KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Neon box memperlihatkan repro surat kabar yang mengabarkan tentang pertempuran di Surabaya pada 1945 saat Surabaya Heroes 2.0 Exhibition : In The Light Of Our Heroes di Lantai dasar Alun-alun Surabaya, Jumat (1/11/2024). Kegiatan diselenggarakan oleh Pemkot Surabaya untuk menyambut Hari Pahlawan.
Fakta Singkat
- Tanggal Penting: Hari Pahlawan ditetapkan pada 10 November untuk memperingati Pertempuran Surabaya yang terjadi pada tahun 1945.
- Awal Konflik: Insiden yang memicu pertempuran dimulai pada 19 September 1945 dengan perobekan Bendera Merah Putih Biru di Hotel Yamato, Surabaya, oleh rakyat yang marah terhadap kehadiran tentara Inggris dan Belanda.
- Kronologi Pertempuran: Pertempuran dimulai pada 10 November 1945, ketika tentara Inggris menyerang setelah mengeluarkan ultimatum kepada pemimpin Indonesia di Surabaya. Ultimatum tersebut meminta penyerahan senjata dan menyerah tanpa syarat.
- Korban Jiwa: Sekitar 20.000 orang dari pihak Indonesia tewas, sementara pasukan Inggris kehilangan sekitar 1.600 prajurit. Pertempuran berlangsung selama hampir tiga minggu, hingga awal Desember 1945.
- Peran Tokoh: Tokoh penting dalam pertempuran ini termasuk Bung Tomo, yang mengobarkan semangat perjuangan melalui pidato-pidatonya di radio, serta KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Wahab Hasbullah yang menggerakkan masyarakat dan santri untuk berperang.
- Keputusan Presiden: Hari Pahlawan ditetapkan melalui Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959 oleh Presiden Soekarno.
Hari Pahlawan menjadi simbol perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dalam peristiwa yang meletus pada 10 November 1945 di Surabaya tersebut, rakyat dan para pemuda mempertaruhkan nyawa demi kedaulatan dan kemerdekaan yang baru diraih dari penjajah.
Artikel Kompaspedia (10/11/2020) berjudul “Sejarah Hari Pahlawan: Pertempuran Surabaya 10 November 1945,” memaparkan pertempuran Surabaya yang dipicu oleh tewasnya Brigadir Jenderal AWS Mallaby, perwira tinggi Angkatan Darat Inggris. Peristiwa itu menyebabkan ketegangan meningkat antara pasukan Sekutu dan pejuang Indonesia. Kehadiran pasukan Sekutu di Surabaya, yang awalnya dimaksudkan untuk melucuti senjata tentara Jepang, justru memunculkan ketidakpercayaan dari rakyat Indonesia.
Bentrokan besar pun terjadi pada 10 November 1945, dengan rakyat Surabaya melawan pasukan Sekutu. Meskipun pasukan Sekutu lebih kuat, semangat perlawanan rakyat Surabaya tidak bisa dipadamkan. Pertempuran yang berlangsung selama beberapa hari ini tidak hanya memperlihatkan keberanian, tetapi juga tekad dan pengorbanan demi mempertahankan kedaulatan Indonesia yang baru diproklamasikan.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Repro foto-foto masa perjuangan kemerdekaan dipamerkan saat Surabaya Heroes 2.0 Exhibition : In The Light Of Our Heroes di Lantai dasar Alun-alun Surabaya, Jumat (11/1/2024). Kegiatan diselenggarakan oleh Pemkot Surabaya untuk menyambut Hari Pahlawan. Pameran menampilkan arsip berupa foto, video dokumenter, dan surat-surat. Pameran berakhir pada 10 November.
Pahlawan di Era Digital
Di tengah kemajuan teknologi dan perubahan zaman, semangat kebangsaan yang diemban oleh para pahlawan harus dapat terus hidup, berkembang, dan menyesuaikan diri dengan dinamika global yang semakin kompleks. Salah satu cara yang paling relevan untuk menguatkan semangat tersebut adalah melalui pemanfaatan media sosial dan platform digital.
