Foto

Mengenal Bahaya Penyakit Rabies

Pemerintah Indonesia optimistis mencapai target bebas rabies tahun 2030, dengan kesadaran bersama dan vaksinasi yang tuntas untuk mengeliminasi penyakit rabies. Hal ini dilakukan agar tidak berdampak pada kesehatan manusia dan mengganggu perkembangan sektor pariwisata

KOMPAS/LUCKY PRANSISKA

Petugas Dinas Pertanian dan Peternakan DKI Jakarta menyuntikkan vaksin rabies pada anjing peliharaan warga Pejambon, Jakarta, Rabu (10/3/2010). Penyuntikan vaksin rabies dilakukan rutin enam bulan sekali untuk menekan penyebaran rabies di Jakarta.

Rabies sudah sejak lama dikenal di Indonesia. Pertama kali ditemukan penyakit anjing gila atau rabies pada 1889 berdasarkan laporan Esser dan Penning. Virus ini diketemukan pada kerbau dan anjing. Penyakit ini dapat ditularkan kepada manusia melalui gigitan binatang yang positif rabies. Misalnya, jika terkena gigitan anjing gila, dianjurkan segera ke dokter dan membawa serta anjing yang menggigit untuk dilakukan pemeriksaan. Hal ini karena tidak setiap anjing yang menggigit adalah anjing gila pembawa virus rabies.

Adapun ciri-ciri anjing yang positif rabies, yaitu anjing itu akan memperlihatkan perubahan perilaku, seperti agresif, menggigit sembarang benda-benda sekitarnya, air liur keluar secara berlebihan, dan suka bersembunyi di tempat gelap.

Gejala yang ditimbulkan akibat gigitan anjing gila dimulai dengan rasa kesemutan pada bagian yang digigit anjing, badan menjadi lesu, demam, tidak dapat tidur, kejang, air ludah mengalir terus dari mulut, terjadi kelumpuhan, dan yang paling fatal bisa menyebabkan kematian karena jantung berhenti berdenyut. Virus ditularkan lewat air liur yang masuk ke luka akibat gigitan anjing gila. Masa inkubasi biasanya 2–3 bulan, tapi bisa bervariasi, 1 minggu hingga 1 tahun, tergantung lokasi masuknya dan jumlah virus.

Untuk mencegah terinfeksi penyakit rabies perlu diberikan vaksin anti-rabies. Jika tergigit, segera mungkin mencuci bekas gigitan itu dengan sabun di sumber air yang mengalir selama 15 menit. Jika diperlukan, diberikan antiseptik pada lukanya. Kemudian melakukan pemberian serum rabies dan vaksin anti-rabies paling lambat 14 hari setelah digigit hewan pembawa virus rabies. Serta sesegera mungkin diperiksakan ke fasilitas kesehatan terdekat.

Untuk mengatasi dan mencegah penularan penyakit rabies salah satu caranya adalah dengan melakukan vaksinasi. Namun, terdapat beberapa kendala untuk melakukan vaksinasi sendiri, di antaranya, kesulitan menangkap anjing yang menjadi target vaksinasi. Data mencatat 98 persen kasus penyakit rabies di Indonesia ditularkan oleh anjing, sementara dua persen lainnya ditularkan oleh kera dan kucing. Kendala lainnya, tingkat populasi anjing yang dinamis, masih tingginya lalu lintas hewan antarprovinsi atau antarnegara, konsumsi daging anjing, serta ketiadaan data yang pasti populasi anjing ataupun hewan lainnya yang mampu menjadi pembawa virus rabies.

Vaksin yang digunakan adalah Neo Rabivet vaksin antirabies (VAR), merupakan produk vaksin buatan Pusat Veteriner Farma (Pusvetma). VAR buatan dalam negeri jadi bagian pencegahan yang sudah melalui riset, uji laboratorium, dan uji lapang. Kehadirannya membantu meningkatkan cakupan vaksinasi di daerah endemik.

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, kasus gigitan hewan penular rabies turun beberapa tahun terakhir. Jumlah kasus gigitan pada tahun 2019 mencapai 100.826 kasus, lalu turun menjadi 82.634 kasus pada 2020. Hingga Oktober 2021 ada 42.450 kasus gigitan hewan penular rabies. Adapun cakupan vaksinasi antirabies ikut turun, yakni 67.625 vaksinasi (2019), 56.797 vaksinasi (2020), dan 30.776 vaksinasi (Oktober 2021). Jumlah kematian akibat rabies 105 kasus (2019), 40 kasus (2020), dan 40 kasus (Oktober 2021). Sementara itu, Kementerian Kesehatan mencatat ada 100–156 kematian per tahun akibat rabies. Pada 2017 hingga Oktober 2021 ada 381.281 kasus gigitan dan 407 kematian akibat rabies.

Pada 2020, Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Didik Budijanto menuturkan, ada delapan provinsi yang bebas rabies. Provinsi tersebut meliputi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Papua, dan Papua Barat. Selain itu, ada daerah yang juga bebas rabies, yakni Pulau Weh (Aceh), Pulau Meranti (Riau), Pulau Sebatik (Kalimantan Utara), dan Pulau Makalehi (Sulawesi Utara).

