Kronologi | Sumpah Pemuda

Ragam Aksi Pemuda Melawan Pandemi Covid-19

Melalui Jajak Pendapat Litbang Kompas, responden menilai muda-mudi Indonesia memiliki kepedulian dalam mencegah penyebaran Covid-19. Apa saja aksi nyata mereka?

KOMPAS/Laraswati Ariadne Anwar

Aisyah Zuhudi, Yolawati Arifin, dan Fakhri Aditya Putra (dari kiri ke kanan) adalah tiga mahasiswa yang membantu para orang tua di Tangerang Selatan mendaftar penerimaan peserta didik baru untuk SMP negeri. Mereka ditemui ketika melakukan pendampingan daring dari rumah Fakhri di Pondok Kacang, Tangerang Selatan, Selasa (16/6/2020).

Artikel Kompas berjudul “Barometro: Dualisme Peran Pemuda dalam Penanganan Covid-19” yang terbit pada tanggal 26 Oktober 2020 lalu memaparkan data yang menunjukkan kaum muda Indonesia peduli dalam menghadapi pandemi Covid-19. Hasil tersebut diperoleh melalui Jajak Pendapat Kompas melalui sambungan telepon yang dilakukan pada tanggal 14–16 Oktober 2020. 

Penelitian tersebut menunjukkan dua pertiga dari 529 responden menilai pemuda Indonesia memiliki kepedulian dalam mencegah penyebaran Covid-19. Bentuk partisipasi yang diberikan pemuda beragam, mulai dari pembagian bantuan, menyosialisasikan pencegahan Covid-19, dan menjaga lingkungan selama pembatasan sosial berskala besar. 

Aisyah (20), Yolawati (20), dan Fakhri (20) menjadi contoh. Mereka merupakan tiga mahasiswa yang melakukan aksi nyata dalam membantu para orang tua dan wali murid yang kesulitan melakukan pendaftaran penerimaan peserta didik baru (PPDB) khusus SMP negeri di wilayah Tangerang Selatan Juni lalu. ”Enggak cuma ngasih petunjuk PPDB, kami juga jadi tempat curhat orang tua,” kata Yola. Para mahasiswa ini juga berperan penting mencegah penularan Covid-19 karena orang tua tak perlu berkerumun di sekolah karena bingung mekanisme PPDB daring. Kisah ini tertulis dalam artikel Kompas berjudul “Mereka Sukarela Membantu Warga Ikut PPDB” yang terbit pada tanggal 24 Juni 2020 halaman C.

Kisah muda-mudi memerangi Covid-19 dari Aisyah, Yolawati, dan Fakhri merupakan satu dari beragam kisah muda-mudi Indonesia yang namanya menjadi bagian dari pemberitaan Kompas dari bulan Maret hingga saat ini. Berikut merupakan indeks artikel terkait aksi nyata kaum muda Indonesia dalam memerangi Covid-19 yang berhasil dirangkum Arsip Kompas.

  • RR Ayu Maulida Putri

KOMPAS/Hendra A Setyawan

Berbuat baik kepada orang lain dengan sukarela bisa menimbulkan ketagihan. Itulah yang dialami Puteri Indonesia 2020 Rr Ayu Maulida Putri (23). Puteri Indonesia asal Jawa Timur yang akrab disapa Ayuma ini merasa makin bersyukur dan menemukan makna hidup ketika dia bisa berbagi. Sebagai Puteri Indonesia, Ayuma juga banyak berkegiatan sosial di masa pandemi Covid-19 ini.

Sumber: rubrik Nama & Peristiwa: “RR Ayu Maulida Putri – Berbuat Baik” (Kompas, 14 Oktober 2020 halaman 16)

  • Bima Prasetyo Adi

Sejak Maret 2020, kegiatan belajar di Sekolah Bersama Yuk atau Sebersy yang Bima (29) jalankan dari tahun 2010, nyaris tak ada karena pandemi Covid-19. Namun, Bima tak berputus asa. ”Saat ini, kami sedang menyiapkan bahan pembelajaran secara daring. Tetapi, bukan dengan pertemuan virtual karena kuota internet anak-anak yang terbatas. Jadi, kami memberikan lewat Google Classroom,” kata Bima.

