Kronologi | Pasukan Khusus

Kopassus: Jalan Berliku Korps Baret Merah

Sebagai pasukan elite TNI Angkatan Darat, Komando Pasukan Khusus ibarat angin yang bisa dirasakan sejuk dan panasnya, tetapi tak diketahui bentuknya. Sifatnya yang samar ini membuat masyarakat hanya mengetahui sedikit prestasi dari ”Korps Baret Merah” itu.

 

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Para prajurit Paskhas TNI AU berbaris dalam sebuah defile kehormatan (09/04/2006). Prajurit Khas TNI AU yang telah berusia 69 tahun memiliki kualifikasi tempur, SAR dan operasional bandara. Mereka dilatih untuk merebut atau pun mempertahankan bandar udara.

Korps Baret Merah mencatatkan sejarah panjang di balik pembentukannya pada tahun 1950-an. Korps Baret merah terinspirasi dari ketangguhan pasukan kecil dari mantan anggota komando KNIL yang tergabung dalam pasukan khusus Belanda Korps Speciale Troepen (KST). Dua perwira Indonesia, yakni Slamet Riyadi dan Alex Kawilarang, yang menyaksikan kehebatan tempur mereka, berencana membuat pasukan serupa.

Belum sempat terwujud, Slamet gugur dalam misi perebutan pertahanan terakhir RMS di Benteng Niew Victoria, Ambon. Gagasan itu baru dapat diwujudkan oleh Kawilarang yang saat itu menjabat Panglima Tentara dan Teritorium (TT) III/ Siliwangi pada tahun 1952. Ia dibantu Mayor RB Visser alias Mochamad Idjon Djanbi, mantan anggota Korps Speciale Troepen (KST), pasukan khusus tentara Kerajaan Belanda.

Dalam perjalanannya, Korps Baret Merah, yang sempat beberapa kali berganti nama, berhasil menorehkan sejumlah prestasi, terutama dalam aksi-aksi penumpasan gerakan pemberontak di berbagai kawasan di Indonesia. Sebut saja operasi penumpasan DI/TII di Jawa Barat, PRRI di Sumatera, operasi pembebasan dan perebutan sejumlah kota seperti Pekanbaru, Tapanuli, dan Padang.

Tidak hanya itu, dalam beberapa operasi pembebasan sandera, Kopassus juga mampu mencatat prestasi yang membanggakan. Salah satu operasi Kopassus yang terbilang fenomenal adalah operasi pembebasan sandera pembajakan pesawat DC-9 Garuda “Woyla”, yang terjadi di Bandara Don Muang, Thailand, tahun 1981. Selain itu, juga operasi pembebasan sandera Organisasi Papua Merdeka di Mapenduma, Papua.

Di bidang lain, Kopassus juga turut menorehkan prestasi membanggakan saat Tim Nasional Indonesia ke Puncak Everest berhasil mengibarkan Merah Putih di Puncak Everest (8.848 meter) akhir April 1997. Dengan begitu, Indonesia tercatat sebagai negara Asia Tenggara pertama yang berhasil mencapai Puncak Everest

Setelah beberapa kali mengalami regrouping, kini Kopassus yang memiliki sekitar 5.000 personel, terbagi dalam tiga grup, yakni Grup 1/Para Komando di Serang (Jawa Barat), Grup 2/Para Komando di Kartasura (Jawa Tengah), Grup 3/ Sandi Yudha di Cijantung (Jakarta).


16 April 1952
Pangdam Siliwangi, Kolonel Alex Kawilarang membentuk Kesatuan Komando Tentara Teritorium III/Siliwangi (Kesko TT), berkekuatan satu kompi. Mantan Korps Speciale Troepen (KST) bernama Visser yang membelot ke Indonesia dan berganti nama menjadi Mohammad Idjon Djambi menjadi komandan pertamanya.

