KOMPAS/AGUS SUSANTO
Rangkaian kereta LRT Jabodebek melintas di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Rabu (26/7/2023). Moda transportasi massal tersebut menurut rencana akan diresmikan pengoperasiannya pada Agustus 2023.
Fakta Singkat
Kereta Lintas Rel Terpadu (LRT)
- Mengacu laporan berjudul “The Global Tram and Light Rail Landscape 2021”, ada 403 kota di seluruh dunia dengan setidaknya satu sistem LRT yang beroperasi.
- Secara total, ada hampir 16.000 kilometer jalur LRT yang beroperasi di seluruh dunia.
- Kota Melbourne, salah satu kota terpadat di Australia, memiliki jaringan LRT terpanjang di dunia, mencapai 250 kilometer.
- Berdasarkan wilayah, Eropa memiliki jaringan LRT terpanjang, yakni 9.129 kilometer.
- Di Indonesia, proyek LRT pertama adalah LRT Palembang. LRT Palembang mulai dibangun pada 2015 dan mulai beroperasi ketika perhelatan Asian Games 2018.
- LRT Jakarta fase pertama mulai dibangun pada 2016 dan mulai beroperasi pada 1 Desember 2019. Rute pertamanya membentang sepanjang 5,8 kilometer, menghubungkan antara Velodrome, Jakarta Timur dan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
- LRT Jabodebek memiliki panjang lintasan 44,43 kilometer (tahap pertama).
Moda transportasi publik di Jakarta terus berkembang dari masa ke masa menyesuaikan kebutuhan mobilitas warga pada kota metropolitan yang semakin padat. Dalam satu dekade terakhir, berbagai terobosan di bidang transportasi publik dilakukan oleh Pemerintah Jakarta untuk memberikan layanan moda transportasi yang dapat diandalkan.
Terobosan terbaru dilakukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan menyediakan kereta Lintas Rel Terpadu yang dalam istilah aslinya Light Rail Transit atau LRT. Kehadirannya semakin melengkapi moda angkutan umum di Jakarta, seperti Bus TransJakarta, KRL Commuter Line, dan MRT Jakarta.
Proses pembangunan LRT Jakarta dimulai tahun 2016 dan jalur pertama layanan LRT Jakarta dioperasikan pada 1 Desember 2019. Rute pertamanya membentang sepanjang 5,8 kilometer, menghubungkan antara Velodrome, Jakarta Timur dan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
KOMPAS/NINA SUSILO
Presiden Joko Widodo menempelkan kartu uang elektronik untuk melintasi gerbang sebelum menaiki LRT dari Stasiun Jatimulya, Bekasi, Kamis (10/8/2023). Dalam uji coba yang berakhir di Stasiun Dukuh Atas, Jakarta, Presiden mengajak belasan artis.
Apa itu LRT?
Light Rail Transit atau Kereta Api Ringan yang kemudian disebut sebagai Lintas Rel Terpadu (LRT) adalah sistem transportasi perkotaan yang beroperasi diatas rel ringan, ditenagai oleh listrik dan dioperasikan pada jalur khusus. LRT yang dikembangkan saat ini berasal dari sistem trem tradisional tetapi didesain ulang untuk berjalan lebih cepat dan membawa lebih banyak penumpang di wilayah perkotaan.
Ringan dalam konteks LRT mengacu pada kapasitas penumpang yang lebih ringan, bukan bobot fisik kendaraan. Merujuk railsystem.net, LRT memiliki kapasitas dan kecepatan lebih rendah daripada sistem kereta api konvensional dan metro, tetapi kapasitas dan kecepatan lebih tinggi daripada sistem trem jalanan tradisional.
LRT dirancang untuk memberikan layanan transportasi yang cepat, andal, dan aman dalam melayani daerah perkotaan dengan kepadatan penduduk sedang hingga tinggi dan menghubungkannya dengan daerah pinggiran kota. Sistem LRT umumnya diintegrasikan dengan moda transportasi lain, seperti bus, kereta bawah tanah, dan lain-lainnya.
