KOMPAS/TRI AGUNG KRISTANTO
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, disertai jajaran Kementerian Perhubungan, Sabtu (28/1/2023) mengajak sejumlah pimpinan redaksi media massa nasional untuk melihat perkembangan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung. Menhub memberikan penjelasan di Stasiun Tegalluar, Bandung, Jawa Barat yang menjadi stasiun terakhir dari Jakarta, dan sekaligus depo kereta api (KA), dengan latar belakang kereta cepat produksi China.
Fakta Singkat
Kereta Cepat
- Era kereta cepat di dunia dimulai di Jepang pada tahun 1964, ditandai dengan hadirannya kereta Shinkansen yang generasi awalnya memiliki kecepatan 200 km/jam.
- Berdasarkan data Atlas High-Speed Rail 2022 yang diterbitkan oleh IUC, ada 20 negara yang sudah memiliki dan mengoperasikan kereta cepat sebagai transportasi publik.
- Total panjang jaringan lintasan kereta cepat di dunia telah mencapai 58.840 kilometer.
- Cina menjadi negara dengan lintasan kereta cepat terpanjang di dunia, panjangnya tercatat mencapai 40.474 kilometer.
- Di Indonesia, kereta cepat ditargetkan mulai beroperasi pada 18 Agustus 2023 sekaligus kado HUT ke-78 RI.
- Kereta cepat akan beroperasi melayani rute Jakarta-Bandung sepanjang 142,3 kilometer. Memiliki empat stasiun pemberhentian Halim, Karawang, Padalarang, Tegalluar dengan satu depo yang berlokasi di Tegalluar.
- Dengan menggunakan kereta cepat, waktu tempuh Jakarta Bandung akan berkisar sekitar 36 menit untuk perjalanan langsung dan 46 menit untuk perjalanan yang berhenti di setiap stasiun.
- Berdasarakan hasil studi kelayakan diperkirakan, tarif kereta cepat berkisar Rp 250.000-Rp 350.000 sekali jalan.
Kereta api merupakan salah satu moda transportasi darat yang digemari masyarakat. Selain terhindar dari kemacetan, kereta memiliki kapasitas angkut massal, waktu tempuh yang lebih cepat dan pasti, juga tarif yang terjangkau.
Kepopuleran kereta api sebagai alat transportasi sudah dimulai sejak abad ke-19, tepatnya ketika kereta uap pertama kali dibangun pada 1804 oleh Richard Trevithick. Pada masa itu, kehadiran kereta api membawa dampak yang signifikan, kereta memungkinkan membawa orang atau barang dalam jumlah massal ke suatu tujuan dengan lebih cepat dan efisien.
Sejak itu, kereta api terus mengalami perkembangan, salah satunya dari segi kecepatan. Kecepatan kereta api terus meningkat, menjadi lebih cepat dari sebelumnya. Merujuk laman International Union of Railways (UIC), jika pada tahun 1829 kecepatan 50 km/jam yang mampu dicapai lokomotif “Rocket” buatan George Stephenson dianggap mengesankan. Pada awal abad ke-20, kecepatan kereta api telah mampu mencapai 200 km/jam.
Kini, seiring perkembangan teknologi perkeretaapian, kereta dapat melaju dengan kecepatan maksimal hingga lebih dari 500 km/jam. Kereta Japan L0 Series Maglev yang sedang dikembangkan Jepang misalnya. Dilansir dari Travel + Leisure, mampu melaju dengan kecepatan maksimal hingga 601 km/jam.
Berdasarkan data Atlas High-Speed Rail 2022 yang diterbitkan oleh UIC, sampai Desember 2021, ada 20 negara yang sudah memiliki dan mengoperasikan kereta cepat sebagai transportasi publik.
Grafik:
Adapun total panjang jaringan lintasan kereta cepat di dunia telah mencapai 58.840 kilometer. Berdasarkan wilayah, Asia-Pasifik menjadi wilayah dengan lintasan kereta cepat terpanjang, yakni sepanjang 44,428 kilometer. Sementara berdasarkan negara, Cina menjadi negara dengan lintasan kereta cepat terpanjang di dunia, panjangnya tercatat mencapai 40.474 kilometer.
