Paparan Topik | Bahan Pokok

Komoditas Jagung: Sejarah, Konsumsi, Produsen, Impor, dan Perkembangan Harga

Presiden Joko Widodo menargetkan Indonesia mampu swasembada jagung pada 2024. Target ini dibuat karena impor jagung Indonesia cenderung menurun dari tahun ke tahun. Komoditas ini merupakan pakan utama bagi sektor peternakan dan perikanan yang memasok sumber protein hewani bagi masyarakat.

KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA

Petani mengamati jagung yang siap dipanen di Desa Banjarsari, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Rabu (29/9/2021). Panen jagung nasional berlangsung September hingga Desember 2021. Menurut data Kementerian Pertanian, pada akhir tahun, stok jagung diperkirakan berlebih (over stock) 2,85 juta ton.

Fakta Singkat

  • Tanaman jagung berasal dari wilayah Amerika Tengah berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan arkeologi.
  • Luas pertanaman jagung di seluruh dunia lebih dari 100 juta ha, menyebar di 70 negara, termasuk 53 negara berkembang.
  • Produksi dunia jagung tahun 2000 sekitar 594 juta ton biji-bijian hasil dari 139 juta hektare lahan.
  • Pada Juli–Agustus 2022, harga jagung global berada di angka 335 dollar AS per ton atau setara Rp5.000 per kilogram.

Perang Rusia-Ukraina memberikan dampak pada kenaikan harga produk pertanian dunia seperti gandum dan jagung. Kedua negara yang berperang itu merupakan pengekspor gandum dan jagung ke sejumlah negara di dunia.

Food and Agriculture Organization (FAO) mencatat, harga pangan global termasuk jagung naik sebanyak 28 persen pada tahun 2021. Harga pangan diperkirakan akan terus mengalami kenaikan tahun 2022 karena masalah rantai pasok. Pada Juli–Agustus 2022, harga jagung global berada di angka 335 dollar AS per ton atau setara Rp5.000 per kilogram.

Meski produksi jagung nasional diperkirakan bisa mencapai 18,6 juta ton di tahun 2022, sementara kebutuhan untuk industri pakan ternak sekitar 14,7 juta ton, namun gangguan rantai pasok global itu bisa mempengaruhi kenaikan harga jagung di tingkat lokal.

Kenaikan harga jagung itu bakal memukul sektor peternakan unggas di Indonesia. Sektor itu digerakkan oleh jutaan peternak, skala kecil hingga besar, sekaligus pemasok bahan pangan utama sumber protein hewani yang terjangkau masyarakat. Fluktuasi harga jagung amat menentukan ongkos produksi karena pakan jagung sangat dominan dalam perunggasan sehingga berdampak pada harga daging dan telur ayam di pasaran.

Kementerian Pertanian kerap menegaskan, stok jagung dalam negeri aman. Pemerintah bahkan menyebut ada kelebihan stok atau surplus 2,85 juta ton di tahun 2021. Namun, problem fluktuasi harga belum sepenuhnya teratasi sejalan dengan pasokannya yang naik turun.

Alhasil, para peternak dan industri pakan masih saja diliputi ketidakpastian terkait harga dan ketersediaannya di pasar. Apalagi ditambah dengan perang Rusia-Ukraina yang bisa menganggu rantai pasok global sehinga memicu kenaikan harga jagung di pasar internasional.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Jagung yang dijemur sebelum dipipil di Desa Wonosari, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Selasa (29/10/2019). Harga jagung di kawasan tersebut dalam kisaran Rp 3.500 hingga Rp 4.000 per kilogram. Hampir seluruhnya untuk memenuhi kebutuhan industri pakan ternak.

Sejarah

Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan arkeologi, tanaman jagung (Zea Mays) berasal dari wilayah Amerika Tengah  di daerah Meksiko bagian selatan. Secara genetik jagung berasal dari spesies liar jagung (teosinte) yang sejak lama ditemukan di daerah tersebut, dan masih ada di habitat asli hingga sekarang.

Hal ini juga didukung oleh ditemukannya fosil tepung sari dan tongkol jagung teosinte dalam gua di wilayah tersebut. Teosinte (Zea mays ssp. parviglumis) itu dipercaya sebagai nenek moyang (progenitor) tanaman jagung.