Saat ini, LRT telah digunakan di banyak kota di seluruh dunia. Mengacu laporan berjudul “The Global Tram and Light Rail Landscape 2021”, per 31 Desember 2021, terdapat 403 kota di seluruh dunia dengan setidaknya satu sistem LRT yang beroperasi. Secara total, ada hampir 16.000 kilometer jalur LRT yang beroperasi.
Kota Melbourne, salah satu kota terpadat di Australia, memiliki jaringan LRT terpanjang di dunia. Melbourne memiliki jaringan LRT mencapai 250 kilometer. Berdasarkan wilayah, Eropa memiliki jaringan LRT terpanjang. Jaringan LRT di Eropa yang beroperasi memiliki panjang 9.129 kilometer. Pada tahun 2016 hingga 2021, terdapat 624 kilometer jaringan LRT baru yang dibuka di Eropa.
Grafik:
Di Indonesia, proyek LRT pertama adalah LRT Palembang. Pembangunan LRT ini bertujuan untuk menunjang mobilitas warga Palembang dan sekitarnya, termasuk untuk menunjang mobilitas penonton dan atlet pada Pesta Olahraga Asia 2018.
LRT Palembang mulai dibangun pada 2015 dan mulai beroperasi ketika perhelatan Asian Games 2018. LRT Palembang memiliki trase sepanjang 24,5 kilometer, menghubungkan Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II dengan Kompleks Olahraga Jakabaring Palembang.
ANTARA/HAFIDZ MUBARAK A
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) berbincang dengan para artis saat menaiki LRT Jabodebek dari Stasiun Jatimulya menuju Stasiun Dukuh Atas di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (10/8/2023). Presiden Joko Widodo menyatakan LRT Jabodebek akan beroperasi pada 26 Agustus mendatang.
Sejarah LRT Jakarta
Gagasan LRT Jakarta muncul karena kemacetan lalu lintas yang semakin parah di Jakarta. Sebagai kota metropolitan dengan mobilitas yang sangat tinggi, Jakarta membutuhkan moda transportasi yang mampu diandalkan di tengah kepadatan kota. LRT kemudian menjadi salah satu pilihan.
Berdasarkan catatan Kompas, gagasan tersebut sudah muncul sejak awal tahun 1990-an. Dalam Kompas edisi 7 November 1991, Roos D, seorang pengamat transportasi, telah mempertanyakan terkait kemungkinan penggunaan LRT sebagai alternatif untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di Jakarta. Ia menilai LRT lebih andal dan aman dibandingkan bus. Meski lebih mahal investasinya daripada bus, yaitu sampai 1,9 kalinya, LRT berumur 20-30 tahun, lebih awet dibanding bus (“LRT, Generasi Trem Modern”, Kompas, 7 November 1991).
Infografik: Albertus Erwin Susanto
Saat itu, LRT telah menjadi moda alternatif di kota-kota besar dan sedang di Eropa yang dapat mendukung pergerakan warga kota. Berdasarkan Jene’s Urban Transport Systems 1990, ada sekitar 326 sistem LRT diterapkan di kota besar dan menengah di dunia. Di Asia Tenggara, Manila, ibukota Filipina, telah mengoperasikan LRT sejak 1984 sebagai moda transportasi publik.
Sejak itu, pembahasan terkait LRT sebagai alternatif transportasi publik semakin mengemuka. Pada 1993, pemerintah merencanakan untuk membangun suatu sistem angkutan massal cepat di DKI Jakarta. Saat itu, ada dua alternatif pilihan, sistem subway (metro) dengan HRL (Heavy Rail Train), dan sistem triple decker dengan LRT yang dikombinasikan dengan jalan layang tol.
Merujuk Kompas edisi 18 Maret 1996, untuk mengatasi masalah kemacetan lalu lintas di Jakarta, sistem LRT (Light Rail Train) yang dikombinasikan dengan jalan layang tol, dinilai lebih cocok dibandingkan dengan sistem subway atau kereta api bawah tanah. Pembangunan LRT juga lebih murah. Dikemukakan, investasi prasarana subway yang mencapai sekitar 1,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 3,3 triliun juga jauh lebih tinggi ketimbang triple decker yang hanya sekitar 1 miliar dollar AS atau Rp 2,2 triliun (“Menteri PU: Sistem “Triple Decker” Cocok untuk Angkutan Massal Jakarta”, Kompas, 18 Maret 1996)
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Jalur kereta ringan atau LRT di Kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (3/5/2023). LRT Jabodebek (Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi) ditargetkan beroperasi Juli 2023. Uji coba rangkain maupun jalur LRT terus dilakukan.
