Paparan Topik | Bahan Pokok

Komoditas Kopi: Sejarah, Manfaat, Produsen Dunia, Produksi, Sentra Produksi, dan Ekspor Indonesia

Indonesia memiliki banyak ragam kopi mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Flores, Sulawesi, hingga Papua. Dengan kapasitas produksi mencapai 770 ribu ton per tahun, Indonesia menduduki peringkat nomor empat di dunia di bawah Brasil, Vietnam, dan Kolombia.

kOMPAS/DEFRI WERDIONO

Cuaca kerap berpengaruh terhadap produksi kopi robusta, termasuk yang ada di wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur. Tampak biji kopi yang sebagian telah memerah di area ekowisata Desa Amadanom, Kecamatan Dampit, Rabu (31/8/2022).

Fakta Singkat

  • Kopi diperkenalkan di Indonesia oleh Belanda pada abad ke-17.
  • Iklim di Indonesia yang hampir ideal untuk penanaman dan budidaya kopi 
  • Kapasitas produksi kopi nasional mencapai 770 ribu ton per tahun 
  • Indonesia menduduki peringkat nomor empat di dunia di bawah Brasil, Vietnam, dan Kolombia.
  • Luas perkebunan kopi Indonesia mencapai 1,29 juta hektare pada 2022.
  • Ada dua jenis kopi yang dihasilkan di Indonesia yaitu kopi arabika dan kopi robusta.
  • Di Indonesia, kopi arabika menghasilkan hampir 150.000 ton dari luas areal sekitar 250.000 hektare.
  • Kopi robusta menghasilkan 600.000 ton dari luas areal sekitar 1,05 juta hektare.

Banyak daerah di Indonesia memiliki kebun kopi berikut cara yang khas dalam pengolahannya. Cita rasa dan karakteristik yang dihasilkan pun sangat beragam dan menjadikan produk kopi Nusantara kian populer, baik di kalangan masyarakat setempat maupun mancanegara.

Kopi diperkenalkan di Nusantara oleh Belanda yang pada awalnya menanam pohon-pohon kopi di sekitar wilayah kekuasaan mereka di Batavia namun kemudian dengan cepat menyebar ke wilayah Bogor dan Sukabumi di Jawa Barat di abad ke-17 dan abad ke-18.

Iklim di Indonesia yang hampir ideal untuk produksi kopi, membuat Pemerintah Hindia Belanda kemudian mendorong pembukaan perkebunan-perkebunan kopi di wilayah-wilayah lain di Jawa, Sumatera, dan juga di Sulawesi.

Tahun 2022, perkebunan kopi Indonesia mencapai 1,29 juta hektar atau meningkat 0,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 1,28 juta hektar. Mayoritas perkebunan kopi di Indonesia merupakan perkebunan rakyat, yakni 1,26 hektar are (ha). Sementara, perkebunan kopi dalam skala besar yang dikelola oleh negara dan swasta sebesar 23.200 ha.

Sumatera Selatan merupakan provinsi dengan dengan perkebunan kopi terluas pada 2022, yakni 268.000 ha. Kemudian Lampung dan Aceh dengan luas perkebunan kopi masing-masing sebesar 156.500 ha dan 126.600 ha.

Ada dua jenis kopi yang dihasilkan di Indonesia yaitu kopi arabika dan kopi robusta. Dari total produksi kopi 770.000 ton per tahun, kopi arabika menghasilkan hampir 150.000 ton dari luas areal sekitar 250.000 hektar, sedangkan kopi robusta menghasilkan 600.000 ton dari luas areal sekitar 1,05 juta hektar.

Selain produksinya dikonsumsi dalam negeri, produksi kopi Indonesia juga diekspor ke negara lain antara lain Amerika Serikat, Mesir, Jerman, dan Malaysia. Sebagian besar ekspor kopi Indonesia (80 persen) terdiri dari biji robusta, dan sisanya dari biji arabika. Sebagai komoditas perkebunan, ekspor kopi adalah penghasil devisa terbesar keempat untuk Indonesia setelah minyak sawit, karet dan kakao.