Dalam perkembangannya, proses domestikasi  dan budidaya teosinte telah berlangsung paling tidak 7.000 tahun yang lalu oleh penduduk asli di Amerika Tengah. Kemudian dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7.000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu.

Budidaya jagung yang berlangsung ribuan tahun itu dibarengi oleh terjadinya mutasi alami dan persilangan antar-subspesies jagung, sehingga masuk gen-gen dari subspecies lain, di antaranya dari Zea mays Mexicana. Karena adanya proses persilangan alamiah tersebut menjadikan tanaman jagung sekarang (Zea mays) tidak lagi dapat hidup secara liar di habitat hutan, karena memerlukan sinar matahari penuh.

Selanjutnya pada sekitar tahun 1.000 M, tanaman jagung tradisional telah berkembang menjadi tanaman jagung modern. Pengembangan tanaman itu dilakukan dengan seleksi secara sederhana, dengan mempertahankan tongkol yang diinginkan dan benihnya ditanam pada musim berikutnya.

Penyebaran tanaman jagung sangat luas di hampir pelosok dunia karena mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai lingkungan. Jagung tumbuh baik di wilayah tropis hingga 50° LU dan 50° LS, dari dataran rendah sampai ketinggian 3.000 m di atas permukaan laut (dpl), dengan curah hujan tinggi, sedang, hingga rendah sekitar 500 mm per tahun.

Hingga kini jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Luas pertanaman jagung di seluruh dunia lebih dari 100 juta ha, menyebar di 70 negara, termasuk 53 negara berkembang. Produksi dunia jagung tahun 2000 sekitar 594 juta ton biji-bijian hasil dari 139 juta hektare lahan.

Jagung menjadi sumber karbohidrat utama bagi masyarakat di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Di Indonesia, beberapa daerah juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok, antara lain, di Madura dan Nusa Tenggara.

Di dunia terdapat enam kelompok kultivar atau varietas jagung yang dikenal hingga sekarang, berdasarkan karakteristik endosperma yang membentuk bulirnya:

  • Indentata (Dent, “gigi-kuda”)
  • Indurata (Flint, “mutiara”)
  • Saccharata (Sweet, “manis”)
  • Everta (Popcorn, “berondong”)
  • Amylacea (Flour corn, “tepung”)
  • Glutinosa (Sticky corn, “ketan”)

Warna bulir jagung ditentukan oleh warna endosperma dan lapisan terluarnya (aleuron), mulai dari putih, kuning, jingga, merah cerah, merah darah, ungu, hingga ungu kehitaman. Satu tongkol jagung dapat memiliki bermacam-macam bulir dengan warna berbeda-beda, karena setiap bulir terbentuk dari penyerbukan yang berasal dari serbuk sari tanaman yang berbeda-beda.

Jagung memiliki beberapa jenis varietas unggul dan dikenal di Indonesia, antara lain: Abimanyu, Arjuna, Bromo, Bastar Kuning, Bima, Genjah Kertas, Harapan, Harapan Baru, Hibrida C 1 (Hibrida Cargil 1), Hibrida IPB 4, Kalingga, Kania Putih, Malin, Metro, Nakula, Pandu, Parikesit, Permadi, Sadewa, Wiyasa, dan Bogor Composite-2.

Jagung varietas unggul itu mempunyai sifat, antara lain, berproduksi tinggi, umur pendek, tahan serangan penyakit utama, dan memiliki sifat-sifat lain yang menguntungkan. Varietas unggul itu dibedakan menjadi dua, yaitu jagung hibrida dan varietas jagung bersari bebas.

Menurut umur jagung dapat dikelompokkan sebagai berikut:

  • Berumur pendek (genjah): 75–90 hari, contoh: Genjah Warangan, Genjah Kertas, Abimanyu dan Arjuna.
  • Berumur sedang (tengahan): 90–120 hari, contoh: Hibrida C 1, Hibrida CP 1 dan CPI 2, Hibrida IPB 4, Hibrida Pioneer 2, Malin,Metro dan Pandu.
  • Berumur panjang: lebih dari 120 hari, contoh: Kania Putih, Bastar, Kuning, Bima, dan Harapan.