1 Juli 1952
Pendidikan komando angkatan pertama dibuka di Batujajar, diikuti 400 siswa. Komandan pertama sekaligus sebagai instruktur utama pasukan tersebut dipercayakan kepada Mayor Idjon. Sebanyak 242 siswa yang mengikuti pelatihan, lulus dan mendapat emblem berbentuk segitiga hijau bergambarkan sangkur berdiri, bertuliskan Komando pada 9 Desember 1952.

18 Maret 1953
Status teritorial Kesko dialihtugaskan dari Panglima III/Siliwangi kepada Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD). Nama Kesko TT III berubah menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD).

25 Juli 1955
Satuan KKAD dikembangkan menjadi resimen sehingga namanya pun diubah menjadi Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) dan pusat pelatihan di Batujajar diresmikan sebagai Sekolah Pasukan Komando Angkatan Darat (SPKAD). Pada tahap awal, RPKAD memiliki tiga kompi, masing-masing berkekuatan sekitar 300 anggota. Dan setiap kompi dibagi atas tiga pleton.

1957
RPKAD menjalankan operasi penumpasan pemberontakan PRRI/Permesta di Sulawesi dan Sumatera. Operasi “Tegas” menjadi sandinya.

Sejumlah anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) memperlihatkan keterampilan wushu dengan mempermainkan pedang dalam geladi bersih HUT Ke-54 Kopassus di Markas Komando Kopassus Cijantung, Jakarta (16/4/2006). HUT Kopassus hari ini akan diikuti sekitar 1.000 prajurit Kopassus dan diwarnai atraksi bela diri, terjun payung, dan kemampuan penembak runduk
melumpuhkan teroris.[FOTO: KOMPAS/AGUS SUSANTO]
26 Oktober 1959
Nama RPKAD diubah menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Pangkalan RPKAD dipindahkan ke Cijantung dan SPKAD tetap di Batujajar.

1962
RPKAD diterjunkan di Kalimantan untuk melawan gerilya Malaysia, Inggris, dan Gurkha.

1965
Di bawah komando Kolonel Inf. Sarwo Edhi Wibowo, RPKAD berperan besar menumpas gerakan 30 September.

12 Desember 1966
RPKAD ditingkatkan menjadi Pusat Pasukan Khusus AD (Puspassus AD). Meski namanya telah berubah, masyarakat tetap mengenalnya sebagai RPKAD.

17 Februari 1971
Puspassus AD berubah nama menjadi Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopasandha) dan pusat pelatihan Batujajar berubah menjadi Pusat Sandi Yudha dan Lintas Udara. Pasukan ini pun dipecah menjadi dua, yakni Pasukan Para Komando dan Pasukan Sandi Yudha.

7 Desember 1974
Dengan bantuan Amerika Serikat yang mengkhawatirkan komunisme. Operasi Seroja secara resmi menurunkan pasukan Indonesia di Timor Timur.

Februari 1975
Operasi Flamboyan di Timor Timur dimulai, sebuah keterlibatan yang sangat panjang dan kontroversial untuk Indonesia, khususnya Kopassandha.

BEKAS PELURU — Lubang-lubang yang tampak pada dinding pemisah adalah bekas peluru pasukan khusus anti teroris yang mereka tebarkan sebelum menyerbu ke dalam pesawat. Seorang pembajak diperkirakan berada di sekitar daerah dan ternyata dugaan ini benar, karena seorang pembajak kemudian jatuh keluar dari ruang depan ini.  [FOTO: KOMPAS/DUDY SUDIBYO]
31 Maret 1981
Pasukan Kopassandha berhasil menggagalkan pembajakan pesawat DC-9 Garuda “Woyla” di Bandara Dong Muang, Thailand, dalam waktu kurang dari lima menit. Operasi pembebasan sandera ini dianggap berhasil, lima pembajak tewas, seorang anggota gugur, dan pilot pesawat terluka. Sedangkan penumpangnya, seluruhnya selamat.