Sumber: rubrik Sosok: “Bima Prasetyo Adi – Memutus Rantai Pendidikan Rendah” (Kompas, 2 Oktober 2020 halaman 16)

  • Maria Rosalinda Buran Lengari

Maria, pemuda dari Lembata, NTT,  menunjukkan aksi peduli lingkungan. Dia terlibat dalam penelitian penyulingan air laut. Maria prihatin melihat masyarakat Lembata yang selalu kekurangan air. Kesempatan penelitian datang ketika ada bantuan dana dari Plan Indonesia. Meski hasil penyulingan belum bisa dikonsumsi, Maria optimistis inovasi yang dilakukan bersama tim itu bisa digunakan untuk cuci tangan pada saat pandemi Covid-19 ini.

Sumber: “Anak Muda Peduli Lingkungan” (Kompas, 30 Agustus 2020 halaman B)

  • Taufan Teguh Akbari

Pendiri Rumah Millennials, Taufan Teguh Akbari (35), menularkan semangat cinta Tanah Air dengan menggelar webinar seputar kepemudaan dan komunitas. Pandemi Covid-19 mendorong dirinya untuk terus bergerak. Dia merogoh kocek sendiri untuk menyediakan ruang diskusi melalui Zoom berbayar. Menurut Taufan, Rumah Millennials ingin memperkuat gerakan anak-anak muda Indonesia yang bersumbangsih baik bagi bangsa agar dampaknya semakin kuat.

Sumber: “Bergerak untuk Kepedulian Bangsa” (Kompas, 19 Agustus 2020 halaman 13)

  • Komunitas Wartawan Lintas Media

Ketika banyak murid dari keluarga miskin tak dapat mengikuti sistem pembelajaran jarak jauh karena tidak punya gawai, sejumlah wartawan muda dalam komunitas Wartawan Lintas Media bergerak mengumpulkan telepon pintar bekas untuk mereka. Gerakan yang bergema di medsos dengan tagar #PonselPintarUntukPelajar itu memicu antusiasme masyarakat untuk menyumbangkan telepon pintar mereka. Hasilnya, dalam waktu singkat terkumpul 200-an telepon pintar bekas dan baru.

Sumber: “Aksi Solidaritas Kaum Muda * Wajah Solidaritas” (Kompas, 16 Agustus 2020 halaman 6)

  • Dimas Jayasrana

Ia kecewa menemukan banyak berita tentang melencengnya penyaluran bahan kebutuhan pokok untuk orang-orang yang terancam kekurangan pangan akibat pandemi. Dimas pun bergerak melalui aksi Lumbung Pangan sejak 24 April lalu. Ia mengumpulkan bahan pangan di warung mi instannya dan membagikannya kepada warga yang kekurangan makanan. Aksi ini ternyata menginspirasi orang lain, termasuk pedagang di pasar, untuk ikut berbagi.

Sumber: “Aksi Solidaritas Kaum Muda * Wajah Solidaritas” (Kompas, 16 Agustus 2020 halaman 6)

  • Masyarakat Anti Fitnah Indonesia

Saat ini, ada sekitar 70.000 anggota Mafindo di seluruh Indonesia. Ketua Presidium Mafindo Septiaji Eko Nugroho mengatakan, hoaks dan ujaran kebencian merupakan ancaman terhadap narasi persatuan.ia yang bergotong royong menangkal hoaks, termasuk hoaks terkait pandemi Covid-19. Mafindo merupakan organisasi sekelompok anak muda yang memiliki visi melawan tsunami hoaks dan ujaran kebencian.

Sumber: “Aksi Solidaritas Kaum Muda * Wajah Solidaritas” (Kompas, 16 Agustus 2020 halaman 6)

  • Ariyo Faridh Zidni

Lewat dongeng, ia menghibur anak-anak hingga orang dewasa yang sedang gabut lantaran berbulan-bulan tidak banyak keluar rumah. Padahal, ia juga sedang kesusahan. Pendapatannya merosot lantaran semua undangan mendongeng sejak Maret 2020 dibatalkan. Aksi Ariyo diakuinya karena perasaan senasib dengan semua orang yang terdampak pandemi. ”Kita ada di sebuah perahu bernama Indonesia yang sedang menghadapi pandemi dan sama-sama susah,” kata Ariyo.

Sumber: “Aksi Solidaritas Kaum Muda * Wajah Solidaritas” (Kompas, 16 Agustus 2020 halaman 6)

  • Bambang Bayu Febbyanto

Ia yang berasal dari Local Enablers Community (LEC) terus mendampingi 120-an pengusaha UMKM yang terdampak pandemi. Komunitas yang didirikan pada tahun 2013 oleh para dosen Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran ini menjadi wadah untuk menumbuhkan gairah kewirausahaan dan kemandirian ekonomi di kalangan mahasiswa.