KOMPAS/ANGGER PUTRANTO

Asnawi (74) salah satu petani menunjukkan jagung yang disimpan di lumbung yang ada di dapur rumahnya di Lingkungan Papring, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, Kamis (7/5/2020). Jagung yang masih menjadi makanan pokok masyarakat setempat sebagai pangan alternatif selain nasi.

Manfaat Jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu komoditas pangan yang penting di dunia, setelah gandum dan padi. Di Indonesia, jagung merupakan komoditas penting kedua setelah padi/beras. Selain dikonsumsi sebagai bahan pangan, jagung merupakan komponen utama dalam ransum pakan ternak.

Tanaman jagung banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak dari mulai daunnya, batangnya, hingga tongkolnya. Selain dikonsumsi dalam bentuk jagung segar, masyarakat mengkonsumsi biji jagung dalam bentuk tepung yang biasa dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena. Biji jagung juga bisa ekstrak dan diambil minyak jagung untuk minyak goreng yang lebih sehat dibandingkan minyak sawit.

Kandungan per 100 gram biji jagung, yakni 320 kalori yang terdiri dari: Protein 8,28 gr; Lemak 3,90 gr; Karbohidrat 73,7 gr; Kalsium 10 mg; Fosfor 256 mg; Ferrum  2,4 mg; Vitamin A 510 SI; dan Vitamin B1 0,38 mg. Kadar gula sederhana jagung (glukosa, fruktosa, dan sukrosa) berkisar antara 1–3 persen. Sementara itu, protein jagung terdiri atas lima fraksi, yaitu albumin, globulin, prolamin, glutelin, dan nitrogen nonprotein. Selain itu, jagung juga mengandung beragam nutrisi, seperti serat dan beragam antioksidan, termasuk asam fenolat, zeaxanthin, antosianin, dan lutein.

Karena beragam kandungan nutrisinya itu, ada beberapa manfaat jagung bagi kesehatan, antara lain, melancarkan pencernaan. Konsumsi makanan tinggi serat dapat mendorong pertumbuhan bakteri baik di usus, mencegah sembelit, mengurangi risiko terkena wasir, dan menurunkan risiko terjadinya kanker usus besar.

Jagung yang mengandung antioksidan zeaxanthin dan lutein dikenal baik untuk menjaga kesehatan mata. Mengonsumsi jagung dapat mengurangi risiko terjadinya gangguan mata terkait penuaan, seperti degenerasi makula dan katarak.

Jagung juga bermanfaat untuk menjaga kesehatan tulang karena dalam 100 gram mengandung sekitar 500 mg fosfor. Fosfor sendiri merupakan nutrisi yang baik untuk meningkatkan kepadatan serta kekuatan tulang dan gigi.

Kandungan mineral kalium dan magnesium serta antioksidan pada jagung juga baik untuk mengontrol tekanan darah. Oleh karena itu, mengonsumsi jagung secara rutin dapat mencegah penyakit darah tinggi atau hipertensi. Manfaat lainnya mencegah depresi berkat kandungan magnesium yang dapat menjaga kesehatan dan fungsi otak sekaligus menjaga suasana hati.

Tak hanya bermanfaat bagi Kesehatan, tanaman jagung juga bermanfaat bagi ternak. Mayoritas produksi jagung dunia dimanfaatkan untuk pakan ternak. Jagung merupakan pilihan pertama untuk pakan ternak karna memiliki kandungan nutrisi yang sangat tinggi. Biji jagung dapat menjadi bahan utama untuk pakan ternak ayam. Untuk pembuatan pakan ternak sapi, dapat dimanfaatkan daun kering dan batangnya untuk diolah menjadi silase (pakan berkadar air tinggi). Bonggol jagung dapat diolah menjadi pakan ternak yang berprotein tinggi lewat proses fermentasi.

Selain itu, tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Furfural adalah senyawa organik yang banyak dipakai dalam industri pangan, kosmetika, dan obat-obatan. Jagung juga bisa digunakan sebagai bahan pembuatan bioethanol untuk biofuel. Bioetanol dianggap sebagai solusi untuk mengatasi masalah ketergantungan terhadap bahan bakar yang berasal dari energi fosil yang kian menipis persediaannya dan tidak bisa diperbaharui.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Buruh tani membawa jagung setelah mereka panen di Desa Sumberejo, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Selasa (18/5/2021). Dalam sepekan ini harga jagung mengalami kenaikan dari harga Rp 5.200 per kilogram menjadi Rp 5.500 per kilogram. Sebagian besar hasil panen ini untuk memenuhi kebutuhan industri pakan ternak.