Pemerintah Indonesia optimistis mencapai target bebas rabies tahun 2030, dengan kesadaran bersama dan vaksinasi yang tuntas untuk mengeliminasi penyakit rabies. Hal ini dilakukan agar tidak berdampak pada kesehatan manusia dan mengganggu perkembangan sektor pariwisata.

Beberapa peristiwa Mengenal Bahaya Penyakit Rabies yang terangkum dalam foto-foto di Arsip Kompas.

KOMPAS/SAMUEL OKTORA

Dua ekor anjing berkeliaran bebas, di ruas Jalan Eltari, Kabupaten Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (24/9/08). Populasi anjing di kawasan Flores-Lembata cukup besar, dan hewan ini pula yang berpotensi tinggi sebagai penular rabies atau penyakit anjing gila. Itu sebabnya diwajibkan bagi setiap pemilik memvaksin anjing miliknya agar memiliki kekebalan terhadap virus rabies. Pasalnya, kawasan Flores-Lembata merupakan daerah endemis rabies. Sejak rabies masuk tahun 1997 hingga saat ini kawasan Flores-Lembata belum bisa bebas rabies.

KOMPAS/PRIYOMBODO

Petugas satuan polisi pamong praja mengamankan anak anjing dan kucing dari pedagang di Jalan Latuharhari, Jakarta Pusat, Kamis (9/4/2015). Razia oleh Suku Dinas Kelautan, Pertanian, dan Ketahanan Pangan Jakarta Pusat terhadap anjing dan kucing yang diperdagangkan itu bertujuan mencegah penularan penyakit rabies.

KOMPAS/BENNY DWI KOESTANTO

Sejumlah anggota Yayasan Yudisthira Swarga, yang mengurusi anjing liar di Bali,menangkap anjing liar di Desa Ungasan, Badung, Bali,Kamis (27/11/2008).Hal tersebut sebagai respons dugaan merebaknya penyakit rabies di wilayah itu. Anjing-anjing itu selanjutnya diambil cairan otaknya untuk diteliti benar tidaknya mereka terjangkit rabies.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Petugas memberikan vaksin rabies gratis saat peringatan Hari Rabies 2021 yang dihadiri Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo di Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) Jawa Timur, Surabaya, Jumat (8/10/2021). Pada kesempatan yang sama, Mentan Syahrul meluncurkan dua vaksin dan satu serum hasil penelitian Pusvetma. Mulai vaksin untuk rabies, vaksin flu burung hingga serum flu babi. Kagiatan juga dilakukan vaksinasi rabies gratis untuk 400 hewan.

KOMPAS/SAMUEL OKTORA

Kepala Puskesmas Beru di Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, Santy Flora D Delang memperlihatkan habisnya stok vaksin antirabies (VAR) dalam kotak pendingin (freezer), Rabu (5/9/2018). Karena itu, warga Sikka yang digigit anjing dan mengalami luka berisiko tinggi terkena rabies belum bisa disuntik VAR. Pihak Dinas Kesehatan Sikka sudah mengajukan permintaan bantuan VAR kepada Kementerian Kesehatan melalui Dinas Kesehatan NTT.

KOMPAS/SAMUEL OKTORA

Petugas kesehatan (kiri) menyuntikkan vaksin antirabies kepada anak yang digigit anjing di Puskesmas Beru, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, Selasa (4/9/2018). Sikka kini dalam keadaan darurat rabies seiring banyaknya warga yang digigit anjing dalam kurun Januari-Juli 2018 dan seorang meninggal akibat rabies pada 1 September 2018.

KOMPAS/SAMUEL OKTORA

Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Rita Kusriastuti (kanan) sedang menyuntikkan vaksin anti rabies pada Maria Evy Sengsara (26), vaksinator Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Sikka, Selasa (9/10/2012), di Sikka, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Hal itu dilakukan di sela kegiatan Pencanangan Flores-Lembata Bebas Rabies 2017. Pencanangan tersebut digelar dalam acara puncak peringatan Hari Rabies Sedunia (HRS). Di Indonesia, peringatan HRS telah digelar empat kali, sebelumnya tahun 2009-2011 digelar di Bali, dan kali ini di NTT dengan tema “Tokoh Agama Peduli Rabies”.

KOMPAS/IRWAN JULIANTO

Kabupaten Karawang Jawa Barat sejak 5 Oktober tahun 1982 sudah menyatakan diri sebagai daerah tertutup untuk anjing, kucing dan kera. Perang terhadap bahaya penyakit rabies (gila anjing) ini .

KOMPAS/ADITYA DIVERANTA

Penjelasan tentang penularan rabies dalam webinar Vaksin Rabies Oral: Inovasi dalam Pemberantasan Rabies, Sabtu (3/10/2020), di Jakarta.

Referensi
  • Penyakit Menular: Saatnya Genjot Lagi Vaksinasi Rabies, KOMPAS, 22-11-2021, hal 8.
  • Penyakit Bersumber Binatang: Vaksin Dalam Negeri untuk Cegah Rabies, KOMPAS, 09-10-2021, hal 5.
  • Rabies Masih Mengancam, KOMPAS, 05-10-2020, hal D.
  • 26 Provinsi Endimis Rabies, KOMPAS, 26-09-2020, 8.

Foto lainnya dapat diakses melalui https://www.kompasdata.id/
Klik foto untuk melihat sumber.