Sumber: “Aksi Solidaritas Kaum Muda * Wajah Solidaritas” (Kompas, 16 Agustus 2020 halaman 6)

  • Magren Hekboy

Komunitas Rumah Mentari Maulafa di Kota Kupang, NTT, menggulirkan Katong Batanam Katong Aman sejak April sebagai solusi menanggapi pandemi covid-19. Warga bertukar benih buah, sayur, dan pupuk organik. Magren memaksimalkan program ini. Sejak pertengahan Mei, ia mulai menyemai benih tomat, cabai, terong, dan sayuran di pekarangan rumah. Hasil panen untuk konsumsi keluarga atau dibagi kepada tetangga.

Sumber: “Membagi Bantuan Sosial Agar Merata” (Kompas, 13 Agustus 2020 halaman D)

  • Sisca Wiguno

Sisca (39) mulai terlibat menangani Covid-19 sejak muncul terduga pasien Covid-19 di Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Februari. Ia kian sibuk setelah kasus Covid-19 pertama di Maluku diumumkan pada 22 Maret. Ia ikut membidani beberapa tempat karantina yang terpusat di beberapa tempat untuk menyiasati keterbatasan fasilitas kesehatan di Maluku. Pemerintah Provinsi Maluku mengapresiasi pekerjaan Sisca.

Sumber: rubrik Sosok: “Sisca Wiguno – Ketangguhan Seorang Dokter” (Kompas, 4 Agustus 2020 halaman 16)

  • Peter Shearer

Peter (36), pendiri “Wahyoo” (usaha rintisan untuk membantu jejaring warung makan tradisional), menginisiasi gerakan sosial Rantang Hati. Tujuannya ganda, meringankan beban warga terdampak Covid-19 sekaligus membantu pemilik warung tradisional dalam jejaring Wahyoo-nya agar tetap berjualan. Paket nasi bungkus beserta lauk-pauk diberikan dengan setulus hati dari warga, oleh warga, dan untuk warga. Wahyoo juga membantu warung tradisional beradaptasi dengan kebiasaan baru.

Sumber: rubrik Sosok: “Peter Shearer – Menaikkan Kelas Warteg” (Kompas, 16 Juli 2020 halaman 16)

  • Rizki Hafidz Muntaz

Ia menangkap peluang usaha menjual baju hazmat ketika APD tersebut sulit ditemukan. Berbekal arahan tentang standar baju hazmat dari kakak kandungnya yang seorang dokter, ia memproduksi masal baju hazmat dengan mendatangi pabrik tekstil yang berada di Solo dan Karanganyar, Jawa Tengah (salah satunya PT Sritex). Dengan jejaring pertemanan yang ia miliki, pesanan yang diterimanya mencapai puluhan ribu unit.

Sumber: “Mencari Peluang Hasilkan Uang” (Kompas, 8 Juli 2020 halaman 13)

  • Slamet Riyadi

Bagi Slamet (36), pendidikan adalah kunci penting untuk mengubah nasib seseorang. Selama tiga tahun, dia berusaha mewujudkan mimpi anak-anak dari keluarga prasejahtera untuk bisa mengenyam bangku kuliah. Di tengah pandemi, Slamet tidak berhenti mendampingi anak-anak dari keluarga prasejahtera yang ingin mendaftar kuliah. Lewat komunikasi di grup Whatsapp, Slamet memotivasi generasi muda terus belajar.

Sumber: rubrik Sosok: “Slamet Riyadi – Merajut Mimpi Kuliah” (Kompas, 6 Juli 2020 halaman 16)

  • Aisyah Zuhudi; Yolawati Arifin; Fakhri Aditya

Aisyah (20), Yolawati (20), dan Fakhri (20) membantu para orang tua dan wali murid yang kesulitan melakukan pendaftaran penerimaan peserta didik baru (PPDB) khusus SMP negeri di Tangsel. ”Enggak cuma ngasih petunjuk PPDB, kami juga jadi tempat curhat orang tua,” kata Yola. Para mahasiswa ini juga berperan penting mencegah penularan Covid-19 karena orang tua tak perlu berkerumun di sekolah karena bingung PPDB daring.