Konsumsi Jagung

Masyarakat Indonesia mengkonsumsi jagung dalam dua bentuk, yakni konsumsi jagung basah atau segar dan konsumsi biji jagung. Selama periode tahun 2004 – 2019, konsumsi jagung basah berfluktuatif, namun cenderung mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 18,28 persen setiap tahunnya.

Tahun 2006, konsumsi jagung segar masyarkat Indonesia menurut data Susenas tercatat 0,789 kg per kapita, kemudian meningkat pada tahun 2007 menjadi 2,399 kg per kapita. Selanjutnya tahun 2015, konsumsi jagung segar tercatat 1,512 kg per kapita dan tahun 2019 konsumsi jagung segar meningkat menjadi  2,034 kg per kapita.

Apabila ditinjau dari sisi pengeluaran untuk konsumsi jagung basah bagi penduduk Indonesia. Pada periode 2015 – 2019 secara nominal menunjukkan peningkatan sebesar 12,65 persen, yakni dari Rp7.725 per kapita pada tahun 2015 menjadi Rp11.675 per kapita pada tahun 2019.

Selain konsumsi dalam wujud jagung basah, masyarakat juga mengkonsumsi jagung dalam wujud jagung pipilan atau dalam wujud tepung jagung. Selama periode tahun 2004 –2019, konsumsi per kapita jagung pipilan di Indonesia cenderung mengalami penurunan dengan rata-rata sebesar 5,57 per tahun.

Tahun 2008, konsumsi jagun gipilan tercatat 2,294 kg per kapita. Pada periode berikutnya, konsumsi terus menurun hingga mencapai 0,874 kg per kapita di tahun 2019.

Pengeluaran untuk konsumsi jagung pipilan bagi penduduk Indonesia tahun 2015 – 2019 secara nominal menunjukkan penurunan rata-rata sebesar 2,50 persen, yakni dari Rp5.846 per kapita pada tahun 2015 menjadi Rp5.160 per kapita di tahun 2019.

Selain dikonsumsi masyarakat, konsumsi jagung terbesar justru sebagai pakan ternak. Jagung sangat disukai oleh ternak, karena memenuhi syarat sebagai sumber energi, mudah disimpan, mudah diproduksi secara besar-besaran, mudah digunakan bersama bahan makanan lain, dan merupakan sumber karoten yang baik.

Di Indonesia kebutuhan jagung lebih banyak digunakan untuk pakan ternak, mulai dari kalangan peternak ayam layer (petelur), ayam pedaging, peternak ikan, sampai industri pakan ternak. Kebutuhan jagung sebagai bahan pakan ternak tidak hanya dipengaruhi oleh pertumbuhan industri peternakan, tetapi juga dipengaruhi oleh permintaan hasil peternakan. Selama permintaan susu, daging, telur, ikan dan produk peternakan lainnya masih tinggi, maka dipastikan kebutuhan jagung akan terus meningkat.

Saat ini, kebutuhan jagung nasional untuk pakan, konsumsi, dan industri pangan sebesar 14,37 juta ton per tahun. Sementara kebutuhan bahan baku jagung bagi industri pangan sendiri mencapai sekitar 1,2 juta ton pada 2021 dan diperkirakan meningkat menjadi sekitar 1,5 – 1,6 juta ton pada tahun 2022.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Pekerja menjemur biji jagung di Desa Tambak, Mojosongo, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (14/9/2022). Jagung tersebut dikeringkan dengan cara dijemur selama dua hari dan kemudian digunakan untuk pakan ayam. Sebagian petani mengeluhkan harga jual komoditas itu yang relatif rendah yakni Rp 4.000 per kilogram sementara sejumlah harga kebutuhan pokok mulai merangkak naik pasca-kenaikan harga BBM. Harga jual jagung untuk pakan unggas pernah mencapai Rp 5.500 per kilogram.