Beberapa daerah penghasil kopi asal Indonesia yang dikenal dunia di antaranya, kopi Gayo di Provinsi Aceh, kopi Papua, kopi Kintamani asal Bali, kopi Toraja asal Sulawesi dan kopi Java Ijen Raung asal Bondowoso. Jenis kopi lain yang cukup dikenal yakni kopi Liberika asal Riau, kopi Sidikalang dari Sumatra Utara, kopi Flores Bajawa, kopi Temanggung, dan kopi Lampung.

Kopi lainnya yang harganya relatif mahal yakni kopi luwak yang diambil dari sisa kotoran luwak atau musang. Biji kopi ini diyakini memiliki cita rasa yang berbeda setelah dimakan dan melewati saluran pencernaan luwak.

KOMPAS/VIDELIS JEMALI

Biji kopi yang telah digiling dijemur di tempat yang dilindungi sinar matahari langsung di Desa Dombu, Kecamatan Marawola Barat, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Rabu (13/7/2022). Kopi yang dihasilkan warga setempat, yang bergabung dalam koperasi, diolah dengan standar tinggi untuk memenuhi permintaan pasar internasional.

Sejarah

Tanaman kopi dipercaya ditemukan pertama kali di Afrika di daerah Kefa (Kaffa), Etiopia. Seorang penggembala kambing secara tidak sengaja menemukan keanehan pada kambingnya setelah hewan gembalanya memakan buah berry tanaman tertentu.  Kambing-kambing yang memakan buah tanaman tersebut menjadi berenergi dan tidak bisa tidur saat malam hari.  Tanaman itu kemudian dikenal sebagai tanaman kopi.

Kemudian pengembala itu menceritakan penemuannya ke biara di kota tersebut. Setelah itu, pihak biara mulai membuat minuman dari biji tersebut. Orang yang minum minuman itu dapat energik dan tetap terjaga selama berjam-jam, bahkan di saat langit sudah gelap.

Sejak itulah, penemuan minuman dari biji kopi semakin tersebar luas di Ethiopia. Seiring berjalannya waktu, kopi mulai tersebar hingga ke Semenanjung Arab.  Budidaya dan jual-beli kopi di mulai di Semenanjung Arab.  Kemudian pada abad ke 16, kopi mulai dikenal di Persia, Mesir, Siria, dan Turki.

Abad XVII, kopi mulai diperkenalkan di Eropa dan dalam waktu singkat menjadi minuman primadona masyarakat benua ini. Kopi sangat digemari di Inggris, Perancis, Jerman, Belanda, dan Austria. Di pertengahan abad 17, sudah ada lebih dari 300 kedai kopi tersebar di London.

Di akhir abad ke 17, Belanda berhasil mendapatkan benih kopi. Biji tersebut kemudian dicoba ditanam di India tetapi gagal.  Belanda lantas membawa biji kopi ke wilayah jajajahan termasuk Hindia Belanda yang kemudian menjadi Indonesia

Bibit Kopi pertama masuk  ke nusantara pada 1696  yang dibawa oleh Belanda. Pada masa itu Belanda membawa benih kopi pertama dari Malabar, India, ke Pulau Jawa. bibit yang berasal dari Yaman itu dikirim oleh Seorang Gubernur Belanda yang bertugas di Malabar, India kepada seorang Gubernur Belanda lain yang sedang bertugas di Batavia. Bibit kopi yang dikirim itu berjenis arabika.

Meski demikian, percobaan penamaan pertama kopi di Jawa gagal. Pada 1699 upaya penamanan kedua dilakukan dengan mengirim stek kopi dari Malabar, India juga. Kemudian pada 1706 hasil tanaman kopi pertama di Pulau Jawa dikirim ke Kebun Raya Amsterdam untuk diteliti. Menurut hasil penelitian, kopi tersebut memiliki kualitas sangat baik dan berpotensi untuk diperdagangkan ke seluruh dunia.