Sumber: “Mereka Sukarela Membantu Warga Ikut PPDB” (Kompas, 24 Juni 2020 halaman C)

  • Ritno Kurniawan

Pemandu wisata di Air Terjun Nyarai di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat ini tidak tinggal diam di tengah pekerjaannya yang terdampak covid-19. Meski ia harus menganggur karena pariwisata ditutup, dalam berbagai keterbatasan itu, Ritno berusaha berperan dengan membagikan informasi mengenai penyebaran Covid-19 kepada warga, mendistribusikan masker, dan menyalurkan bahan pokok dan 1.800 butir telur dari pemerintah daerah.

Sumber: rubrik Sosok: “Ritno Kurniawan – Pembawa Angin Perubahan” (Kompas, 19 Juni 2020 halaman 16)

  • M Yogi Fajri; Dimas Suryo H

Yogi (29) dan Dimas (31) mengajak masyarakat untuk lebih mengenal warisan sejarah dan budaya di Semarang. Saat pandemi, mereka membuat program jalan-jalan virtual. Acara digelar Biro perjalanan milik mereka, Bersukaria Tour. Virtual open trip bertema ”Kapsul Waktu Semarang” pada awal Mei 2020 itu mengajak para peserta tetap gembira mengikuti tur meski hanya dari rumah.

Sumber: rubrik Sosok: “M Yogi Fajri dan Dimas Suryo H – Merawat Wisata Sejarah” (Kompas, 8 Juni 2020 halaman 16)

  • Nura Ivanka

Bersama sejumlah rekan sesama artis, Nura (24) kerap berinisiatif menggalang bantuan dan membagi-bagikannya kepada masyarakat yang membutuhkan. Dari dana yang terkumpul, mereka membagi-bagikan makanan siap konsumsi dan masker kepada masyarakat yang terkena dampak Covid-19.

Sumber: rubrik Nama & Peristiwa: “Nura Ivanka – Senang dan Menyenangkan * Bingkisan Cinta” (Kompas, 31 Mei 2020 halaman 11)

  • Sruri Respati

Pesinden (40) asal Solo, Jawa Tengah melakukan penggalangan dana untuk para seniman yang terdampak pandemi Covid-19, baik melalui bincang-bincang di media sosial maupun lewat diskusi secara daring. Di tengah pandemi, Sruti juga tidak berhenti berkarya. ”Saat ini saya baru rekaman singel terbaru,” katanya.

Sumber: rubrik Nama & Peristiwa: “Sruti Respati – Jaga Persaudaraan * Bingkisan Cinta” (Kompas, 31 Mei 2020 halaman 11)

  • Azizah

Solidaritas masyarakat di masa pandemi juga hadir dalam bentuk yang lebih mikro. Contohnya adalah penggalangan dana yang dilakukan Azizah (24), pemilik kedai kopi di Samarinda. Ia berhasil mengumpulkan dana sekitar Rp 5 juta dalam waktu 1-2 minggu. Gerakan solidaritas ini ia mulai dengan mengunggah laporan warganet ke Instagram. Laporan tersebut mencakup kebutuhan alat pelindung diri di rumah sakit dan masker.

Sumber: “Solidaritas Yang Mengingatkan Hakikat Manusia” (Kompas, 27 Mei 2020 halaman D)

  • Arya Lukmana

Arya Lukmana, mahasiswa FK UI, adalah inisiator aplikasi EndCorona yang mengedukasi masyarakat tentang virus korona baru dan penyakit Covid-19. Aplikasi itu bisa membantu orang untuk asesmen mandiri dengan menjawab sejumlah pertanyaan. Seusai mengisi, pengguna akan segera tahu apakah dia masuk dalam kategori risiko rendah, hati-hati, rentan, atau sangat rentan terpapar virus korona baru.

Sumber: “Lawan Korona dengan Karya” (Kompas, 20 Mei 2020 halaman 13)

  • Ngademin Agung Firmansyah

Bersama Yayasan Gerakan Indonesia Sadar Bencana mengelola solidaritas untuk memberi bantuan ekonomi kepada warga terdampak Covid-19 dan menyumbang kebutuhan tenaga medis. Program lainnya ialah memberi bantuan bahan pokok kepada warga yang tinggal di episentrum penyebaran Covid-19, terutama di Jabodetabek. Agung dan teman-temannya menerima donasi publik.