Proyek triple decker itu rencananya akan terdiri dari jalan tol sepanjang 23,5 km, yang dilengkapi 22 pintu keluar masuk (on off ramp), dan LRT sepanjang 21 km yang dilengkapi 22 stasiun. Kombinasi jalan tol dan LRT akan melintang dari selatan ke utara, dimulai dari Bintaro ke Kota. Jalurnya Bintaro-jalan tol lingkar luar bagian barat-Kebayoran Lama-Putri Hijau flyover-Palmerah-Slipi flyover- Kebonkacang-Stasiun Tanahabang-Kebonsirih-Abdul Muis-Harmoni-Sukarjo- Mangga Besar-Stasiun Kota/Glodok.
Diperkirakan, besar investasi pembangunan jalan tersebut seluruhnya mencapai sekitar Rp 5,8 triliun. Investor megaproyek ini adalah suatu konsorsium perusahaan nasional yang dipimpin oleh kelompok usaha Citra (PT Citra Lamtoro Gung Persada), kelompok usaha di bawah pimpinan anak sulung Presiden Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana.
Rencananya, Pembangunan LRT (light rail transit) yang dikombinasikan dengan jalan tol di atasnya melalui jalan layang tiga tingkat (triple decker) tersebut akan mulai dibangun pada awal tahun 1997 dan diharapkan selesai pada 2001. Namun, akibat situasi moneter yang kurang menguntungkan saat itu, megaproyek tersebut gagal terwujud.
Pada 2014, gagasan membangun LRT kembali bergulir. Dalam Kompas edisi 10 Juni 2014, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta M Akbar mengatakan, moda angkutan massal
light rail transit (LRT) diperlukan untuk mempermudah mobilitas warga. Angkutan ini disiapkan untuk melengkapi moda yang sudah ada.
Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama juga menyampaikan pandangan serupa. Menurutnya, pembangunan LRT sangat memungkinkan direalisasikan di Jakarta. Pusat-pusat bisnis membutuhkan jaringan transportasi yang baik agar mobilitas warga tidak terganggu. LRT pun dianggap dapat menjadi pengganti moda angkutan monorel yang masa depannya belum jelas. Daya angkutnya juga lebih besar ketimbang monorel atau bus (“DKI Siapkan Moda Baru”, Kompas, 10 Juni 2014)
LRT direncanakan akan dikembangkan dalam bentuk layang. Dengan begitu, LRT tak membutuhkan banyak lahan dan memungkinkan dibangun di antara gedung dengan lahan sempit. Adapun pembiayaannya dikembangkan dengan konsep public private partnership. Maksudnya ada keterlibatan badan usaha milik daerah dan swasta.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Jajaran rangkaian kereta LRT Jabodebek diparkir di area stabling di depo LRT Jabodebek, Jati Mulya, Bekasi Timur, Jawa Barat, Kamis (6/7/2023). LRT Jabodebek akan melakukan uji coba dengan penumpang secara terbatas atau soft launching pada 12 Juli 2023 dan pada 18 Agustus 2023 akan dioperasikan berbayar. LRT Jabodebek memiliki 6 kereta atau gerbong. Adapun kapasitasnya sekitar 1.308 penumpang dimana 174 penumpang duduk dan sisanya berdiri.
Sebagai tindak lanjut, pada Januari 2015, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengadakan pertemuan dengan mengundang sejumlah pengembang swasta dan BUMD di Balai Kota Jakarta untuk mengajak pengembang properti untuk ikut membangun jaringan kereta ringan tersebut. Mereka, antara lain, dari dua BUMD, yakni PT Pembangunan Jaya dan PT Jakarta Propertindo, serta beberapa pengembang properti swasta, seperti Agung Podomoro, Pakuwon, Intiland, Summarecon, Agung Sedayu, Lippo, Jakarta International Expo, dan Duta Pertiwi (“DKI Rangkul Pengembang”, Kompas, 23 Januari 2015).