KOMPAS/JANNES EUDES WAWA
Jepang sejak beberapa tahun lalu mengembangkan kereta api supercepat yang diberi nama Shinkansen. Kereta mewah ini menjadi salah satu pilihan utama masyarakat dan wisatawan untuk bepergian antarkota di negara itu. Jenis kereta api lainnya di Jepang hanya terdiri dari dua rangkaian, ke semuanya dalam kondisi bersih dan nyaman (16/4/2004).
Apa itu Kereta Cepat?
Sejumlah negara di dunia saat ini sedang berlomba membangun infrastruktur kereta cepat atau “kereta peluru” sebagai moda transportasi publik. Namun, apa itu kereta cepat?
Kereta cepat atau high-speed rail (HSR) adalah transportasi berbasis rel yang merupakan subsistem dari kereta api. Salah satu perbedaan paling penting yang membedakan kereta cepat dengan kereta api konvensional adalah kecepatannya.
Menurut UIC, kriteria utama yang menentukan kereta cepat adalah kecepatan komersialnya yang mencapai 250 km/jam atau lebih di rel kereta berkecepatan tinggi dan kereta dengan kecepatan rata-rata minimal 200 km/jam di rel konvensional atau sistem lama.
Sementara, dalam UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, mendefinisikan kereta api kecepatan tinggi adalah kereta api yang mempunyai kecepatan lebih dari 200 km/jam. Sedangkan kereta api kecepatan normal adalah kereta api dengan kecepatan kurang dari 200 km/jam.
Dengan demikian, kereta kecepatan tinggi merupakan jenis kereta api yang memberikan kesempatan untuk melakukan perjalanan lebih cepat dari kereta api biasa.
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN
Pemerintah Jepang mengemas beragam wisata alam hingga atraksi lintas prefektur di wilayah Tohoku demi menarik kunjungan turis. Untuk perjalanan antar prefektur, Fukushima, Iwate, Aomori, Miyagi, Akita, Yamagata, Niigata, kereta peluru shinkansen menjadi pilihan utama. Tampak sebuah shinkansen di stasiun Tokyo bersiap menuju Kota Hirosaki, Prefektur Aomori, Jumat (10/5/2016).
Fenomena Kereta Cepat
Jepang sebagai Pelopor
Era kereta cepat di dunia dimulai di Jepang pada tahun 1964. Ditandai dengan hadirannya kereta Shinkansen yang mampu melaju dengan kecepatan lebih dari 200 km/jam saat pertama kali dioperasikan pada 1 Oktober 1964, sesaat sebelum pembukaan Olimpiade Tokyo.
Saat itu, karena kecepataannya yang mengesankan, peresmiannya disambut oleh pengakuan internasional yang luas. Shinkansen dijuluki sebagai “bullet train” atau “kereta peluru” karena kecepatannya yang tinggi dan bentuk aerodinamis hidungnya yang seperti peluru.
Shinkansen dibangun untuk mengurai kepadatan lalu lintas yang terjadi di kota-kota besar di Jepang. Pembangunannya sudah dimulai sejak 1930-an, tetapi karena terjadi Perang Pasifik yang melibatkan Jepang, pembangunan terhenti. Dan, baru dilanjutkan kembali pada tahun 1950-an.
Jalur pertama dari Shinkansen membentang sepanjang 515 kilometer menghubungkan Tokyo dan Osaka (Tokyo-Yokohama-Nagoyoa-Kyoto-Osaka), yang kemudian dikenal sebagai Tokaido Shinkansen. Perjalanan antara Tokyo dan Osaka, yang biasanya memakan waktu 6 jam 40 menit dengan kereta api Limited Express lama, dapat dikurangi menjadi hanya 3 jam 10 menit dengan Tokaido Shinkansen .
Berkat perkembangan yang signifikan ini, Shinkansen mengalami kesuksesan. Perjalanan sehari ke dan dari dua kota besar tersebut menjadi lebih sering sejak saat itu. Merujuk Japan Rail Pass, pada 13 Juli 1967, dua bulan sebelum hari jadinya yang ketiga, Shinkansen telah melayani 100 juta penumpang. Pada tahun 1976, mencapai angka satu miliar penumpang.
Grafik:
Kesuksesan Shinkansen membuat Jepang terus melakukan ekspansi dan pengembangan. Hingga hari ini, Jepang telah memiliki 18 line dengan panjang lintasan mencapai 3.081 kilometer. Tak hanya itu, kecepatannya juga terus meningkat. Saat ini rata-rata kecepatan Shinkansen mencapai 320 km/jam. Selain kecepatan, Shinkansen juga terkenal akan ketepatan waktu dan keamanan penumpang.
