Kronologi | Sumpah Pemuda

Organisasi Pemuda Indonesia, Sumbu Pemersatu Bangsa

Jauh sebelum republik ini berdiri pada 1945, para pemuda telah memberi ruang kebebasan bagi tumbuhnya keunikan-keunikan suku Nusantara melalui organisasi pemuda.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Penari memeriahkan pawai Gelora Sumpah Pemuda 2009 di Alun-alun Utara Yogyakarta. Pawai dengan sekitar 3.000 peserta dari kalangan pelajar, mahasiswa, dan perwakilan berbagai elemen masyarakat itu mengajak kaum muda agar giat meningkatkan prestasi berlandaskan semangat Sumpah Pemuda.

Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah air Indonesia.

Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Jika mencermati tiga kalimat yang diikrarkan kaum muda pada 28 Oktober 1928 di Batavia itu, rumusan Sumpah Pemuda ternyata telah benar-benar disiapkan untuk menciptakan realitas keindonesiaan yang beragam.

Jauh sebelum republik ini berdiri pada 1945, para jong telah memberi ruang kebebasan bagi tumbuhnya keunikan-keunikan suku Nusantara. Kaum muda tersebut antara lain dari Jong Java, Jong Soematranen Bond, Jong Bataks Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Celebes, Jong Ambon, Sekar Roekoen (pemuda Sunda), dan Pemoeda Kaoem Betawi.

Jika ditarik jauh ke belakang, Indonesia tidak bisa menghindar dari pluralisme atau keberagaman. Indonesia sejak dahulu kala telah memiliki dimensi arkeologis yang sangat kompleks. Letak geografis yang luas dan strategis di antara Benua Asia dan Oseania menjadikan negeri ini sebagai kawasan silang budaya.

Karena itulah, banyak nilai budaya Indonesia yang telah muncul sejak masa lampau, mulai dari keuletan, ketangguhan, keberanian, semangat gotong royong, keterbukaan menerima pengaruh luar, hingga multikulturalisme. Nilai-nilai tersebut akhirnya dipadukan dalam satu ideologi Pancasila.

Sangat beralasan jika para jong dari banyak daerah Nusantara pada 28 Oktober 1928 akhirnya berkumpul dan berikhtiar bersama untuk mewujudkan imajinasi keindonesiaan yang beragam. Akhirnya, Hari Sumpah Pemuda yang setiap tahun dirayakan benar-benar bukan sekadar selebrasi, melainkan ajakan untuk kembali menghayati semangat awal membentuk sebuah bangsa yang beragam.

Berikut adalah rekam jejak sejumlah organisasi pemuda dalam mewujudkan Indonesia merdeka yang bersatu.

22 Desember 1908

Perhimpunan Indonesia pertama kali digagas oleh Sutan Kasayangan Soripada sebagai perhimpunan pelajar Indonesia di Belanda dengan nama Perhimpunan Hindia (Indische Vereeniging). Pada tahun 1922, nama tersebut diganti menjadi Indonesische Vereeniging. Dalam Rapat Umum yang diadakan 1 Maret 1924, Nazir Datoek Pamoentjak membacakan pernyataan, bahwa hanya persatuan Indonesia yang mampu melawan penjajahan dan sikap non kooperasi harus menjadi basis perjuangan rakyat Indonesia. Pada masa kepengurusan Soekiman Wiriosandjojo, nama tersebut diganti kembali menjadi Perhimpunan Indonesia pada 8 Februari 1925. Organisasi ini menerbitkan majalah dengan nama Hindia Putera.

7 Maret 1915

Tri Koro Dharmo berdiri. Organisasi ini berganti nama menjadi Jong Java pada Kongres ke-1 di Solo 1918. Hingga kongres ke-5, organisasi ini memiliki tujuan mempersiapkan anggotanya untuk pembentukan Jawa Raya dan memupuk kesadaran untuk bersatu demi mencapai Indonesia Merdeka.

2 Desember 1917

Kaum muda dari Sumatera mendirikan Jong Sumatranen Bond. Organisasi ini bertujuan untuk memperkokoh ikatan di antara pelajar asal Sumatera dan menanamkan kesadaran sebagai pemimpin. Terdapat pula usaha untuk membangkitkan perhatian untuk mempelajari budaya Sumatera.