Pada era digital ini, media sosial bukan hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai sarana penting untuk menyebarkan nilai-nilai kebangsaan dan patriotisme. Melalui konten-konten yang inspiratif, semangat cinta tanah air dapat dengan mudah diakses oleh generasi muda di seluruh penjuru negeri. Dari postingan berisi kisah perjuangan, hingga edukasi tentang sejarah bangsa, media sosial telah menjadi kanal yang efektif dalam menyampaikan pesan-pesan kebangsaan.
Namun, dalam menghadapi tantangan global yang semakin berat, kita juga harus menyadari bahwa nilai kepahlawanan kini tidak hanya diukur dari kemampuan untuk bertempur atau berjuang di medan perang. Pahlawan masa kini adalah mereka yang mampu berinovasi dan memberikan kontribusi positif terhadap kemajuan bangsa, salah satunya melalui pemanfaatan teknologi untuk kepentingan bersama.
Tidak hanya mengembangkan ekonomi lewat digitalisasi, semangat pahlawan juga bisa diraih dengan berbagai aktivitas digital yang mengutamakan kepentingan banyak pihak. Namun, dalam menjalankan nilai serta semangat kepahlawanan digital tentunya memiliki tantangan maupun peluang tersendiri.
Di era digital, semangat kepahlawanan menghadapi tantangan baru yang tidak terlihat dalam sejarah sebelumnya. Media sosial dan teknologi digital menawarkan akses informasi yang luas, namun juga membawa risiko tersebarnya disinformasi yang bisa melemahkan rasa nasionalisme dan persatuan bangsa.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Anggota TKR membalas serangan tentara sekutu saat Teaterikal Perang 10 November 1945 oleh Komunitas Rooderburg dalam rangka Parade Surabaya Juang 2014 di Jalan Tunjungan, Surabaya, Minggu (9/11/2014). Kegiatan yang diselenggarakan untuk menyambut Hari Pahlawan tersebut mengajak generasi muda untuk tidak melupakan jasa pahlawan.
Suheri, dkk (2022) dalam penelitiannya “Pengaruh Media Sosial Terhadap Nasionalisme dan Integrasi Bangsa di Era Modern,” mengemukakan budaya luar yang lebih mudah diakses kerap menjadi daya tarik, yang secara tak langsung mempengaruhi identitas dan rasa kebangsaan generasi muda. Ini mengancam nilai nasionalisme apabila masyarakat tidak mampu menyaring pengaruh-pengaruh asing yang dapat bertentangan dengan norma lokal.
Sebagai respons, membangun semangat kepahlawanan di era digital membutuhkan kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah untuk mempromosikan konten edukatif yang menumbuhkan rasa cinta pada tanah air. Upaya ini diharapkan dapat memanfaatkan teknologi secara positif demi memperkuat integrasi bangsa. Platform media sosial, misalnya, dapat digunakan untuk menyebarkan kisah inspiratif para pahlawan nasional secara kreatif, yang menarik minat generasi muda.
Selain itu, kolaborasi dengan influencer lokal dan komunitas budaya menciptakan peluang besar dalam memperkenalkan budaya nasional ke kancah global. Dengan dukungan influencer, pesan-pesan nasionalisme bisa menjadi tren yang relevan, menguatkan identitas bangsa di tengah arus globalisasi.
Media digital juga memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam kampanye-kampanye nasional, seperti melalui hastag atau gerakan virtual yang mendukung program-program kebangsaan. Upaya ini memberikan ruang bagi setiap individu untuk merasakan peran sebagai “pahlawan digital,” yang berkontribusi bagi kemajuan bangsa, sekaligus membangkitkan rasa cinta tanah air di lingkungan digital.
Nilai-Nilai Kepahlawanan di Era Digital
Di era digital, nilai-nilai kepahlawanan dapat dilihat melalui kontribusi dalam berbagai bidang sosial dan digital. Brata, dkk (2021) dalam artikel jurnal berjudul “National Heroes in The Indonesian Revolution and The Meaning fot Young Generation,” mengemukakan bahwa semangat kepahlawanan saat ini mengutamakan keberanian, integritas, dan pengabdian dalam menjaga persatuan bangsa. Dengan memanfaatkan teknologi, masyarakat terutama generasi muda dapat mengekspresikan kepahlawanan melalui inovasi dan peran aktif dalam perubahan sosial.