Central Japan Railway Company pun tengah mengembangkan seri terbaru dari Shinkansen, yakni Shinkansen Seri L0. Berbeda dari kereta sebelumnya, kereta Shinkansen terbaru ini akan mengunakan teknologi magnetic levitation (maglev), bergerak pada posisi melayang atau mengambang dengan daya magnet kuat karena gaya elektromagnetik.
Kereta ini memiliki kecepatan maksimal lebih dari 600 km/jam. Meski demikian, dalam operasionalnya kecepatan maksimumnya sekitar 498 km/jam. Rencananya, Shinkansen Seri L0 akan mulai dioperasikan pada tahun 2027 dengan rute Tokyo-Nagoya sepanjang 482 km dengan waktu tempuh 1 jam 7 menit.
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN
Pemerintah Jepang mengemas beragam wisata alam hingga atraksi lintas prefektur di wilayah Tohoku demi menarik kunjungan turis. Untuk perjalanan antar prefektur, Fukushima, Iwate, Aomori, Miyagi, Akita, Yamagata, Niigata, kereta peluru shinkansen menjadi pilihan utama. Tampak penumpang bersiap meluncur dari sebuah stasiun di Tokyo menuju Kota Hirosaki, Prefektur Aomori, Jumat (10/5/2016).
Eropa
Didorong kisah sukses Shinkansen di Jepang, negara lain kemudian juga membangun dan mengembangkan kereta cepat. Di Eropa, Prancis menjadi negara Eropa pertama yang mengoperasikan kereta cepat.
Pada 27 September 1981, Prancis mengoperasikan kereta cepat bernama nama Train a Grande Vitesse (TGV). Kereta ini sudah mulai dikembangkan sejak 1974 oleh perusahaan perkeretaapian Alstom dan Société Nationale des Chemins de Fer Français (SNCF).
Merujuk Kompas (24/9/1981), rute pertama TGV melayani perjalanan dari Paris menuju Lyon sepanjang 450 kilometer dengan waktu tempuh dua jam 40 menit. Adapun kecepatan makasimal TGV mencapai 380 km/jam.
Mengikuti jejak Prancis, pada tahun 1988, Italia mengoperasikan kereta ekspres Pendolino pada rute Roma – Milan dengan kecepatan maksimum 250 km/jam. Kemudian Jerman menyusul pada tahun 1992, mengoperasikan kereta cepat InterCity-Express (ICE) yang berkecepatan maksimal 280km/jam dengan rute Hanover – Wurzburg sepanjang 327 kilometer dan Mannheim – Stuttgart 99 kilometer.
Setahun kemudian, Spanyol mengoperasikan kereta cepat Alta Velocidad Española (AVE) yang melayani rute Madrid – Sevilla sepanjang 471 kilometer dengan waktu tempuh sekitar dua jam. Kemudian negara‐negara Eropa lain juga mengikuti menerapkan kereta api cepat, di antaranya Inggris, Belanda, Denmark, Finlandia, Swedia, Austria, Polandia, Belgia, dan Swiss.
Merujuk laporan Atlas High Speed Rail 2022, hingga Desember 2021, Eropa memiliki lintasan kereta cepat sepanjang 11.990 kilometer. Adapun Spanyol adalah negara dengan jaringan kereta api cepat terluas di Eropa dengan panjang 3.661 kilometer.
Amerika
Amerika Serikat menjadi negara satu-satunya yang mengoperasikan kereta cepat di wilayah ini. Amerika Serikat memulai debut mengoperasikan kereta cepat bernama Acela yang dioperatori Amtrak pada tahun 2000.
Acela melayani perjalanan antara Boston, New York, dan Washington DC yang berjarak 735 kilometer dengan kecepatan maksimal 240 km/ jam. Namun, karena kurang dukungan, rute yang terbatas, dan sepinya penumpang, Acela relatif kurang berkembang.
Infografik: Albertus Erwin Susanto
Asia
Cerita Shinkansen Jepang juga berhasil memengaruhi negara-negara di Asia. Di Asia, Korea Selatan menjadi negara pertama yang mengikuti langkah Jepang untuk mengembangkan kereta cepat. Pembangunan kereta api berkecepatan tinggi di Korea Selatan telah direncanakan secara aktif sejak akhir 1980-an ketika permintaan transportasi meningkat karena pertumbuhan ekonomi.