Kemudian Belanda mengembangkan tanaman kopi di sekitar Batavia. Hal ini kemudian meluas hingga ke sejumlah daerah di Jawa Barat, di Sukabumi, Bogor, Bandung, dan daerah Priangan lain, melalui tanam paksa pada abad ke-18.

Pada tahun 1711 ekspor pertama dikirim dari Jawa ke Eropa oleh perusahaan dagang Belanda, dikenal sebagai VOC (Verininging Oogst Indies Company) yang didirikan pada tahun 1602. Selama 10 tahun, ekspor meningkat menjadi 60 ton per tahun. Indonesia adalah tempat pertama kali kopi dibudidayakan secara luas di luar Arab dan Ethiopia.

Di pertengahan abad ke-17, pemerintah kolonial Belanda mengembangkan area tanam kopi di luar jawa yakni di Sumatra, Bali, Sulawesi, dan Kepulauan Timor. Di Sulawesi kopi pertama kali ditanam tahun 1750. Di dataran tinggi di Sumatra Utara kopi pertama kali tumbuh di dekat Danau Toba pada tahun 1888, diikuti oleh dataran tinggi Gayo (Aceh) dekat Danau Laut Tawar pada tahun 1924.

Di sekitar abad 18, Belanda mendirikan lahan pertanian kopi yang luas di dataran tinggi Ijen di Jawa Timur. Namun, pada tahun 1876, bencana menghantam perkebunan kopi di Jawa ketika kopi diserang penyakit karat daun yang merusak tanaman kopi jenis arabika (Coffea arabica).  Pesona arabika di tanah Jawa pun meredup.

Pemerintah Hindia Belanda akhirnya mengganti penanamannya dengan jenis liberika (Coffea liberica), kopi asal Liberia, yang semula diduga tahan penyakit. Kopi liberika dimasukkan ke Indonesia oleh Pemerintah Hindia Belanda pada 1875 untuk menggantikan kopi arabika (Coffea arabica) yang terserang penyakit karat daun.

Pada saat itu menyusul serangan hama yang merusak liberika sehingga Belanda menggantinya dengan robusta (Coffea canephora) asal Kongo untuk meningkatkan produksi kopi di tanah Jawa. Robusta mulai ditanam di Jawa Timur pada tahun 1900 yang cocok di dataran yang lebih rendah dan tahan terhadap penyakit karat.

Kopi jenis robusta kemudian menyebar di daerah-daerah yang lebih rendah dan menjadi bahan ekspor paling penting di Indonesia hingga saat ini. Seiring berjalannya waktu, infrastruktur dikembangkan guna mempermudah produksi kopi di Indonesia antara lain dibangunnya jalur rel kereta api untuk mengangkut hasil perkebunan antar daerah, kapal laut, dan lain-lain.

Produksi kopi di Indonesia semakin berkembang dan didominasi si pahit robusta yang merajai produksi sekaligus ekspor kopi asal Indonesia. Dari produksi kopi 639.305 ton biji beras kopi (green bean) tahun 2016, sebanyak 70 persen diekspor. Dari total volume ekspor itu, 90 persen merupakan ekspor robusta.

Seiring meningkatnya harga kopi dunia, penanaman kopi arabika juga kembali menggelora, mulai dari Aceh, Toba, Solok, Kerinci, hingga Lampung. Selain itu, juga di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Flores, Toraja, dan dataran tinggi Papua. Kopi jenis ini hanya cocok tumbuh di ketinggian di atas 1000 mdpl dan harganya lebih mahal dibandingkan robusta.