Produsen dunia

Jagung juga merupakan sumber bahan pangan yang penting bagi masyarakat dunia setelah gandum dan beras. Berdasarkan data Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), Amerika Serikat menjadi negara produsen terbesar jagung dengan menguasai sepertiga produksi jagung dunia dengan rata-rata produksi mencapai 381,78 juta ton per tahun pada periode 2014–2018.

Selanjutnya Tiongkok berada pada urutan kedua dengan produksi 252,1 juta ton atau 23 persen dari total produksi jagung dunia. Posisi ketiga ditempati Brasil dengan produksi rata-rata mencapai 81,91 juta ton (7 persen). Tiga negara tersebut merupakan produsen jagung terbesar dunia dengan kontribusi kumulatif sebesar 65 persen.

Negara terbesar produsen jagung berikutnya, yakni Argentina yang tiap tahun menghasilan jagung 39,92 juta ton (3,61 persen), disusul Ukraina dengan 28,07 juta ton (2,54 persen), Meksiko 26,23 juta ton (2,37 persen), dan India  sebanyak 25,84 juta ton (2,34 persen).

Sebagai produsen jagung, Indonesia menempati posisi ke-8 dalam daftar negara penghasil jagung terbesar di dunia. Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO) yang dipublikasikan Kementerian Pertanian (Kementan), rata-rata produksi jagung Indonesia 24,27 juta ton atau berkontribusi sebesar 2,19 persen terhadap produksi jagung dunia.

Berikut 10 negara produsen jagung terbesar dunia yang rata-rata produksi per tahun pada periode 2014–2018.

  • Amerika Serikat: 381,78 juta ton (34,52%)
  • Tiongkok: 252,1 juta ton (22,79%)
  • Brasil: 81,91 juta ton (7,41%)
  • Argentina: 39,92 juta ton (3,61%)
  • Ukraine: 28,07 juta ton (2,54%)
  • Meksiko: 26,23 juta ton (2,37%)
  • India: 25,84 juta ton (2,34%)
  • Indonesia: 24,27 juta ton (2,19%)
  • Perancis : 14,22 juta ton (1,29%)
  • Kanada: 13,43 juta ton (1,21%)

Tahun 2022, Departemen Pertanian AS (USDA) memproyeksikan, produksi jagung global tahun 2022/2023 melonjak jadi 1,17 miliar ton atau hampir dua kali lipat dibandingkan produksi tahun sebelumnya. Tahun 2021/2022, USDA mencatat, produksi jagung global mencapai 515,08 juta ton, naik dari periode 2020/2021 yang tercatat sebanyak 509,26 juta ton.

USDA juga memproyeksikan, ekspor jagung global mencapai 183,58 juta ton, melonjak dari tahun 2021/2022 yang mencapai 54,75 juta ton. Sementara ahun 2020/2021, ekspor jagung global tercatat sebanyak 50,92 juta ton.

Berdasarkan estimasi USDA  itu, Amerika Serikat tercatat sebagai negara dengan produksi jagung terbesar dunia, yakni memproduksi jagung 354,19 juta ton dan mengekspor 57,79 juta ton ke sejumlah negara. Negara Paman Sam ini juga mengkonsumsi jagung sebanyak 304,81 juta ton terutama untuk industri peternakan di negara tersebut.

Produsen terbesar berikutnya, yakni China, yang diprediksi memproduksi 274 juta ton pada tahun 2022. Pada tahun yang sama, negara tirai bambu itu mengkonsumi 295 juta ton, sehingga harus mengimpor jagung 18 juta ton untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Brasil tercatat sebagai produsen terbesar ketiga yakni memproduksi 136 juta ton pada tahun 2022. Negara ini diperkirakan mampu mengekspor 47 juta ton jagung dan hanya mengonsumsi 77 juta ton. Sementara Argentina memproduksi 55 juta ton, namun hanya mengonsumsi 14 juta ton, sehingga kelebihan produksinya 41 juta ton di ekspor ke sejumlah negara.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Petani memanen jagung yang sebagian besar terserap untuk industri pakan ternak jagung di Desa Karangsono, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Rabu (10/11/2021). Data dari kementerian Pertanian produksi jagung dari Januari-Desember 2021 mencapai 15,79 juta ton.