Para pengembang pun memberikan respon yang positif. Mereka menilai, selain menambah pilihan sarana transportasi bagi warga, keberadaan jaringan kereta ringan (light rail transit/LRT) itu juga bisa mendongkrak nilai properti mereka.
Pada 2 September 2015, terbit Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2015 tentang Percepatan Pembangunan LRT di Wilayah DKI Jakarta. Pemprov DKI Jakarta kemudian menunjuk PT Jakarta Propertindo (Jakpro), badan usaha milik daerah DKI Jakarta, sebagai pelaksana pembangunan LRT khusus jalur Jakarta.
Pada 22 Juni 2016, bertepatan dengan ulang tahun ke-489 DKI Jakarta, Pemprov DKI Jakarta memulai pemasangan tiang pertama atau groundbreaking pembangunan LRT fase pertama dengan rute Kelapa Gading-Velodrome yang terbentang sejauh sekitar 5,8 kilometer. Kemudian pada Desember 2016, PT Jakpro menunjuk PT Wijaya Karya (Wika), yang menggandeng perusahaan asal Korea Selatan, Korea Railway Network Authority, sebagai kontraktor pembangunan LRT.
Pada Januari 2017, pekerjaan konstruksi utama pun dimulai. Pembangunannya ditargetkan selesai pada Agustus 2018, dan sudah dapat beroperasi penuh pada perhelatan Asian Games 2018 yang digelar 18 Agustus hingga 2 September.
Namun, target tersebut tidak tercapai. Alih-alih beroperasi penuh, LRT Jakarta hanya diuji coba terbatas selama Asian Games 2018. LRT Jakarta baru mulai beroperasi pada 1 Desember 2019 setelah melewati beberapa uji coba pada Agustus 2018, Maret 2019, dan Juni 2019.
Total biaya pembangunan LRT Jakarta fase pertama ini menelan hingga Rp6,8 triliun yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemprov DKI Jakarta.
LRT Jakarta memiliki enam stasiun, yakni Velodrome, Equestrian, Pulomas, Bolevard Selatan, Boulevard Utara, dan Pegangsaan Dua. Waktu tempuh antara Stasiun Velodrome, Jakarta Timur dan Stasiun Kelapa Gading, Jakarta Utara kurang lebih 15 menit. Adapun tarifnya, ditetapkan sebesar Rp 5.000 untuk satu kali perjalanan, berlaku sama untuk jarak jauh maupun dekat semua stasiun.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Moda lintas rel terpadu atau light rail transit (LRT) Jabodebek bersiap masuk Stasiun Dukuh Atas, Jakarta, Kamis (6/7/2023). LRT Jabodebek akan melakukan uji coba dengan penumpang secara terbatas atau soft launching pada 12 Juli 2023 dan pada 18 Agustus 2023 akan dioperasikan berbayar. LRT Jabodebek memiliki 6 kereta atau gerbong. Adapun kapasitasnya sekitar 1.308 penumpang dimana 174 penumpang duduk dan sisanya berdiri.
Spesifikasi LRT Jakarta
Merujuk laman lrtjakarta.co.id, kereta LRT Jakarta merupakan buatan Hyundai Rotem, Korea Selatan. LRT buatan Hyundai diklaim memiliki kelebihan yakni menggunakan sistem articulated bogie, yang merupakan salah satu teknologi pertama kali diterapkan pada moda transportasi perkeretaapian di area Jakarta, yang memungkinkan kereta dapat melaju dengan aman dan luwes pada tikungan tajam hingga radius 40 meter.
LRT Jakarta tersebut mampu beroperasi dengan sistem kendali jarak jauh, artinya tidak membutuhkan masinis. Kecepatan maksimalnya, mampu melaju sampai dengan 90 km/jam, dengan kecepatan rata-rata operasional sekitar 50 km/jam.
LRT Jakarta menggunakan tenaga listrik sebesar 750 volt, dengan sistem third rail. Thrid rail ini ditandai dengan adanya tambahan rel konduktor di lintasan rel. Dengan sistem yang dimaksud, aliran listrik disalurkan melalui rel ketiga yang terhubung ke bagian bawah kereta sehingga tidak ada rangkaian kabel yang menjuntai.