Hingga kini, Indonesia masih tercatat sebagai produsen kopi keempat dunia, namun produktivitas kopi terbilang rendah. Dengan luas areal mencapai 1,29 juta hektar, Indonesia baru memproduksi sekitar 700.000 ton biji kopi per tahun. Produktivitas 0,7-0,8 ton per hektar jauh lebih rendah dibandingkan dengan Vietnam yang mencapai 1,5 ton, dan Brasil yang telah mencapai 3 ton.

 KOMPAS/RUNIK SRI ASTUTI

Anggota kelompok tani Bina Karya Desa Weskust, Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu menjemur kopi petik merah atau kualitas premium di para-para, Kamis (28/7/2022). Kopi petik merah menjadi produk unggulan untuk meningkatkan pendapatan petani.

Jenis kopi

Kopi termasuk kelompok tanaman semak belukar dengan genius Coffea. Kopi termasuk ke dalam family Rubiaceae, subfamily lxoroideae, dan suku Coffeae. Kopi dibagi menjadi 2 genus, yakni Coffea dan Psilanthus.

Genus Coffea terbagi menjadi 2 subgenus, yakni Coffea dan Baracoffea. Subgenus Coffea terdiri dari 88 spesies.  dan subgenus Baracoffea terdapat tujuh spesies.  Berdasarkan geografik (tempat asal), kopi dapat dibedakan menjadi 5 yakni kopi yang berasal dari Ethiopia, Madagascar, serta Afrika barat, Afrika tengah, dan Afrika timur.

Jenis kopi yang banyak dibudidayakan di Indonesia yakni kopi arabika (Coffea arabica), robusta (Coffea canephora), dan jenis Coffea liberica yang merupakan perkembangan dari jenis robusta. Awalnya, jenis kopi yang dibudidayakan di Indonesia adalah arabika, lalu liberika dan terakhir kopi jenis robusta.

Kopi jenis arabika sangat baik ditanam di daerah yang berketinggian 1.000 – 2.100 meter di atas permukaan laut (mdpl). Semakin tinggi lokasi perkebunan kopi, cita rasa yang dihasilkan oleh biji kopi akan semakin baik. Karena itu, perkebunan kopi arabika hanya terdapat di beberapa daerah tertentu (di daerah yang memiliki ketinggian di atas 1.000 meter).

Secara umum karakteristik biji kopi arabika yakni rendeman (perbandingan bobot biji kopi kering dan bobot gelondong biji kopi segar) lebih kecil dari jenis kopi lainnya (18-20 persen), bentuknya agak memanjang, bidang cembungnya tidak terlalu tinggi, lebih mengkilap dibandingkan dengan jenis lainnya, ujung biji lebih mengkilap, tetapi jika dikeringkan berlebihan akan terlihat retak atau pecah, dan celah tengah (center cut) di bagian datar (perut) tidak lurus memanjang ke bawah, tetapi berlekuk.

Ciri lainnya yakni untuk biji yang sudah dipanggang (roasting), celah tengah terlihat putih, sementara untuk biji yang sudah diolah, kulit ari kadang-kadang masih menempel di celah atau parit biji kopi. Jika diseduh, jenis arabika rasanya lebih asam.

Tanaman kopi yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia yakni jenis robusta yang memiliki adaptasi yang lebih baik dibandingkan dengan kopi jenis arabika. Areal perkebunan kopi jenis robusta di Indonesia relatif luas. Kopi jenis robusta dapat tumbuh di ketinggian yang lebih rendah dibandingkan dengan lokasi perkebunan arabika. Produksi kopi jenis robusta secara umum dapat mencapai 800-2.000 kg/hektar/tahun.

Karakteristik fisik biji kopi robusta antara lain rendeman kopi robusta relatif lebih tinggi dibandingkan dengan rendeman kopi arabika (20- 22 persen), biji kopi agak bulat, lengkungan biji lebih tebal dibandingkan dengan jenis arabika, garis tengah (parit) dari atas ke bawah hampir rata, dan untuk biji yang sudah diolah, tidak terdapat kulit ari di lekukan atau bagian parit. Jika diseduh, kopi robusta rasanya lebih pahit dibandingkan arabika.