Kepahlawanan di era digital juga melibatkan tanggung jawab untuk menyebarkan informasi yang benar. Media sosial dan platform digital dapat dimanfaatkan untuk mengenalkan kisah para pahlawan dan menanamkan nilai patriotisme, sehingga semangat kebangsaan dapat terus hidup dalam diri generasi masa kini. Nilai-nilai seperti kejujuran, loyalitas, dan kerja sama menjadi panduan dalam menghadapi era informasi.
Kepahlawanan kini berperan penting dalam mendukung pembangunan bangsa melalui kontribusi intelektual, sosial, dan budaya yang selaras dengan kemajuan teknologi. Peran ini memungkinkan masyarakat untuk terus mengenang dan meneladani nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para pahlawan, sehingga semangat kebangsaan tetap mengakar kuat dalam jiwa anak bangsa.
Menurut hasil jejak pendapat Litbang Kompas (2019), menunjukkan harapan masyarakat terhadap peran media massa dalam merawat identitas bangsa. Salah satu nilai yang dianggap penting adalah kepahlawanan, di mana media diharapkan dapat mengedepankan kepentingan bersama dan memperkuat persatuan serta kesatuan nasional. Masyarakat ingin agar media berperan aktif dalam menjaga semangat kebangsaan, mengingat tantangan identitas yang dihadapi saat ini.
Selain itu, media diharapkan mampu menyampaikan informasi yang menyejukkan masyarakat. Media dianggap sebagai jembatan informasi yang mampu menciptakan stabilitas sosial apabila menghindari pemicu konflik atau konten yang memperkeruh suasana.
Namun, kekhawatiran juga muncul terkait perkembangan media massa saat ini. Banyak yang khawatir dengan adanya praktik adu domba dalam pemberitaan, yang dapat merusak hubungan antar kelompok sosial.
Kekhawatiran ini menunjukkan bahwa media harus lebih berhati-hati dan bertanggung jawab dalam melaporkan berita. Hal ini mengingat dampak negatif yang bisa terjadi jika penyampaian informasi tidak dilakukan dengan bijak.
Semangat Kepahlawanan
Peran generasi muda dalam meneruskan semangat pahlawan sangat penting bagi keberlangsungan bangsa. Sebagai penerus, generasi ini perlu menginternalisasi nilai-nilai perjuangan agar tetap relevan dalam menghadapi tantangan zaman.
Menurut Putri, Setiawati, dan Widodo (2022) dalam “Implementasi Nilai Pancasila Pada Generasi Z,” dengan memahami nilai-nilai Pancasila dan mengaplikasikannya menjadi salah satu cara agar generasi muda bisa mencontoh para pahlawan dalam memperjuangkan negara. Nilai-nilai ini menjadi panduan agar mereka tidak hanya mengenal, tapi juga berkomitmen terhadap identitas kebangsaan Indonesia. Generasi muda diharapkan aktif dalam kegiatan positif yang menumbuhkan semangat kolektif dan cinta tanah air.
Semangat kepahlawanan juga terlihat dari sikap mandiri dan kepedulian sosial. Hal ini menjadi modal utama dalam membangun bangsa yang lebih baik di era globalisasi dan teknologi. Pemanfaatan teknologi secara bijak dapat menguatkan identitas bangsa dan mempertahankan nilai-nilai luhur di tengah arus modernisasi.
Dengan semangat inovatif dan kreatif yang dimiliki, generasi muda memiliki potensi besar dalam melanjutkan perjuangan pahlawan melalui berbagai bidang, termasuk pendidikan, teknologi, dan seni. Melalui pengembangan potensi ini, mereka dapat memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan bangsa, sambil tetap menjaga nilai-nilai yang diwariskan para pahlawan.
