari pasar di Tanah Abang ditambah harinya dengan hari Rabu. Kala itu Pasar Tanah Abang hanya dibangun dari kayu, bambu dan beratap rumbia dan barang dagangan yang dijual di sana juga mulai beragam.

KOMPAS/Dedy Pristiwanto

Presiden Soeharto dan Gubernur DKI Tjokropranolo mengadakan kunjungan mendadak di Pasar Tanah Abang (30/7/1980). Mereka sempat berdialog dengan para pedagang di berbagai kios sampai pedagang kaki-lima di pelataran parkir pasar. Tampak pada gambar seorang pedagang kaki-lima menawarkan barang dagangannya pada Presiden dengan gaya khas pedagang kaki-lima: “Ini murah Pak, tekstilnya kualitet bagus.”

Pada tahun 1926, Gemeente atau Kotapraja Batavia melakukan peremajaan. Pasar Tanah Abang dibongkar dan diganti dengan bangunan baru semi permanen. Tiga buah los yang masing-masing memanjang 200 meter dibangun dari tembok dan papan. Atap yang awalnya dari rumbia diganti dengan genteng kualitas nomor satu. Di depan pasar dibuat parkir untuk delman dan gerobak kuda, lengkap dengan tempat minum kuda-kuda.

Renovasi besar-besaran yang mengubah wajah Pasar Tanah Abang baru dilakukan pada tahun 1973 di era Gubernur Ali Sadikin. Dibutuhkan waktu dua tahun untuk membangun pasar yang lebih modern dengan berbagai fasilitas yang memadai sesuai dengan kebutuhan zaman. Bangunannya terdiri dari empat Blok. Blok A hingga D. Masing-masing Blok terdiri dari tiga lantai kecuali Blok D yang hanya dua lantai. Tidak kurang dari Rp4,9 milyar dana yang dihabiskan untuk mengubah pasar tersebut. Pasar yang luas bangunannya sekitar 11.154 meter persegi dan luas pelataran 7.600 meter persegi tersebut diresmikan pemakaiannya pada 21 Agustus 1975.

Sejak itu Pasar Tanah Abang terus berkembang. Untuk mengantisipasi  bertambahnya jumlah pengunjung dan pedagang, Pemerintah Daerah DKI terus melakukan perluasan. Bloknya yang sebelumnya berjumlah empat kini menjadi tujuh blok dan dua blok, yakni Blok F dan G yang terhubung dengan jembatan penyeberanngan multiguna ke stasiun kereta api Tanah Abang.

KOMPAS/Kartono Ryadi

Pasar Tanah Abang yang dibangun tahun 1926, pertengahan Juni 1973  dibongkar. Salah satu bangunan tambahan nampak dalam gambar sudah rata dengan tanah. Rencananya di lokasi tersebut akan dibangun pasar bertingkat tiga.

KOMPAS/JB Suratno

Foto yang diambil pada Juli 1975 memperlihat para pekerja sedang menyelesaian pekerjaan akhir pembangunan Pasar Tanah Abang, yang rencananya akan diresmikan pada 21 Agustus 1975.

KOMPAS/Moch S Hendrowijono

Terminal bis dan oplet Tanah Abang ini akan diresmikan bersamaan dengan peresmian Pasar Tanah Abang tanggal 21 Agustus 1975 sedang dimanfaatkan oleh anak-anak untuk main sepak bola (13/8/1973).

IPPHOS 

Gubernur Ali Sadikin mengadakan peninjauan sesaat selesai meresmikan Pasar Tanah Abang Jakarta Kamis pagi tanggal. 21 Agustus 1975.

KOMPAS/Diah Marsidi

Bagian Pasar Tanah Abang yang menjual tekstil kiloan ditandai oleh adanya timbangan pada masing-masing kios. Panjang tekstil tiap kilogram tergantung pada berat bahan. Bahan yang tipis dan ringan bisa mencapai sembilan meter tiap kilogramnya. Foto April 1974.

KOMPAS/Kartono Ryadi

Toko Sederhana, kios milik Haji Asnawi di Pasar Tanah Abang tahun 1978. Toko ini menjual jeans hasil jahitan usaha konveksi Haji Asnawi sendiri. Harganya murah, satu celana Rp 2700. Supaya laku, jeans ini diberi merk “Singapore”.

KOMPAS/Don Sabdono

Suasana sekitar Pasar Tanah Abang pada pertengahan Juni 1982. Pedagang-pedagang kaki lima berjejal di jalan, berebut tempat dengan kendaraan.

KOMPAS/Dudy Sudibyo

Pedagang kambing di Tanah Abang menawarkan dagangannya kepada pembeli menjelang Idul Adha tahun 1977. Keberadaan para pedagang kambing di sana sudah ada sejak awal adanya perdagangan Pasar Tanah Abang.
Referensi

“Pasar Tanah Abang yang Segera Diresmikan”. Kompas, 20 Agustus 1975. 

 “Masalah Perpasaran di Ibukota Kritis”. Kompas, 22 Agustus 1975.

 “Dulu, Ada Gang Madat di Tanahabang”. Kompas, 9 November 1997.

 “Ceritanya, Dari Dulu Tempat Jualan Kambing”. Kompas, 29 Juli 2000.

 “Pasar Tanah Abang, Sejarah Panjang Pusat Perdagangan”. Kompas, 24 Februari 2003.

“Perdagangan: Siapa yang Tidak Tertarik Bisnis di Sana”. Kompas, 26 Oktober 2016. 

Foto lainnya dapat diakses melalui http://www.kompasdata.id/
Klik foto untuk melihat sumber.