Satu rangkaian kereta berisi 40 tempat duduk, dan dapat menampung setidaknya 230 penumpang berdiri sehingga total kapasitas angkut mencapai 270 penumpang. Rangkaian gerbong LRT memiliki lebar gandar 1.435 mm yang biasa disebut standard gauge sebagai aturan baku di perkeretaapian berkelas dunia. Kereta didominasi warna putih dengan tambahan aksen berwarna merah dan hitam yang terlihat di body kereta.
Saat ini LRT Jakarta memiliki 8 trainset. Dengan rincian 6 trainset beroperasi melayani masyarakat dan 2 akan menjadi cadangan. Setiap Trainsetnya terdiri dari 2 kereta yang terkoneksi. Besar anggaran yang dikelaurkan untuk pengadaan dari 16 unit kereta sendiri mencapai 32 juta dolar AS, dimana harga tersebut sudah termasuk kelengkapan lainnya seperti pemeliharaan dan suku cadang.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Train attendant mencoba menjalankan kereta LRT pada simulator di depo LRT Jabodebek, Jati Mulya, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (6/7/2023). LRT Jabodebek akan melakukan uji coba dengan penumpang secara terbatas atau soft launching pada 12 Juli 2023 dan pada 18 Agustus 2023 akan dioperasikan berbayar. LRT Jabodebek memiliki 6 kereta atau gerbong. Adapun kapasitasnya sekitar 1.308 penumpang dimana 174 penumpang duduk dan sisanya berdiri.
LRT Fase 1B
Setelah fase 1 sudah berhasil beroperasi pada akhir tahun 2019. Saat ini, Pemprov DKI Jakarta tengah bersiap untuk melanjutkan pembangunan LRT Jakarta Fase 1B. Sebagai kelanjutan dari LRT Jakarta Fase 1, LRT Jakarta Fase 1B akan menghubungkan antara Stasiun Velodrome dan Stasiun Manggarai.
Panjang trase fase 1B mencapai 6,4 kilometer, dengan 5 stasiun, yaitu Stasiun Pemuda, Stasiun BPKP, Stasiun Pasar Pramuka, Stasiun Matraman, dan juga di Manggarai. Dengan demikian, nantinya panjang rute fase 1 dan 1B akan mencapai 12,2 kilometer dengan 11 stasiun.
Saat ini, proyek LRT Jakarta 1B tengah dalam proses tender dan persiapan konstruksi. Peresmian untuk peletakan batu pertama atau groundbreaking pembangunan LRT Jakarta Fase 1B rencananya akan dilakukan pada Agustus 2023.
Pembangunan konstruksi akan dikerjakan secara bertahap. Konstruksi fisik LRT Jakarta ditargetkan akan sampai Pramuka pada 2024. Kemudian pembangunan berikutnya melanjutkan dari Pramuka ke Manggarai.
Terkait dengan hal tersebut, Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyatakan, konstruksi lanjutan dari perempatan Pramuka sampai Manggarai perlu perhatian khusus karena banyak fasilitas sarana dan prasarana yang yang harus dihitung dengan ketat.
Sementara itu, Asisten Perekonomian dan Keuangan Sekda Provinsi DKI Jakarta, Sri Haryati menyatakan, dengan pembangunan bertahap, uji coba parsial ditargetkan dilakukan pada September 2024. Kemudian uji coba operasional terbatas pada Juni 2026.Adapun total kebutuhan pendanaan untuk LRT Jakarta 1B diperkirakan mencapai 5,5 triliun.
Proyek akan didanai APBD DKI. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) DKI Jakarta Michael Rolandi Cesnanta Brata menjelaskan, pada APBD murni 2023 sudah dialokasikan Rp 916 miliar. Lalu, Pemprov DKI Jakarta akan mengusulkan tambahan PMD bagi LRT Jakarta Fase 1B dalam Rancangan APBD Perubahan 2023. Sisa keperluan pendanaan, akan diusulkan dalam Rancangan APBD 2024 dan APBD 2025 (“Proyek LRT Jakarta 1B Sekitar Rp 5,5 Triliun Didanai APBD DKI”, Kompas, 4 Agustus 2023).