KOMPAS/RHAMA PURNA JATI

Petani kopi di Dusun IV, Desa Cahaya Alam, Kecamatan Semende Darat Ulu, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, sedang menunjukkan biji kopi arabika, Selasa (19/7/2022). Kopi salah satu komoditas unggulan di desa ini. Biji kopi dipasarkan hingga ke luar Sumsel dan bahkan ke luar negeri.

Jenis terakhir yakni kopi liberika. Kopi ini pernah dibudidayakan di Indonesia, tetapi sekarang sudah jarang dibudidayakan perkebunan atau petani karena bobot biji kopi keringnya hanya sekitar 10 persen dari bobot kopi basah. Selain perbandingan bobot basah dan bobot kering, rendeman biji kopi liberika yang rendah merupakan salah satu faktor tidak berkembangnya jenis kopi liberika di Indonesia. Rendeman kopi liberika hanya sekitar 10-12%.

Karakteristik biji kopi liberika hampir sama dengan jenis robusta tapi ukuranya lebih besar dengan panjang 2-3 cm. Kelebihannya, jenis liberika lebih tahan terhadap serangan hama Hemelia vastatrixi dibandingkan dengan kopi jenis arabika.

Manfaat kopi

Minuman yang memiliki aroma dan rasa yang khas ini biasanya diminum pada pagi hari sebelum beraktivitas atau saat sedang santai. Kopi juga biasanya diminum agar tetap terjaga di malam hari karena kandungan kafein di dalamnya.

Tak hanya berguna agar mata tetap melek, kopi juga mempunyai sejumlah manfaat untuk kesehatan tubuh. Manfaat pertama, meningkatkan stamina karena  kandungan kafein mampu menstimulan sistem saraf pusat. Kafein dalam kopi memblokir reseptor neurotransmitter yang disebut adenosin. Hal itu meningkatkan kadar neurotransmitter lain di otak yang mengatur tingkat stamina, termasuk dopamin.

Manfaat kedua yakni menurunkan risiko diabetes tipe 2 dalam jangka waktu yang panjang. Hal itu karena kemampuan kopi untuk menjaga fungsi sel beta di pangkreas yang berperan untuk memproduksi insulin.

Insulin digunakan untuk mengatur kadar gula darah. Selain itu, kopi juga kaya akan antioksidan yang dapat memengaruhi sensitivitas insulin, peradangan, dan metabolisme dalam tubuh yang semua berhubungan dengan perkembangan diabetes tipe 2.

Manfaat minum kopi secara terarur lainnya yakni membantu melindungi dari gangguan penyakit neurodegeneratif tertentu, termasuk alzheimer dan parkinson. Selain itu, mengonsumsi kopi dalam jumlah sedang juga dapat menurunkan risiko demensia dan menghindari penurunan kognitif.

Kopi juga membantu mengatur berat badan, karena kandungan dalam kopi dapat mengubah penyimpanan lemak dan mendukung kesehatan usus. Kedua hal itu berguna untuk mengatur berat badan. Selain itu, kopi juga meningkatkan aktivitas fisik yang dapat mengatur berat badan seseorang.

Setiap cangkir kopi yang dikonsumsi dapat menurunkan 8 persen lebih rendah risiko terkena depresi. Dengan meminum kopi, seseorang dapat lebih mengendalikan depresinya.

Kopi dapat membantu mengurangi risiko terkena kanker hati. Selain itu, kopi juga bermanfaat untuk penurunan kekakuan hati.

Meminum kopi dapat membantu menurunkan risiko seseorang terkena penyakit jantung hingga 15 persen. Kopi juga dapat menurunkan risiko gagal jantung secara signifikan.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kopi dapat membantu memperpanjang umur seseorang. Lantaran dapat memengaruhi kinerja tubuh dan menghindari risiko penyakit, maka kopi dapat dapat membantu seseorang untuk hidup lebih panjang.