Hasilnya, pada 1 April 2004, Korea Selatan meluncurkan kereta cepat Korean Train Express (KTX) dan menjadi negara pemilik kereta api berkecepatan tinggi ke-6 di dunia setelah Jepang, Perancis, Italia, Jerman dan Spanyol.
Merujuk KBS World, KTX beroperasi dengan kecepatan 300 km/jam, dengan 20 rangkaian kereta. Rute perdana menghubungkan Seoul dan Dongdaegu sepanjang 268 kilometer. Saat ini, Korea Selatan memiliki lintasan kereta cepat sepanjang 873 kilometer.
Seperti Korea Selatan, Cina kemudian juga menyusul, meluncurkan kereta cepat. Layanan kereta cepat di Cina mulai beroperasi pada 2008, dengan kecepatan hingga 350 km/jam. Rute pertama melayani perjalanan dari Beijing ke Tianjin yang berjarak sekitar 118 kilometer dengan waktu 33 menit.
Semenjak itu, kereta cepat berkembang dengan pesat di negara berjuluk Negeri Tirai Bambu. Kereta cepat lantas menjadi penghubung penting dalam jaringan transportasi integral yang modern di Cina. Sejak pertama kali dibuka, jumlah penumpangnya telah mencapai lebih dari 10 miliar penumpang di tahun 2019. Pada tahun 2021, melayani 1,9 miliar penumpang pertahun atau rata-rata 160 juta penumpang per bulan.
Saat ini, Cina memiliki jaringan lintasan kereta cepat sepanjang lebih dari 40.000 kilometer, menjadi yang terpanjang di dunia. Dan, berencana mencapai 70.000 kilometer pada tahun 2035.
Grafik:
Afrika
Di Afrika, Maroko menjadi perintis. Maroko memulai pembangunan proyek kereta cepat pada tahun 2006, yang diprakarsai oleh perusahaan Prancis, Alstom, dan operator kereta api nasional Maroko, Office National des Chemins de Fer (ONCF).
Pada tahun 2018, Maroko mulai mengoperasikan kereta berkecepatan tinggi Al Baroq – merujuk pada makhluk surgawi yang konon membawa nabi Muhammad ketika Isra Mi’raj – melayani perjalanan sejauh 323 kilometer antara Tangier dan Casablanca.
Dengan kecepatan maksimal 320 km/jam, perjalanan antara dua kutub ekonomi utama Maroko, yang biasanya memakan waktu 4 jam 45, kini pangkas menjadi 2 jam 10. Setelah tiga tahun beroperasi, Al Boraq telah mengangkut lebih dari 2,4 juta penumpang pada tahun 2021.
Saat ini, Maroko sedang membangun fase berikutnya, yang disebut Jalur Maghreb, yang akan menghubungkan Casablanca dengan Marrakech dan kota pelabuhan Atlantik Agadir. Rencananya kereta berkecepatan tinggi akan menghubungkan 43 kota, 14 pelabuhan, dan 12 bandara di Maroko, yang membentang lebih dari 1.300 kilometer.
Grafik:
Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Tak mau ketinggalan, Indonesia juga membangun proyek kereta cepat. Kereta cepat pertama di Indonesia direncanakan akan mulai beroperasi pada tahun 2023, melayani rute Jakarta ke Bandung sepanjang 142,3 kilometer yang diperkirakan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 45 menit.
Rencana pembangunan proyek kereta cepat telah ada sejak tahun 2008. Pada awalnya, kereta cepat diproyeksikan untuk mengambil rute Jakarta-Surabaya. Proyek tersebut diusulkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional bersama dengan Kementerian Perhubungan.
Merujuk Kompas (29/10/2008), Japan Transportation Consultants dengan dana dari Japan Bank for International Cooperation telah melakukan kajian awal atau preeliminary study kereta api supercepat di Indonesia. Tim itu mengkaji kemungkinan jaringan KA supercepat dibangun dari Surabaya ke Jakarta. Ada dua jalur yang dikaji. Jalur pertama menyusuri pantai utara (pantura) Jawa. Jalur kedua Surabaya-Madiun-Solo lalu ke utara menyusuri pantura Jawa sampai Jakarta.