KOMPAS/ADRYAN YOGA PARAMADWYA
Petugas mengawasi uji coba operasional LRT Jabodebek menuju Stasiun LRT Dukuh Atas, Jakarta, Rabu (12/7/2023). Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menguji coba operasional secara terbatas LRT Jabodebek dari Stasiun Harjamukti menuju Stasiun Dukuh Atas. Uji coba yang berlangsung pada 12 Juli hingga 15 Agustus 2023 tersebut merupakan bagian dari rangkaian pengujian kesiapan sarana, prasarana, dan sumber daya manusia sebelum LRT Jabodebek diresmikan Presiden Joko Widodo pada 18 Agustus 2023.
Perbedaan LRT Jakarta dan LRT Jabodebek
Saat ini, ada dua sistem LRT yang ada di Jakarta, yakni LRT Jakarta, yang telah beroperasi sejak 1 Desember 2019 dan LRT Jabodebek, yang akan segera dioperasikan pada tahun ini. Keduanya didedikasikan sebagai moda transportasi publik modern. Meski demikian, terdapat beberapa perbedaan di antara keduanya, seperti tujuan, kontraktor, rute, pengelola, dan armada.
- Tujuan
LRT Jakarta berujuan untuk mengatasi kemacetan yang terjadi Jakarta. Menjadi solusi mobilitas publik yang nyaman dan aman bagi warga Jakarta. Selain itu, Sebagai transportasi rendah karbon dan ramah lingkungan, LRT Jakarta menjadi salah satu moda transportasi untuk menekan emisi karbon di Jakarta.
Sementara itu, LRT Jabodebek dibangun untuk mengurangi kepadatan kendaraan yang masuk Jakarta darikota-kota satelit disekitarnya. Mengurai kemacetan parah di Jalan Tol Jakarta Cikampek, serta Jalan Tol Jagorawi dengan menawarkan moda transportasi umum yang aman, nyaman dan terjangkau sehingga dapat memicu pengendara kendaraan pribadi beralih ke moda transportasi umum.
Grafik:
- Kontraktor
LRT Jakarta dibangun oleh PT Wijaya Karya (Wika) yang ditunjuk oleh PT Jakpro. PT Jakpro merupakan badan usaha milik daerah DKI Jakarta yang ditugas oleh Pemprov DKI Jakarta untuk menggarap proyek LRT Jakarta melalui Peraturan Gubernur Nomor 213 Tahun 2015 tentang Percepatan Pembangunan Prasarana Kereta Ringan.
Pembangunan LRT Jakarta dimulai pada 22 Juni 2016, bertepatan dengan ulang tahun ke-489 DKI Jakarta. Dan, mulai beroperasi untuk umum 1 Desember 2019.
Sedangkan untuk LRT Jabodebek, merujuk laman lrtjabodebek.adhi.co.id, berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2015 beserta perubahannya tentang pembangunan prasarana Kereta Api Ringan/ Light Rail Transit terintegrasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi, pemerintah menunjuk PT Adhi Karya sebagai kontraktor LRT Jabodebek.
Dalam Perpres disebutkan, bahwa PT Adhi Karya membangun prasarana Kereta Api Ringan sebanyak 6 Lintas Pelayanan mulai dari Cawang, Cibubur, Dukuh Atas dan Bekasi Timur hingga Senayan, Bogor dan Grogol. Namun, seiring dengan pembaruan Perpres Nomor 65 Tahun 2016 sebagai perubahan terhadap Perpres Nomor 98 Tahun 2015, PT Adhi Karya juga ditugaskan untuk mengerjakan tidak hanya membangun prasarana tetapi juga mencakup depo, konstruksi jalur layang, stasiun dan fasilitas operasi.
Pekerjaan pembangunan LRT Jabodebek dimulai pada 2015. Ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Presiden Joko Widodo di Gerbang Tol Taman Mini, Jakarta Timur, pada 9 September 2015. LRT Jabodebek dijadwalkan akan beroperasi untuk umum pada Agustus 2023.