Kopi sering digunakan oleh para atlet sebagai alat bantu ergogenik atau alat untuk meningkatkan performa, dan meningkatkan kinerja saat berolahraga. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa meminum kopi sebelum berolahraga dapat meningkatkan daya tahan tubuh.

Meski demikian, kafein yang terkandung di dalam kopi menyebabkan efek samping bila dikomsumi berlebihan. Efek samping tersebut antara lain gelisah, pusing, sakit kepala, detak jantung cepat, dan kecemasan.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Pekerja perempuan memilah dan membersihkan biji kopi di Pabrik Kopi Banaran, Kecamatan Jambu, Kebupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (21/7/2022). Kopi tersebut diolah dan dikemas dalam bentuk bubuk dan biji.

Produsen kopi

Kopi merupakan minuman favorit yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat di seluruh dunia. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) dan Internation Coffee Organization, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia yang menempati urutan ke empat.

Kopi dihasilkan lebih dari 70 negara yang terletak di wilayah tropis. Sebagian besar kopi yang diperdagangkan di dunia berasal dari lima negara sebagai produsen teratas. Enam negara itu yakni Brasil, Vietnam, Kolombia, Indonesia, Kolombia, dan Uganda.

Brasil yang berada di benua Amerika merupakan produksen terbesar kopi dunia. Negara ini mampu menghasilkan kopi hingga 63,4 juta karung berukuran 60 kilogram pada tahun 2020. Luas perkebunan kopi di negara ini sekitar 27.000 kilometer persegi yang tersebar di Minas Gerais, Sao Paulo dan Paraná.

Selain menghasilkan kopi terbanyak, Brasil juga menduduki posisi pertama sebagai negara dengan konsumsi kopi terbanyak di dunia. Organisasi Kopi Internasional menyebutkan bahwa tahun 2015/2016 jumlah konsumsi kopi di negara ini sebanyak 20,5 juta karung berukuran 60 kg.

Produsen kopi terbesar berikutnya yakni Vietnam yang menghasilkan kopi hingga 29 juta karung pada tahun 2020. Vietnam dikenal dengan biji kopi robustanya yang mengandung kafein dua kali lebih banyak dibandingkan arabika. Vietnam tercatat sebagai penghasil kopi jenis robusta nomor satu di dunia, di mana produksi untuk globalnya mencapai 40 persen pada periode 2019-2020.

Negara penghasil kopi terbesar di dunia lainnya yaitu Kolombia. Kopi yang berhasil diproduksi negara ini mencapai 14,3 juta karung pada tahun 2020. Berbeda dengan Vietnam, Kolombia terkenal dengan biji arabikanya yang khas.

Kemudian Indonesia yang mampu menghasilkan kopi sebanyak 11,95 juta karung pada tahun 2020. Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah produksi kopi di Indonesia pada tahun 2021 lalu mencapai 774,60 ribu ton. Sumatera Selatan menjadi provinsi dengan produksi kopi terbesar sepanjang 2021. Jumlah kopi yang diproduksi provinsi ini mencapai 201,40 ribu ton.

Ethiopia juga termasuk negara produsen kopi terbesar di dunia. Negara ini bisa memproduksi kopi hingga 7,37 juta karung. Di negara ini diketahui terdapat beragam varietas tanaman kopi yang bisa menghasilkan biji kopi dengan ciri khas yang berbeda-beda.

Grafik:

Setelah Ethiopia, ada Honduras sebagai penghasil kopi terbesar di dunia. Pada tahun 2020 lalu, Honduras mampu menghasilkan 6,1 juta karung. Sebagian besar kopi dari negara ini dihasilkan di pegunungan kecil yang sering disebut “Fincas”. Daerah tersebut memiliki ketinggian sekitar 1400-1700 meter.

Selanjutnya Uganda yang mampu menghasilkan kopi sebanyak 6,1 juta karung pada tahun 2020. Angka tersebut membuat negara ini menjadi salah satu penghasil kopi terbesar di dunia. Banyaknya kopi yang dihasilkan negara ini salah satunya dipicu dari jumlah petani kopi yang ada di Uganda.