Produksi Jagung Indonesia

Di Indonesia, daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung periode 2010–2015 adalah Jawa Timur yang tiap tahun menghasilkan rata-rata 5.301.927 ton jagung pipilan, Jawa Tengah (3.372.459 ton), Jawa Barat (952.826 ton), Sulawesi Selatan (1.592.202 ton), Sulawesi Utara (435.401 ton), Gorontalo (430.043 ton), Lampung (2.014.418 ton), dan Sumatera Utara (1.230.750 ton). Khusus di daerah Jawa Timur, budidaya tanaman jagung dilakukan secara intensif karena kondisi tanah dan iklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhannya.

Sementara berdasarkan penghitungan Kementerian Pertanian, luas tanam jagung nasional pada 2020 mencapai 5,16 juta hektare dengan produksi jagung mencapai mencapai 24,95 juta ton pipilan kering. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, terdapat 10 provinsi di Indonesia sebagai produsen jagung terbesar di Indonesia.

Pertama, Provinsi Jawa Timur, dengan luas panen 1,19 juta ha menghasilkan 5,37 juta ton jagung per tahun. Kemudian Provinsi Jawa Tengah dengan luas panen 614,3 ribu ha menghasilkan 3,18 juta ton jagung per tahun di posisi kedua. Sementara Provinsi Lampung menduduki peringkat ke-3 dengan luas panen 474,9 ribu ha menghasilkan 2,83 juta ton jagung per tahun.

Provinsi Sumatera Utara di posisi ke-4 dengan luas panen 350,6 ribu ha menghasilkan 1,83 juta ton per tahun.  Kemudian Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas panen 377,7 ribu menghasilkan 1,82 juta ton jagung per tahun. Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan luas panen 283 ribu ha menghasilkan 1,66 juta ton jagung per tahun di posisi ke-6.

Berikutnya Provinsi Jawa Barat dengan luas panen 206,7 ribu ha menghasilkan 1,34 juta ton per tahun. Kedelapan, Provinsi Sulawesi Utara dengan luas panen 235,5 ribu ha menghasilkan 0,92 juta ton per tahun. Kesembilan, Provinsi Gorontalo dengan luas panen 212,5 ribu ha menghasilkan 0,91 juta ton per tahun. Terakhir kesepuluh, Provinsi Sumatera Selatan dengan luas panen 137 ribu ha menghasilkan jagung mencapai 0,80 juta ton per tahun.

Jika ditelisik lebih jauh, Jawa Timur sebagai penghasil jagung terbesar nasional dihasilkan dari Kabupaten Tuban dan Jember. Tahun 2018, Tuban menghasilkan tak kurang dari 615.000 ton dan Jember 498.000 ton jagung. Dua daerah itu berkontribusi sekitar 20 persen dari total produksi jagung di Jatim. Sementara di Jawa Tengah sebagai penghasil terbesar kedua dihasilkan dari Kabupaten Grobogan dan Blora yang masing-masing menghasilkan 737.000 ton dan 369.000 ton di tahun 2019.

Sementara menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization/FAO), produksi jagung di Indonesia mencapai 22,5 juta ton pada  2020. Jumlah itu turun 0,38 persen dibandingkan pada tahun sebelumnya sebesar 22,58 juta ton.

Jika dicermati lebih jauh, menurut data FAO, produksi jagung Indonesia cenderung meningkat sejak 2010–2018. Jumlahnya pun mencapai rekor tertingginya sebanyak 30,25 juta ton pada 2018. Hanya saja, produksi jagung di dalam negeri anjlok 25 persen menjadi 22,59 juta ton pada 2019. Jumlah itu pun kembali merosot setahun kemudian.

Sementara data Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat produksi jagung di dalam negeri sebanyak 23 juta ton pada 2021. Produksi itu diperkirakan meningkat menjadi sebanyak 23,1 juta ton sepanjang tahun 2022. Pada tahun 2023, Kementan memperkirakan produksi jagung melonjak hingga mencapai 30 juta ton, dan tahun 2024 menjadi 35,3 juta ton.