Sumber: “Beragam, tetapi Satu Tujuan” (Kompas, 20 Mei 2020 halaman 1)

  • Hana Krismawati

Kekhawatiran terjadi penularan Covid-19 di pedalaman Papua membuat Hana bersemangat menyelesaikan pemeriksaan spesimen pengujian Covid-19 tiap hari. Menjadi salah satu peneliti di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Papua, ia harus bekerja keras untuk cepat menyelesaikan seluruh pemeriksaan spesimen.

Sumber: “Beragam, tetapi Satu Tujuan” (Kompas, 20 Mei 2020 halaman 1)

  • Ahmad Alghozi Ramadhant

Pembuat aplikasi sistem pelacakan pergerakan orang dalam pengawasan (ODP) Covid-19 di Bangka Belitung.

Sumber: “Beragam, tetapi Satu Tujuan” (Kompas, 20 Mei 2020 halaman 1)

  • Syafiatudina

Syafiatudina (32), Koordinator Solidaritas Pangan Jogja, mengawali aksi dengan membagikan nasi bungkus kepada tukang becak, tukang sampah, dan pemulung di sekitar rumahnya. Adapun makanan yang dibagikan itu dibelinya dari sejumlah tetangga yang menjalankan usaha katering. ”Aksi serupa dilakukan teman-teman mahasiswa dan elemen masyarakat lain. Lalu, kami bergabung saja jadi gerakan ini,” kata Dina.

Solidaritas Sosial: Kesadaran Baru untuk Berbagi Bahu (Kompas, 20 Mei 2020 halaman 1)

  • Elisabeth Wahyu Ajar Wulan

Melalui program barter lukisan yang diinisiasi pelukis Ismanto, Wahyu (28) menyumbangkan gajinya sebulan penuh untuk program Ismanto tersebut. Setelah menyumbang pun, dia tidak terlalu peduli sumbangannya akan diganti dengan lukisan atau tidak. ”Saya hanya bilang silakan melukis apa saja,” ujar Wahyu.

Sumber: “Solidaritas Sosial: Kesadaran Baru untuk Berbagi Bahu” (Kompas, 20 Mei 2020 halaman 1)

  • Fitnasih

KOMPAS/Regina Rukmorini

Di saat kunjungan wisatawan ke Borobudur sepi, pemandu wisata ini membuka produksi wedang rempah tradisional. Fitnasih (29) mempekerjakan empat warga desa yang terdampak pandemi. Bahan baku rempah didapatkan dari kerja sama dengan lima petani dari Desa Karangrejo dan Giripurno. Usaha wedang kemasan dan pertanian rempah-rempah ini juga akan menjadi destinasi wisata baru dengan melibatkan lebih banyak warga desa.

Sumber: rubrik Sosok: “Fitnasih – Penggerak Desa Wisata” (Kompas, 11 Mei 2020 halaman 16)

  • Maruli Sartadi

Maruli (33) sangat memahami persoalan batas wilayah administrasi pemerintah desa di Lombok Utara yang bisa menjadi sumber sengketa, sehingga ia menyediakan diri sebagai juru runding bagi desa-desa agar sengketa bisa diselesaikan. Selain itu, ia juga terlibat dalam penanganan wabah Covid-19. Ia mengoordinasi 20 remaja untuk urunan uang membuat masker berbahan kain yang akan dibagikan gratis kepada warga yang tidak mampu.

Sumber: rubrik Sosok: “Maruli Sartadi – Sang Juru Runding” (Kompas, 15 April 2020 halaman 16)

  • Sofina Izzah

Mahasiswa profesi ners Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia, bahagia bisa ikut berperang melawan Covid-19 di garis depan. Ia ditempatkan di bagian HCU Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), Depok, Jawa Barat. Di situ, ada ruang isolasi bagi penderita Covid-19.

Sumber: “Sepak Terjang Sukarelawan Muda” (Kompas, 15 April 2020 halaman 13)

  • Khusnul Fatikhah

Mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) ini bergabung bersama tim psikologi UGM yang mendampingi masyarakat yang terdampak Covid-19. Tugasnya menerima telepon dari sivitas akademika dan masyarakat yang merasa cemas, takut, dan khawatir karena Covid-19.

Sumber: “Sepak Terjang Sukarelawan Muda” (Kompas, 15 April 2020 halaman 13)

  • Riezal Ilham Pratama

Ia bersama Palawa Unpad membantu pihak kampus mendata mahasiswa Unpad yang ”terdampar” di rumah kontrakan dan indekos yang terdampak pandemi dan memerlukan bantuan makanan.

