(KOMPAS/IWAN SETIYAWAN)
Seorang pengunjung tengah mengamati berbagai macam cinderamata peluncuran perangko seri Satu Abad Bung Hatta di Kantor Pos Surabaya (12/8/2002).
Dengan teknologi, hidup lebih mudah. Bertukar kabar dengan kerabat jauh ada diujung jari. Berbeda dengan waktu lampau, satu-satunya cara bertukar cerita adalah dengan secarik kertas dan amplop yang sudah direkatkan kertas bergambar pada salah satu ujungnya sebagai tanda lunas bayar. Prangko, begitu sebutannya. Karena gambarnya yang unik dan memiliki nilai sentimental tersendiri, banyak yang tertarik untuk mengumpulkan dan mengkoleksi prangko. Hobi tersebut dikenal sebagai filateli.
Proses percetakan prangko pada dasarnya hampir sama dengan pencetakan uang yang membuat prangko menjadi kertas berharga. Mulai dari desain, sama halnya dengan uang, prangko memerlukan ketelitian agar tidak mudah ditiru. Prangko pun menggunakan kertas khusus dan yang memiliki wewenang untuk menerbitkannya hanya Pemerintah.
Prangko memiliki beragam bentuk dan bermacam tema yang diterbitkan oleh negara-negara di seluruh dunia. Gambar yang ditampilkan pun menceritakan karakter daerah dan negara yang membuatnya kaya akan nilai budaya. Bahkan, kita dapat menemukan karya dari pelukis terkenal diabadikan pada prangko. Prangko tidak lagi sekadar bagian dari pengiriman surat. Dengan bentuk dan gambar yang menampilkan obyek khas, prangko menyampaikan banyak pesan yang turut memberikan informasi sejarah, promosi budaya, flora, fauna, dan arsitektur kota.
Atas hal tersebutlah, filateli bukan menjadi sekedar hobi mengumpulkan prangko. Bukan saja nilai budaya dan sejarah yang tertuang melalui gambar, prangko memberikannya pengetahuan berguna dalam mengenal berbagai macam obyek, tempat, dan aktivitas. Dengan begitu, selain menyalurkan hobi mengumpulkan prangko, dengan menekuni filateli penggemar memperoleh ilmu tambahan dengan mengetahui pesan apa yang disampaikan melalui gambar prangko.
Kendati penggunaan prangko mulai pudar di tengah deru digital, produksi prangko dan filateli terus menyusut, hobi filateli tidak serta sirna. Korespondensi dengan filatelis membuka peluang untuk berkenalan dengan banyak orang dan tetap digandrungi bukan hanya sebagai koleksi dan memuaskan hobi, bahkan menjadi ajang investasi. Prangko dengan nilai historis yang kaya ataupun koleksi yang jarang memiliki harga yang tinggi.
Filateli merupakan sebuah hobi universal. Tidak ada batasan usia, batasan politik, apalagi agama. Melalui sepotong gambar, semua hal itu sirna.
Sumber :
“Mengenal Filateli”. Bagian Filateli dan Museum Perusahaan Umum Pos dan Giro. Jakarta : 1993.
“Ditangan Filatelis, Perangko Bisa “Berbicara””, KOMPAS, 20 Agustus 1995, hal. 12.
“Pembelajaran : Prangko, Pelengkap Sarana Pendidikan dan Perekam Sejarah”, KOMPAS, 8 Mei 2009, hal. 12.
Hari Postel ke-38, dirayakan dengan pameran Filateli di Taman Ismail Marzuki, Jakarta (26/09/1983). Para pengunjung pameran banyak yang terkagum-kagum dan takjub menyaksikan benda-benda pos yang serba guna ini. Filateli atau koleksi perangko, benda pos bekas pakai dengan berbagai tafsir. Bisa dianggap sampah, benda koleksi bernilai ilmiah, kegiatan bernilai kejiwaan positif, barang investasi atau harga karun. (KOMPAS/RUDY BADIL)
Kepala Dapos dan Giro VIII Jabar WL Tobing menyaksikan perangko pada Pameran Filateli Bogor Adipura 1990 di Bogor Internusa Shopping Center , Bogor, Jawa Barat (22/6/1990). (KOMPAS/FX PUNIMAN)
Meski memberi banyak manfaat, hobi filateli yang merupakan hobi pribadi dan tidak bisa dipaksakan ini, juga memerlukan dana lumayan, disiplin tinggi, serta ketelitian (21/05/1999).(KOMPAS/JULIANSIHOMBING)
Prangko Sampul Hari Pertama (SHP) seri Presiden Soekarno dengan tanda tangan Soekarno (5/10/2006). (KOMPAS/LASTI KURNIA)
Para pengurus perkumpulan filatelis Indonesia di Sekertariat Filateli di Jalan Pasar Baru, Jakarta Pusat (5/10/2006). (KOMPAS/LASTI KURNIA)
Penggemar barang-barang pos bertransaksi dalam bursa filateli di Kantor Pos Surabaya, Jalan Kebonrojo, Surabaya, Jawa Timur (6/6/2010). (KOMPAS/HERU SRI KUMORO)
Beragam seri prangko dari Thailand dipamerkan dan ditawarkan kepada pengunjung dalam Pameran Filateli Dunia 2012 di Jakarta Convention Center, Jakarta (18/6/2012). (KOMPAS/PRIYOMBODO)
Perangko edisi Gerhana Matahari Total di yang baru diluncurkan PT POS Indonesia mulai dijual ke masyarakat, seperti di Kantor Filateli, Jakarta, Rabu (24/2/2016). Peluncuran perangko tersebut sebagai bagian menyambut dan merayakan gerhana matahari total pada 9 Maret 2016. Indonesia merupakan satu-satunya wilayah yang daratannya dilalui jalur gerhana tersebut. (KOMPAS/HERU SRI KUMORO)
Referensi
Penulis
Yoan Oktaviani
Editor
Rendra Sanjaya