Tipe kereta api cepat yang akan dipakai rencananya N (New)-700 yang merupakan produksi terkini dari Nippon Sharyo, perusahaan pembuat kereta api Jepang. Kereta api cepat N-700 dapat melaju dengan kecepatan 300 km/jam sampai 500 km/jam sehingga jarak Jakarta- Surabaya lebih dari 600 km bisa ditempuh 2 jam 20 menit. Kereta itu diharapkan sudah ada di Indonesia pada tahun 2020.
Namun, lantaran untuk membangun kereta cepat Jakarta-Surabaya membutuhkan dana yang sangat besar, proyek tersebut akhirnya kandas. Pemerintah pun mengubah rencana dengan membangun rute Jakarta-Bandung yang memiliki jarak lebih pendek.
Kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB) pun menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional untuk infrastruktur transportasi di masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sayangnya, di masa kepemimpinan SBY, proyek ini belum berhasil dijalankan.
Wacana pembangunan kereta cepat tersebut kembali digulirkan pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo. Saat itu, Jepang dan Cina menawarkan untuk membantu menggarap proyek kereta cepat. Kedua negara bersaing ingin meraih pasar yang lebih luas untuk industri kereta cepat.
Proyek ini pun kembali menuai kontorversi. Banyak pihak menilai Jakarta-Bandung belum terlalu membutuhkan kereta cepat. Salah satu yang menolak adalah Menteri Perhubungan Ignasius Jonan. Menurut Jonan, jarak Jakarta-Bandung relatif dekat, sehingga kecepatan kereta cepat dianggap kurang efisien.
Namun, Presiden Joko Widodo tetap menyetujui proyek KCJB. Indonesia memberikan proyek kereta api cepat ini kepada Cina. Hal tersebut terjadi karena Cina menawarkan nilai investasi proyek yang lebih murah dengan total sebesar 5,5 miliar dolar AS, sedangkan Jepang menawarkan 6,2 miliar dolar AS. Selain itu, dalam proposal Cina menyatakan tidak ada jaminan pemerintah, pembiayaan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan subsidi tarif dan cost overrun menjadi tanggung jawab joint venture company. Sementara Jepang meminta ada jaminan pemerintah, dan risiko ditanggung pemerintah.
Pada Oktober 2015, pemerintah mengeluarkan Perpres Nomor 107 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Cepat Antara Jakarta dan Bandung. Melalui Perpres tersebut pemerintah mendirikan PT Kereta Cepat Indonesia Cina alias KCIC didirikan sebagai perusahaan yang menaungi proyek KCJB.
Merujuk laman kcic.go.id, perusahaan itu merupakan hasil patungan antara konsorsium BUMN melalui PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia atau PSBI dan konsorsium perusahaan perkeretaapian Tiongkok melalui Beijing Yawan HSR Co. Ltd, dengan bisnis utama di sektor transportasi publik.
Pada 2016, melalui Perpres Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, pemerintah memasukkan proyek KCJB sebagai Program Strategis Nasional. Kemudian, pada 21 Januari 2016, Presiden Joko Widodo mencanangkan proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung di kebun teh Mandalawangi Maswati, Bandung Barat.
Pencanangan pembangunan kereta cepat tersebut menandai pengembangan kawasan koridor Jakarta-Bandung. Pembangunan jalur kereta cepat sepanjang 142,3 kilometer itu direncanakan selesai tahun 2018 dan dioperasikan pada 2019.
Namun, dalam perjalanan pembangunannya, target operasional KCJB pada 2019 gagal tercapai. Ada sejumlah kendala baru yang menyebabkan Kereta Cepat Jakarta-Bandung gagal mencapai target operasional. Keterlambatan tersebut dikarenakan masalah pembebasan lahan yang tak mudah. Selain itu, pandemi juga menghambat kecepatan pembangunan.
Keterlambatan proyek KCJB berdampak pada pembengkakan biaya. Mengacu Kompas (11/4/2023), pembengkakan biaya kereta cepat mencapai 1,2 miliar dolar AS. Pembengkakan biaya tersebut berpotensi akan merugikan negara. Sebelumnya, pada 2021, pemerintah telah menerbitkan Perpres Nomor 93 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 107 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Cepat antara Jakarta dan Bandung.