Menurut Kementan, peningkatan produksi jagung itu bakal tercapai dengan memanfaatkan lahan kering yang baru dimanfaatkan 19 persen. Selain itu, Kementan menyiapkan sejumlah strategi pengembangan jagung. Beberapa di antaranya adalah perluasan areal tanam, mekanisasi budidaya, penggunaan varietas unggul, serta jaminan sarana prasarana.

Produksi Jagung Indonesia

Tahun Produksi (ton)
2010 18.327.636
2011 17.643.250
2012 19.387.022
2013 18.511.853
2014 19.008.426
2015 19.612.435
2016 23.578.413
2017 28.924.015
2018 30.253.938
2019 22.586.000
2020 22.500.000

Sumber: FAO

Meski produksi cenderung meningkat, namun Indonesia tiap tahun mengimpor jagung untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan menstabilkan harga. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai impor jagung Indonesia mencapai 297,3 juta dollar AS dengan volume 995.999 ton pada 2021.

Berdasarkan nilainya, impor jagung itu mengalami kenaikan 72,2 persen dibandingkan pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 172,65 juta dollar AS. Sementara berdasarkan volumenya, impor jagung ke dalam negeri juga mengalami peningkatan sebesar 15,06 persen dibandingkan tahun 2020 yang tercatat sebanyak 865.653 ton.

Impor jagung terbesar Indonesia berasal dari Argentina sebanyak 610 ribu ton senilai 186,26 juta dollar AS. Kemudian, dari Brasil dan Amerika Serikat masing-masing mencapai 175,8 ribu ton senilai 47,62 juta dollar AS dan 147,57 ribu ton senilai 41,03 juta dollar AS. Indonesia juga mengimpor jagung dari Thailand  sebanyak 32,54 ribu ton atau senilai 12,09 juta dollar AS dan dari Ukraina senilai 9,81 juta dollar AS.

Sementara pada Januari 2022, impor jagung Indonesia tercatat sebanyak 32,57 ribu ton atau  senilai 11,83 juta dollar AS.

Impor Jagung Indonesia

Tahun

Volume

(juta ton)

Nilai (juta dollar AS
2011 3,21 1028
2012 1,7 501,9
2013 3,2 918,9
2014 3,25 810,41
2015 3,27 696,65
2016 1,14 230,92
2017 0,52 114,08
2018 0,74 159,55
2019 1,02 212,69
2020 0,87 172,65
2021 0,99 297,3

Sumber: BPS

KOMPAS/LAKSANA AGUNG SAPUTRA

Presiden Joko Widodo bersama dengan Ibu Iriana Joko Widodo meninjau panen raya di salah satu areal jagung di Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, Jumat (01/03/2019). Ikut mendampingi dari kiri ke kanan adalah isteri Gubernur Gorontalo Idah Syahidah Rusli, Gubernur Gorontalo Rusli Habibie, dan Menteri Pertanian Amran Sulaiman.

Pasang surut harga

Komoditas jagung sangat menentukan nasib perunggasan nasional dalam lima tahun terakhir. Kelangkaan pasokan, lonjakan harga, dan misteri data produksi berulang kerap menyelimuti komoditas ini. Padahal, keberadaannya amat menentukan gerak sektor peternakan unggas.

Fluktuasi harga jagung amat menentukan ongkos produksi serta harga daging dan telur ayam. Para peternak dan industri pakan masih saja diliputi ketidakpastian terkait harga dan ketersediaannya di pasar.

Situasi itu terjadi paruh pertama tahun 2021. Oleh karena pasokannya menipis, harga jagung pakan melonjak dari sekitar Rp4.600 per kilogram (kg) menjadi Rp5.300 per kg dalam beberapa pekan di bulan April 2021. Peternak di sejumlah sentra melaporkan harga jagung yang lebih tinggi, yakni Rp5.500 per kg hingga Rp 5800 per kg, bahkan mendekati Rp6.000 per kg di gudang pabrik pakan.

Kenaikan harga jagung di dalam negeri itu sejalan dengan situasi di pasar dunia. Harga jagung di pasar berjangka Chicago menyentuh 6 dollar AS per gantang (27,2 kg) pada April 2021, tertinggi sejak Juli 2013. Kenaikan harga jagung di pasar internasional itu terjadi akibat permintaan yang kuat dari China serta keterlambatan tanam jagung di AS sebagai produsen terbesar jagung dunia akibat musim dingin berkepanjangan.