Personil Sat 81 Kopassus melakukan penyerbuan untuk membebaskan sandera dalam latihan penanggulangan terorisme Satuan Gultor TNI di Hotel sultan, Senayan, Jakarta(1/8/2018). Latihan yang diikuti personil Sat-81 Kopassus TNI AD, Denjaka TNI AL, Sat Bravo 90 TNI AU itu untuk mewujudkan kesiapan operasional satuan Gultor TNI, terutama dalam pengamanan pelaksanaan Asian Games 2018.[FOTO: KOMPAS/WISNU WIDIANTORO]
30 Juni 1982
Detasemen 81 Antiteror (AT) resmi dibentuk. Angka “81” dimaksudkan untuk memperingati tahun keberhasilan operasi antiteror di Don Muang.

1985
Kopassandha berubah nama menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

20 November 1992
Dua puluh anggota Kopassus berhasil menangkap hidup Juan Alessandro Xanana Gusmao, tokoh Fretilin (Font Revolusioner untuk Timor Timur Merdeka), di Dili, Timor Timur.

Februari 1996
Kopassus menjalankan operasi pembebasan sandera di Mapenduma, Papua. Operasi yang memakan waktu empat bulan ini juga dinilai sukses.

Pratu Asmujiono (25) sempat membuka masker oksigen di wajahnya serta memakai baret merah dan membuka sarung tangan tebal. Ini tindakan sejarah untuk mengibarkan bendera Merah Putih (di tripod yang tampak tertutup salju dan bekas bendera) di pucuk dunia, Puncak Everest (8.848 m) pada 26 April 1997 pukul 15.25 waktu Nepal. [fFOTO: ASMUJIONO]
26 April 1997
Sertu Inf Misrin dan Pratu Asmujiono, prajurit Kopassus yang menjadi anggota Tim Nasional Indonesia ke Puncak Everest, berhasil menuju puncak tertinggi Pegunungan Himalaya melalui jalur selatan Nepal. Tim pendaki tersebut terdiri dari anggota Kopassus TNI-AD, Wanadri, FPTI dan Mapala UI.

Referensi

Arsip Kompas
  • 40 Tahun Komando Pasukan Khusus TNI-AD. KOMPAS, 16 April 1992
  • 50 Tahun Korps Baret Merah: Berani, Benar, Berhasil… KOMPAS, 17 April 2002
  • Ulang Tahun Kopassus: Jalan Berliku Korps Baret Merah. KOMPAS, 16 April 2008
  • Indonesia Tidak Pernah Kalah Melawan Pembajakan. KOMPAS, 31 Maret 2016
  • HUT Ke-45 Kopassus TNI AD: Mahir, Andal, dan Kreatif. KOMPAS, 16 April 1997
  • 57 Tahun Kopassus: Menuju Terbentuknya Demokrasi Efektif. KOMPAS, 15 April 2009
  • Sejarah Militer: Reuni 40 Tahun Kopassus Merebut Dili. KOMPAS, 10 Desember 2015
  • Kopassus: Dari Kongo sampai Timor Timur. KOMPAS, 16 April 2016
  • Sandi Yudha, Kemampuan Rahasia Kopassus. KOMPAS, 18 April 2021
  • Slamet Riyadi, Legenda “Si Jago Cilik” *Box. KOMPAS, 12 Agustus 1996
  • Pendakian “Nomor Satu” ke Everest *Box. KOMPAS, 17 Mei 1997
  • Merah Putih di Puncak Everest. KOMPAS, 27 April 1997
Buku
  • Conboy, Ken. (2003). Kopassus: inside Indonesia’s special forces. Jakarta: Equinox Publishing.
  • Santosa, Iwan; Natanegara, EA (2013). Kopassus untuk Indonesia. [s.l.]: Red and White Publishing
Internet

https://kopassus.mil.id/

Penulis
Rendra Sanjaya

Editor
Inggra Parandaru