Dalam Perpres yang ditetapkan per 6 Oktober 2021 tersebut, disebutkan pembiayaan dari APBN untuk proyek kereta cepat dapat berupa penyertaan modal negara kepada konsorsium BUMN dan/atau penjaminan kewajiban pimpinan konsorsium BUMN. Artinya, proyek yang mengalami pembengkakan hingga triliunan rupiah tersebut boleh didanai uang negara.
Saat ini, merujuk Kompas (22/6/2023), secara total, pengerjaan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung mencapai 92 persen per Juni 2023. Rel Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) sepanjang 304 kilometer telah rampung terpasang, meliputi jalur ganda seluruh trase KCJB sejauh 142,3 kilometer, rel di empat stasiun KCJB, dan Depo Tegalluar, Kabupaten Bandung.
Uji coba kereta cepat Jakarta-Bandung pun telah dilakukan. Tes mencapai kecepatan maksimal 350 km/jam dengan kereta inspeksi dari Stasiun Halim di Jakarta Timur hingga Stasiun Tegalluar di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, dan kembali lagi ke Halim juga telah dilakukan pada Kamis (22/6/2023).
Layanan kereta cepat yang berkecepatan hingga 350 km/jam ini dijadwalkan akan mulai beroperasi pada 18 Agustus 2023 sekaligus sebagai kado HUT ke-78 RI. Dengan demikian, Indonesia akan menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang memiliki dan mengoperasikan kereta cepat.
Dengan menggunakan kereta cepat, waktu tempuh Jakarta Bandung akan berkisar sekitar 36 menit untuk perjalanan langsung dan 46 menit untuk perjalanan yang berhenti di setiap stasiun. Mengenai tarif, berdasarakan hasil studi kelayakan diperkirakan tarif kereta cepat berkisar antara Rp 250.000-Rp 350.000 sekali jalan.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Proses penurunan rangkaian kereta api cepat Jakarta Bandung yang baru tiba perdana di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (2/9/2022). Sebanyak dua trainset, yang terdiri dari 1 rangkaian kereta inspeksi dan 1 rangkaian kereta api cepat diturunkan dari kapal barang Cosco Shipping. Pengiriman rangkaian kereta api cepat dari China ini dilakukan dalam empat gelombang.
Spesifikasi Kereta
Mengacu kembali laman kcic.co.id, kereta cepat Jakarta-Bandung menggunakan kereta cepat generasi terbaru, yakni CR400AF. CR400AF merupakan hasil pengembangan tipe CRH380A oleh CRRC Qingdao Sifang. Rangkaian kereta sudah mulai dikirim ke Indonesia pada pertengahan Agustus 2022 lalu.
CR400AF memiliki kecepatan desain hingga 420 km/jam dan kecepatan operasional hingga 350 km/jam. Kereta ini menggunakan tenaga listrik dimana tenaga listriknya akan disalurkan melalui jaringan Listrik Aliran Atas atau Overhead Catenary System (OCS).
CR400AF memiliki masa penggunaan hingga lebih dari 30 tahun, didesain untuk beroperasi di empat iklim salah satunya di iklim tropis dengan konsisi suhu dan kelembaban tinggi seperti di Indonesia. Juga didesain untuk menghadapi kondisi geografis lintasan Jakarta – Bandung yang cenderung menanjak. Dengan besar daya setiap rangkaian mencapai 9750 kW, KCIC400F mampu memberikan akselerasi yang lebih baik saat melewati trase pada elevasi 30 per mil.
Kereta memiliki lebar 3,36 meter, tinggi 4,05 meter, dengan panjang kepala kereta 27,2 meter dan intermediate kereta 25 meter. Satu rangkaian CR400AF terdiri dari 8 kereta, dengan komposisi empat kereta bermotor dan empat kereta tanpa motor.
Dari sisi keamanan, dilengkapi dengan dua emergency brake atau rem darurat, yang pertama disebut Emergency Brake EB yang bekerja berdasarkan perintah driver controller, fasilitas emergency brake penumpang dan kontrol kewaspadaan masinis.
Setiap rangkaian dilengkapi dua Lightning Arrester untuk meningkatkan keamanan terhadap sambaran petir terutama di sisi peralatan tegangan tinggi. Kereta juga memiliki kemampuan untuk memonitor adanya ancaman bagi operasional KCJB, seperti gempa bumi, banjir, serangan objek asing, dan tahan api.