Jika ditelesik lebih jauh, pasang surut harga jagung itu sebenarnya tak hanya terjadi tahun 2021. Satu  dasawarsa sebelumnya, harga jagung juga naik turun karena faktor pasokan yang kurang sementara kebutuhan tetap.

Maret 2014, misalnya, harga jagung mencapai Rp4.500 per kilogram atau naik dibanding harga bulan lalu yang hanya Rp3.800 per kg akibat pasokan jagung berkurang karena musim panen telah lewat. Kenaikan harga jagung itu membuat biaya operasional peternak membengkak dan memicu ribuan peternak di Blitar melakukan unjuk rasa menuntut pemerintah menaikkan harga jual ayam pedaging dan telur di atas harga pokok produksi.

Kemudian harga Jagung di tingkat petani sempat turun pada Februari 2018 seiring dengan meluasnya area panen. Di sejumlah sentra, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, dan Nusa Tenggara Barat, harga jagung di tingkat petani dilaporkan berkisar Rp2.500 — Rp3.500 per kilogram (kg). Angka ini turun dibandingkan November — Desember 2017 lalu yang sebagian masih di atas Rp3.800 per kg. 

Harga jagung kembali naik 17,6 persen menjadi Rp5.000 — Rp5.200 per kg pada September–Oktober 2018. Harga jagung naik seiring berkurangnya pasokan dua bulan terakhir. Kenaikan harga jagung berpotensi mendongkrak harga pakan dan produk unggas, khususnya daging dan telur ayam. Sebab, jagung merupakan komponen utama yang mencakup lebih dari separuh komposisi bahan baku pakan. Peternak di Jawa Tengah dan Jawa Timur bahkan sulit mendapatkan jagung, kalaupun ada, harga jagung sekitar Rp5.200 — Rp5.300 per kg.

Untuk menstabilkan harga jagung itu, pemerintah memutuskan impor 50.000–100.000 ton jagung pakan untuk peternak hingga akhir tahun 2018. Impor itu diharapkan menstabilkan harga jagung di tingkat peternak, setidaknya sesuai acuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 96 Tahun 2018, yakni Rp3.150 per kilogram di petani dan Rp4.000 per kg di peternak atau pabrik..

Kelangkaan pasokan jagung kembali terjadi pada September 2019 hingga awal tahun 2020. Harga jagung di tingkat peternak di sentra-sentra peternakan ayam di Jawa Tengah dan Jawa Timur berkisar Rp4.500 — Rp5.000 per kilogram. Padahal, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 96 Tahun 2018, harga penjualan jagung ditetapkan Rp4.000 per kg.

Meski demikian, ketentuan soal harga acuan itu sering tidak berpengaruh menghadapi kuasa pasar yang hanya patuh pada hukum penawaran dan permintaan. Alhasil, harga jagung yang naik turun sejalan fluktuasi pasokan itu terus berulang dan menghantam sektor peternakan nasional lima tahun terakhir. (LITBANG KOMPAS)

Referensi

Buku
  • Profil Komoditas Jagung, Kementerian Perdagangan, 2012
  • Komoditas Jagung, Penulis Subandi, Puslitbang Tanaman Pangan, 1988
Arsip Kompas
  • Harga Jagung Mulai Turun, Kompas, 6 Februari 2018, halaman: 18
  • Peternakan: Harga di Atas Acuan, Jagung Dikeluhkan, Kompas, 7 Jul 2018 Halaman: 17
  • Harga Jagung Naik, Peternak Terdampak, Kompas, 1 September 2018 Halaman: 18
  • Jagung Menekan Peternak, Kompas, 25 September 2018, Halaman: 13
  • Pemerintah Impor Jagung, Kompas, 3 November 2018 Halaman: 18
  • Perunggasan: Buntung oleh Jagung, Kompas, 17 Desember 2018, Halaman: 17
  • Pangan: Daging Ayam Melambung karena Jagung, Kompas, 21 April 2021, Halaman: 11
  • Buntung akibat Jagung, Kompas, 28 Apr 2021, halaman: 9
  • Krisis Ukraina: Harga Pangan Meroket 12 Persen, Kompas, 9 April 2022, Halaman: 4