Sumber: “Sepak Terjang Sukarelawan Muda” (Kompas, 15 April 2020 halaman 13)

  • Merry Kristianti Siahaan dan Komunitas Dayak Voices

Solidaritas menguat di tengah pandemi Covid-19. Di Kalsel, pemuda Dayak menginisiasi gerakan membantu warga yang harus bekerja di luar rumah. Mereka tergabung dalam komunitas Dayak Voices. Di pertengahan April, mereka membuat minuman sehat yang terbuat dari rempah-rempah seperti jahe, serai, dll. Mereka lalu membagikannya kepada orang-orang yang masih bekerja di tengah wabah, seperti ibu dan bapak yang memilah sampah.

Sumber: “Bela Rasa untuk Mereka yang Lemah” (Kompas, 14 April 2020 halaman C)

  • Beny Than Heri

Ketua Akademi Ide Kalimantan Beny Than Heri menata barang kebutuhan pokok sumbangan berbagai pihak di posko ”Gerakan Tolong-menolong Sembako Covid-19”, Selasa (31/3/2020), di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Posko itu didirikan sejumlah komunitas di Pontianak untuk membantu sesama yang terkena dampak secara ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Sumber: “Suara Kemanusiaan dari Kalimantan Barat” (Kompas, 8 April 2020 halaman C)

  • Ernest Prakasa

KOMPAS/Heru Sri Kumoro

Ernest menyebarkan gerakan yang dilakukan jaringan Gusdurian untuk memberikan bantuan karena dampak dari pandemi global Covid-19. Selain itu, gerakan positif lain yang bertujuan menggalang dana dari berbagai pihak juga tak henti disebarkan melalui akun pribadinya yang punya jutaan pengikut.

Sumber: rubrik Nama & Peristiwa: “Ernest Prakasa – Media Sosial * Saatnya Kita Peduli” (Kompas, 5 April 2020 halaman 6)

  • Avina dan PNS Pemkot Surabaya

Dalam dua pekan terakhir hampir semua pegawai Pemkot Surabaya termasuk dirinya dikerahkan dalam menangani pandemi Covid-19 di Surabaya. Mereka membuat makanan tambahan, yakni telur rebus dan pokak yang akan dibagikan kepada yang membutuhkan. Ada pula yang membuat alat pelindung diri, cairan antiseptik, bilik sterilisasi, dan keliling melakukan penyemprotan disinfektan.

Sumber: “Solidaritas Sosial: Para PNS dan Tenaga Honorer Sejumlah Pemda Mendedikasikan Diri” (Kompas, 3 April 2020 halaman 11)

  • Gunawan

Gunawan (24), karyawan swasta yang tinggal di Tebet, Jakarta Selatan, tidak keberatan untuk berzakat lebih awal dan lebih banyak beramal demi membantu warga yang tengah kesusahan karena terdampak Covid-19. Apalagi, menurut Gunawan, saat ini teknologi digital memudahkan kegiatan beramal.

Sumber: “Berzakat Lebih Awal demi yang Terdampak Covid-19” (Kompas, 2 April 2020 halaman E)

  • Tirta Mandira Hudhi

Ia didukung banyak warganet. Pada saat bersamaan ia dituduh warganet lain sebagai orang yang sedang mencari sensasi dan lebay dalam menanggulangi covid-19. Ia dituduh menjadi influencer bagi pihak tertentu. Padahal, kegigihannya untuk menggerakkan orang agar membantu rumah sakit mendapat sambutan dari para dermawan dengan mengirimkan donasi hingga mencapai Rp 2,2 miliar (30/3/2020).

Sumber: rubrik Sosok: “Tirta Mandira Hudhi – Solidaritas di Tengah Wabah” (Kompas, 1 April 2020 halaman 16)

  • Melyn Marissa

Melyn Marissa (29), pemilik kafe kopi Michuu yang bergaya Korea di Surabaya, Jawa Timur, terpikir untuk membuat program Giveback kepada para pengemudi ojek daring yang mengantar pesanan pelanggan. Hal ini juga disetujui mitranya. Setiap sopir ojek yang datang dengan pesanan ia berikan beras 1 kilogram dan paket yang isinya makanan menu nasi daging.

Sumber: “Berjibaku Atas Nama Solidaritas” (Kompas, 21 Maret 2020 halaman 4)

Riset foto: JNU

Editor: Dwi Rustiono