1918

  • Para pemuda dari Maluku mendirikan Jong Ambon. Bersama dengan tokoh seperti J Leimena, Jong Ambon berupaya untuk mempererat rasa persatuan sesama pemuda asal Maluku dan memajukan kebudayaan Maluku.
  • Jong Bataks Bond didirikan dengan tujuan untuk memperkuat tali persatuan antara pemuda Sumatera Utara.
  • Jong Minahasa didirikan sebagai forum untuk mempererat rasa persatuan.

11 Juni 1924

  • Indonesisch Studieclub didirikan di Surabaya. Perkumpulan ini bertujuan menyadarkan kaum terpelajar agar memiliki kewajiban kepada masyarakat dan memperdalam pengetahuan sosial politik Hindia Belanda. Salah satu tokohnya adalah Dr Soetomo, yang pernah menjadi ketua Perhimpunan Indonesia (Indische Vereeniging). Perkumpulan ini selanjutnya berubah menjadi partai Persatuan Bangsa Indonesia (PBI).
  • Algemene Studieclub didirikan dengan semangat membangun kesadaran kaum muda terhadap persoalan bangsa, tetapi dengan asas perjungan non-kooperasi. Kelompok yang berkedudukan di Bandung ini memiliki tokoh-tokoh seperti Soekarno dan Anwari. Kelompok ini kemudian bertransformasi menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI).

1925

Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) berdiri. Organisasi ini beranggotakan mahasiswa yang sedang menempuh sekolah tinggi di Jakarta dan Bandung, seperti Rechtshoge School, Medische Hogeschool, Technische Hogeschool. PPPI bergerak dengan militansi di bidang pergerakan pemuda, sosial, dan politik.Tujuan PPPI adalah kemerdekaan Indonesia. Oleh karenanya anggotanya pun dididik untuk menjadi pemimpin rakyat.

Suasana Kongres Pemuda/KNPI di Balai Sidang Senayan (31/10/1978). KOMPAS/MAMAK SUTAMAT

Januari 1926

Jong Islamieten Bond didirikan dan menjadi wadah untuk memperluas dan memajukan agama Islam, memperkokoh hubungan antara kaum terpelajar beragama Islam, serta hidup secara Islam.

1927

  • Pemuda Kaum Betawi berdiri dengan harapan memajukan pemuda-pemudi Betawi. Orginisasi ini didirikan karena sampai akhir tahun 1926 belum terdapat wadah khusus bagi pemuda Betawi. Meskipun memiliki nama Pemuda Kaum Betawi, banyak anggota dan pengurus yang bukanlah “Betawi asli”. Secara terbuka, Pemuda Kaum Betawi memberikan kesempatan pada semua “Pemuda Indonesia” untuk bergabung.
  • Bernama awal Jong Indonesia, Pemuda Indonesia didirikan pada 20 Februari 1927 oleh pemuda dari Bandung. Organisasi ini dibentuk dengan dasar kebangsaan nasional Indonesia yang berazaskan kesatuan. Tujuannya adalah memperluas dan memperkuat ide persatuan Indonesia di kalangan bangsa Indonesia. Pada Kongres I, 28 Desember 1927, para pemuda kemudian memutuskan menggunakan nama Pemuda Indonesia dan bahasa Indonesia-Melayu sebagai Bahasa bersama.

Dra Ny. Jo Masdani, seorang Angkatan ’45 disaksikan para pelaku Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, diantaranya Prof Soenario (kiri berkopiah), membuka selubung papan meresmikan Gedung Sumpah Pemuda Jl Kramat Raya No 106 (28/10/1980). KOMPAS/DUDY SUDIBYO

Referensi

Arsip Kompas :

“Sumpah Pemuda : Ikrar Nasionalisme Pemuda” Kompas, 28 Oktober 2014 hal 44.

Buku :

Anonim. 1974. 25 Tahun Sumpah Pemuda. Jakarta : Yayasan Gedung-Gedung Bersejarah.