Organisasi Kopi Internasional menyebutkan bahwa jumlah petani kopi di Uganda pada tahun 2019 terbesar kedua setelah Ethiopia. Uganda memiliki populasi petani kopi mencapai 1,7 juta petani.

Meksiko menghasilkan kopi selama tahun 2020 sebanyak 4 juta karung. Selain mampu memproduksi kopi dalam jumlah yang besar, Meksiko juga termasuk konsumen kopi terbanyak di dunia. Organisasi Kopi Internasional pada tahun 2019 menyebutkan bahwa negara ini berada di posisi keempat setelah Filipina sebagai negara konsumen kopi terbanyak di dunia.

Kemudian Peru yang menjadi negara produsen kopi terbesar ke-9 di dunia. Negara ini bisa menghasilkan kopi sebanyak 2,8 juta karung pada tahun 2020. Kopi di negara ini cukup bersaing dengan kopi dari negara-negara lain.

Di posisi ke-10 yakni Guatemala yang mampu menghasilkan kopi sebanyak 3,75 juta karung pada tahun 2020. Tanaman kopi di negara ini diketahui tumbuh subuh di wilayah dengan tanah vulkanik yang kelembabannya rendah, penyinaran matahari cukup, dan memiliki cuaca sejak saat malam hari.

KOMPAS/GREGORIUS MAGNUS FINESSO

Pengunjung mencermati biji-biji kopi spesial (specialty coffee) dari sejumlah daerah di Indonesia yang dipamerkan dalam perhelatan Specialty Coffee Association of America (SCAA) Expo di gedung Georgia World Congress Centre (GWCC), Atlanta, Georgia, Amerika Serikat (AS), Sabtu (16/4/2016), waktu Atlanta. Pada ajang ini, paviliun Indonesia mendapat sorotan besar karena terpilihnya Indonesia sebagai portrait country atau negara istimewa oleh SCAA. Pameran ini menjadi kesempatan peningkatan ekspansi serta penjajakan peluang pasar baru oleh para pelaku industri kopi spesial di seluruh dunia.

Produsen Dunia

Produsen Kopi Dunia

Peringkat Negara

Produksi

(juta karung ukuran 60 Kg)

1 Brasil 63,4
2 Vietnam 29,0
3 Kolombia 14,3
4 Indonesia 11,95
5 Ethiopia 7,37
6 Honduras 6,1
7 Uganda 5,62
8 Meksiko 4,0
9 Peru 3,8
10 Guatemala 3,75

Sumber: International Coffee Organization (ICO)

Produksi kopi Indonesia

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) melalui publikasi Statistik Kopi melaporkan, sepanjang tahun 2022 total produksi kopi Indonesia mencapai 794,8 ribu ton  atau meningkat sekitar 1,1 persen dibanding tahun sebelumnya yang tercatat 786,2 ribu ton.

Jumlah tersebut sebagian besar dikontribusikan oleh perkebunan rakyat, yakni mencapai 99,33 persen terhadap total produksi kopi Indonesia. Bila dilihat secara tahunan, produksi kopi Indonesia dari tahun 2018 hingga 2022 mengalami fluktuasi.

Pada tahun 2018, total produksi kopi Indonesia mencapai 756.050 ton, turun 0,47 persen menjadi 752.510 ton di tahun 2019. Sementara itu, di tahun 2020, terjadi kenaikan 1,31 persen menjadi 762.380 ton. Setahun berselang produksi meningkat menjadi 786,2 ribu ton atau meningkat  2 persen.

Sumatera Selatan menjadi provinsi penghasil kopi terbesar di Indonesia, yakni 212,4 ribu ton pada 2022 atau berkontribusi 26,72 persen dari total produksi kopi nasional. Selanjutnya ada Lampung dengan produksi kopi 124,5 ribu ton, Sumatra Utara 87 ribu ton, dan Aceh 75,3 ribu ton.

