Berawal dari usulan negara Kanada pada Konferensi Tingkat Tinggi tentang Bumi, tahun 1992. Tujuannya adalah untuk mengingatkan kita semua tentang peran penting laut bagi kehidupan, menjaganya dari kerusakan dan mengelolanya secara berkelanjutan. Sejak Tahun 2002 segala promosi dan koordinasi sudah dilakukan termasuk pembuatan website guna mendukung berbagai kegiatan perayaan di banyak negara. Setelah berjalan beberapa tahun akhirnya pada Desember 2008, PBB mengakui secara resmi, 8 Juni sebagai Hari Laut Sedunia (World Oceans Day).
Menurut laman PBB terkait Hari Laut Sedunia bahwa Lautan mencakup 70 persen dari planet bumi dan menjadi sumber kehidupan dan pendukung organisme lainnya di bumi. Lautan menghasilkan paling tidak 50 persen oksigen di bumi, rumah bagi kenekaragaman hayati dan sumber protein lebih dari semilyar penduduk bumi serta diperkirakan 40 juta orang bekerja di sektor industri kelautan pada tahun 2030.
Indonesia sendiri merupakan negeri bahari, dengan luas laut 5,80 juta kilometer persegi, dengan garis pantai sepanjang 99.093 kilometer persegi dan daratan 2,012 juta kilometer persegi. Jutaan masyarakat khususnya yang tinggal di daerah pesisir mengandalkan hidupnya dari hasil laut, baik menjadi nelayan maupun lainnya. Maka sudah sepatutnya kita peduli untuk menjaga laut dari eksploitasi yang berlebihan dan pencemaran agar laut yang menjadi sumber kehidupan tetap lestari.
KOMPAS/Lucky Pransiska
Menombak Ikan Juru tikam (lamafa) bersiap untuk menikam ikan dengan tombak di Laut Sawu, Lamalera, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (4/5/2009). Masyarakat Lamalera secara tradisional menangkap ikan, antara lain ikan pari, marlin, dan tuna, menggunakan tombak untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
KOMPAS/Eddy Hasby
Nelayan di Pantai Palu, Sulawesi Tengah tahun 1998
KOMPAS/Nadjmuddin Oemar
Nelayan tradisional di pantai Ujong Blang, Lhokseumawe.Mereka sedang “tarek pukat” menjaring ikan bersama-sama. Mata pencaharian ini belum tersentuh modernisasi. Foto Juli 1991
KOMPAS/Mohamad Final Daeng
Bisna (24), salah satu warga Bajo di Pulau Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, membawa ikan hasil tangkapan keluarganya dengan sampan untuk dijual ke pengepul, Minggu (25/3/2012).
KOMPAS/Agus Mulyadi
Hampir semua laki-laki warga Pulau Untung Jawa di Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, mencari sumber nafkah hidup mereka dengan menjadi nelayan. Seorang nelayan warga Untung Jawa yang telah berusia lanjut ini hari Sabtu (18/5/2002) siang terlihat tengah membuat bubu sebagai alat penangkap ikan di laut.
KOMPAS/Irma Tambunan
Masyarakat suku Duanu masih memanfaatkan peralatan sederhana untuk menangkap hasil laut. Ini menggambarkan kehidupan mereka yang sederhana. Seorang warga menebar jaring di Kampung Laut, Kecamatan Kuala Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi, Senin (14/4/2008).
KOMPAS/Hendra A Setyawan
Nelayan bergotong royong menambatkan perahu yang rusak ke tepi Pantai Malabro, Desa Pasar Petai, Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu, Kamis (29/4/2010). Para nelayan tradisional di kawasan ini mengeluhkan penurunan tangkapan ikan akibat penggunaan pukat harimau yang berlebihan oleh nelayan bermodal besar.
KOMPAS/Bahana Patria Gupta
Anak nelayan bersiap memasang perangkap kepiting di Pantai Kenjeran, Surabaya (15/2/2016). Mencari kepiting sudah menjadi keseharian anak-anak nelayan setempat pada sore hari. Kepiting yang didapat untuk dikonsumsi sendiri.
KOMPAS/Heru Sri Kumoro
Perempuan di sekitar Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang, mencari kayu yang terbawa arus ke pinggir laut (31/1/2007). Kayu yang dipulung dari tepian laut ini umumnya digunakan sebagai kayu bakar untuk kebutuhan memasak.