Adapun dari sisi kenyamanan, CR400AF memiliki cabin noise yang lebih rendah sehingga mampu meredam getaran dan suara di dalam kereta dengan lebih optimal. Sedangkan untuk wilayah yang dilintasi, KCJB juga akan menggunakan sound barrier atau pencegah kebisingan untuk menghalau emisi suara yang dihasilkan oleh operasional KCJB. Pemasangan sound barrier berhasil menurunkan tingkat kebisingan KCJB menjadi 19-39 dB. Sepanjang trase KCJB terdapat 60 kilometer sound barrier yang akan dipasang pada jalur yang dekat dengan pemukiman.
Dari sisi fasilitas, kereta memiliki fasilitas tempat duduk sebanyak 601 penumpang. Terbagi dalam beberapa kelas layanan, yakni kelas VIP dengan total 18 penumpang, kelas 1 dengan total 28 penumpang dan kelas 2 dengan total 555 penumpang. Fasilitas penunjang yang tersedia di dalam kereta di antaranya stop kontak, televisi, meja lipat, ruang restorasi, dan toilet yang ramah untuk pengguna kebutuhan khusus.
Dari sisi desain, beberapa ciri budaya dan kearifan lokal Indonesia, diadaptasi ke dalam desain interior dan eksterior kereta cepat. Pada bagian eksterior, tampilan luar kereta akan memiliki desain yang terinspirasi dari salah satu hewan khas Indonesia, yakni Komodo. Sedangkan dari sisi interior, pada bagian cover tempat duduk penumpang menggunakan ornamen batik mega mendung. (LITBANG KOMPAS)
Artikel Terkait
Referensi
- “Atlas High-Speed Rail 2022”, diakses dari uic.org
- “High-Speed Around The World”, diakses dari uic.org
- “Transportasi: Jepang Kaji KA Supercepat Jakarta-Surabaya”, Kompas, 29 Oktober 2008.
- “Iptek: Mimpi Shinkansen Lokal”, Kompas, 5 November 2008.
- “Presiden Canangkan Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung”, Kompas, 21 Januari 2016.
- “Kereta Cepat Jakarta Bandung Beroperasi 2021”, Kompas, 30 Oktober 2018.
- “Kaji Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya”, Kompas, 3 Juni 2021.
- “Dua Perpres Kereta Cepat Jakarta-Bandung”, Kompas, 24 Novemnber 2021.
- “Pengingat Jelang Kelebat si Kereta Cepat”, Kompas, 29 Desember 2021.
- “Biaya Bengkak, Pemerintah Utang 560 Miliar Dollar AS untuk Kereta Cepat Jakarta-Bandung”, Kompas, 10 April 2023.
- “Keandalan Kereta Cepat Dipastikan Lewat Uji Coba”, Kompas, 22 Juni 2023.
- “Uji Coba Kereta Cepat Capai 350 km/jam, Jakarta-Bandung 40 Menit”, Kompas, 22 Juni 2023.
- UU Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.
- Perpres Nomor 107 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Cepat Antara Jakarta dan Bandung.
- Perpres Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, pemerintah memasukkan proyek KCJB sebagai Program Strategis Nasional.
- Perpres Nomor 93 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 107 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Cepat antara Jakarta dan Bandung
- “Negara dengan Perkembangan Kereta Api Cepat Terpesat di Dunia Hadirkan Teknologinya di Indonesia”, diakses dari kcic.co.id
- “Kereta Cepat Jakarta – Bandung Gunakan Tipe Generasi Terbaru, CR400AF”, diakses dari kcic.co.id
- “Kilas Balik China-Jepang Rebutan Proyek Keret Cepat Jakarta-Bandung”, diakses dari kompas.com
- “Spesifikasi Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Ukuran hingga Fasilitasnya”, diakses dari kompas.com
- “Memahami Teknologi Kereta Cepat Jakarta Bandung”, diakses dari kemdikbud.go.id
- “Fact Sheet High Speed Rail Development Worldwide”, diakses dari eessi.org.
- “High-Speed Rail History”, diakses dari uic.org
- “A Selection of High Speed Lines by Country”, diakses dari highspeedworld.net
- “ONCF Completes Study into First Phase of New Morocco High-Speed Line”, diakses dari railjournal.com
- “The Status of High-Speed Rail: Africa”, diakses dari northeastmagalev.com
- “History of The Bullet Train”, japanrailpass.com.au
- “The 10 Fastest High-Speed Trains in The World”, railwaytechnology.com
Artikel terkait