Grafik

Kepulauan Bangka Belitung, Gorontalo, dan Papua Barat menjadi provinsi dengan produksi kopi paling sedikit, yaitu hanya 0,1 ton atau 100 kilogram (kg). Adapun Kepulauan Riau, Maluku Utara, dan DKI Jakarta sama-sama tidak memproduksi kopi pada tahun lalu.

Grafik:

Mayoritas jenis kopi di Sumatera Selatan yang diusahakan petani dan perkebunan adalah robusta, sekitar 70%. Sentra penanaman kopi terdapat di Pagar Alam, Lahat, Muara Enim, Empat Lawang, Ogan Komering Ulu, dan  Musi Rawas. Sementara Lampung sebagai produsen terbesar kedua, sentranya di Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, dan Lampung Utara. Lebih dari 90 persen kopi di Lampung berjenis robusta.

Produksi Kopi Nasional

Tahun Produksi (ribu ton)
2016 639,3
2017 716,1
2018 756,0
2019 761,1
2020 762,2
2021 786,2
2022 794,8

Sumber: BPS

Ekspor kopi

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2022 Indonesia mengekspor kopi sebanyak 434,19 ribu ton atau meningkat 12,92 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai ekspor kopi pada tahun tersebut mencapai 1,13 miliar dollar AS.

Amerika Serikat (AS) merupakan tujuan utama ekspor kopi nasional pada 2022, dengan volume mencapai 55,75 ribu ton atau 12,84 persen dari total ekspor nasional. Nilai ekspor kopi ke di negara Paman Sam itu mencapai 268,04 juta dollar AS.

Negara Tujuan Ekspor Kopi dari Indonesia 2022

Grafik:

Peringkat Negara Volume Ekspor (Ton)
1 Amerika Serikat 55.752,6
2 Mesir 37.618,0
3 Jerman 36.976,4
4 Malaysia 26.104,6
5 Italia 24.006,2
6 Rusia 22.694,2
7 Belgia 22.199,0
8 Inggris 20.778,0
9 Jepang 18.833,0
10 Kanada 2.295,5
11 Negara-negara lainnya 166.941

Sumber: BPS

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Pencicip kopi menguji cita rasa (cupping) 47 jenis kopi petani dari 11 provinsi (atas) dan calon pembeli memilih kopi (kiri) di Pasar Kopi Jakarta Coffee Week 2017, yang berlangsung pada 8-10 September 2017 di Hype, Pantai Indah Kapuk, Jakarta.

Referensi

Buku
  • Jelajah kopi Nusantara, Yunita C., Siwi, Penerbit Buku Kompas, 2022
  • Kopi: Sejarah, botani, proses produksi, pengolahan, produk hilir, dan sistem kemitraan, Wahyudi, Teguh, Gadjah Mada University Press, 2016
Arsip Kompas
  • Pariwisata: Negeri Kopi, KOMPAS, 24 Juli 2015 Halaman: 17
  • Komoditas: Kopi Nusantara Makin Beragam, KOMPAS, 24 Desember 2017 Halaman: 11
  • Jelajah Kopi Nusantara: Kekayaan Kopi Nusantara , KOMPAS, 11 April 2018 hlm: 24
  • Jelajah Kopi Nusantara: Kekayaan Kopi Nusantara, KOMPAS, 11 April 2018 hlm: 25
  • Jelajah Kopi Nusantara: Sejuta Kisah dari Pelosok Negeri, KOMPAS, 11 April 2018 Halaman: 01
  • Di Hulu, Titik Awal Gerakan Bersama * Jelajah Kopi Nusantara, KOMPAS, 18 April 2018 Halaman: 24
  • Tradisi Meredam Pahitnya Kopi * Jelajah Kopi Nusantara, KOMPAS, 30 Mei 2018 Halaman: 24