Infografik: Albertus Erwin Susanto
- Rute
Seperti namanya, LRT Jakarta melayani rute dalam kota Jakarta. Saat ini, LRT Jakarta baru memiliki 1 rute yang beroperasi, yakni Pegansaan Dua – Boulevard Utara – Boulevard Selatan – Pulomas – Equestrian – Velodrome. Keenam stasiun ini memiliki jarak tempuh 5.8 KM atau sekitar 13-15 menit.
Sedangkan LRT Jabodebek melewati wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi. Jika kelak beroperasi pada Agustus 2023 mendatang, merujuk akun resmi Instagram LRT Jabodebek @lrt_jabodebek, LRT Jabodebek bakal memiliki 18 stasiun dengan dua lintas perjalanan, yakni lintas Cibubur dan lintas Bekasi. Secara keseluruhan lintasan layanan LRT Jabodebek total memiliki panjang 44,43 kilometer.
Lintas Cibubur akan melewati Stasiun LRT Dukuh Atas – Setiabudi Stasiun – Rasuna Said – Kuningan – Pancoran – Cikoko – Ciliwung – Cawang – TMII – Kampung Rambutan – Ciracas – Harjamukti.
Sementara Lintas Bekasi akan melewati Stasiun LRT Dukuh Atas – Setiabudi – Rasuna Said – Kuningan – Pancoran – Cikoko – Ciliwung – Cawang – Halim – Jati Bening Baru – Cikunir 1 – Cikunir 2 – Bekasi Barat – Jati Mulya.
- Pengelola
LRT Jakarta dikelola oleh PT LRT Jakarta yang merupakan anak usaha dari Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Jakarta Propertindo (Jakpro). Sedangkan LRT Jabodebek dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia (PT. KAI).
- Armada
Armada LRT Jakarta untuk Fase I menggunakan kereta yang diproduksi oleh Hyundai Rotem, perusahaan asal Korea Selatan. Satu kereta LRT Jakarta mampu menampung hingga 135 penumpang, sementara satu rangkaian atau satu trainset dapat menampung hingga 270 penumpang baik yang duduk maupun yang berdiri.
Sementara, LRT Jabodebek menggunakan kereta produksi dalam negeri, yaitu PT INKA. Setiap kereta dapat mengangkut maksimal 180 penumpang atau 1480 penumpang dalam satu rangkaian keseluruhan. (LITBANG KOMPAS)
Referensi
- “The Global Tram and Light Rail Landscape 2019-2021”, diakses dari uitp.org
- “LRT Jakarta Laporan Tahunan 2021”, diakses dari lrtjakarta.co.id
- “LRT Jakarta Laporan Tahunan 2022”, diakses dari lrtjakarta.co.id
- “LRT, Generasi Trem Modern”, Kompas, 7 November 1991.
- “Proyek Jalan “Double Decker” Mulai Tahun 1997”, Kompas, 16 Desember 1995.
- “Menteri PU: Sistem “Triple Decker” Cocok untuk Angkutan Massal Jakarta”, Kompas, 18 Maret 1996
- “Awal 1997, Pembangunan Jalan Layang Tiga Tingkat”, Kompas, 26 Desember 1996.
- “Kegiatan Fisik Dimulai 21 April: Pembangunan “Triple Decker” Diharapkan Selesai tahun 2001”, Kompas, 03 Februari 1997.
- “Kereta Layang dari Bintaro ke Kota”, Kompas, 7 Maret 1997.
- “Pembangunan Jalan Layang Susun Tiga Dimulai 21 April”, Kompas, 15 April 1997.
- “DKI Siapkan Moda Baru”, Kompas, 10 Juni 2014.
- “DKI Rangkul Pengembang”, Kompas, 23 Januari 2015.
- “Tender LRT Jakarta Masih Berlangsug, Presiden RI akan Lakukan Peletakan Batu Pertama di Agustus”, Kompas, 27 Juli 2023.
- “Dibangun Bertahap, Konstruksi LRT Jakarta 1B sampai Pramuka pada 2024”, Kompas, 20 Juli 2023.
- “Proyek LRT Jakarta 1B Sekitar Rp 5,5 Triliun Didanai APBD DKI”, Kompas, 4 Agustus 2023.
Artikel terkait