Putri, Setiawati, dan Widodo (2022), juga menyatakan bahwa generasi muda menghadapi tantangan besar dalam menjaga semangat pahlawan. Era digital memudahkan akses budaya asing yang dapat menggeser nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme. Pengaruh budaya global yang tidak selaras dengan nilai lokal sering kali membuat generasi muda kehilangan jati diri dan mudah terpengaruh oleh tren yang mereduksi rasa cinta tanah air.
Selain itu, arus informasi yang cepat dan tidak selalu akurat meningkatkan risiko terpaparnya generasi muda pada berita hoaks atau konten provokatif. Dengan literasi digital yang baik, generasi muda diharapkan dapat menyaring informasi secara bijak.
Budaya instan yang didorong oleh kemajuan teknologi juga menjadi tantangan besar. Semangat pahlawan yang sarat dengan ketekunan dan dedikasi jangka panjang sering kali tergerus dalam kehidupan modern yang serba cepat. Generasi muda perlu mempertahankan nilai-nilai ketekunan dan empati sosial agar tidak larut dalam sikap individualistis, sehingga semangat pahlawan tetap relevan dan terjaga di tengah era digital.
Artikel Terkait
Generasi Digital
Refleksi semangat Hari Pahlawan memberikan pelajaran berharga bagi generasi digital, yang hidup di tengah kemajuan teknologi dan globalisasi. Di era digital ini, nilai-nilai pahlawan seperti ketekunan, pengorbanan, dan rasa cinta tanah air harus tetap dijunjung tinggi. Mengingat jasa para pahlawan menjadi pengingat penting akan arti sebenarnya dari kebersamaan dan pengabdian pada bangsa.
Generasi muda saat ini diharapkan bisa lebih memahami bahwa kemajuan teknologi dan kehidupan serba instan tidak boleh mengikis rasa nasionalisme. Justru, kemajuan ini dapat dimanfaatkan untuk memperkuat semangat kebangsaan melalui berbagai inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Dengan demikian, semangat kepahlawanan tidak hanya menjadi sejarah, tetapi tetap relevan dalam menghadapi tantangan zaman.
Hari Pahlawan juga menjadi momen bagi generasi muda untuk merefleksikan peran mereka dalam melanjutkan cita-cita perjuangan. Dalam dunia yang semakin terhubung secara global, identitas dan nilai lokal harus tetap dijaga agar tidak terkikis oleh pengaruh luar. Kesadaran ini penting untuk memastikan generasi digital memiliki fondasi yang kuat dalam menghadapi perubahan.
Harapan ke depan adalah agar nilai-nilai pahlawan seperti keberanian, kepedulian, dan pengabdian terus hidup dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Generasi muda dapat menjaga nilai ini dengan berperan aktif dalam kegiatan positif yang mendukung masyarakat dan memperkuat persatuan. Melalui kegiatan yang relevan dengan era digital, mereka dapat membawa nilai-nilai ini ke dalam konteks kehidupan modern.
Generasi digital memiliki kesempatan besar untuk meneruskan semangat kepahlawanan melalui inovasi dan kreativitas. Dengan teknologi, mereka dapat menciptakan perubahan positif yang sejalan dengan nilai-nilai luhur bangsa. Semangat ini menjadi dasar penting agar generasi muda mampu beradaptasi sekaligus mempertahankan identitas nasional yang kokoh.
Dengan memegang teguh nilai-nilai kepahlawanan, generasi digital dapat menjadi motor penggerak bagi kemajuan bangsa di masa depan. Semangat ini akan membantu Indonesia tetap tangguh dan berdaya saing di tengah arus global. Dengan semangat pahlawan yang terus dipelihara, generasi muda dapat menjaga bangsa ini tetap kuat dan bersatu di tengah dunia yang terus berubah. (LITBANG KOMPAS)
Referensi
- “Sejarah Hari Pahlawan: Pertempuran Surabaya 10 November 1945”, Kompaspedia, 10 November 2020
- “Hari Pahlawan: Makna dan Nilai di Balik Sosok Pahlawan”, Kompaspedia, 9 November 2023
- “Pahlawan Masa Kini Harus Melek Digital”, id, 10 November 2023
- “Catatan Jajak Pendapat Litbang Kompas: Menjawab Isu Kepahlawanan”, Kompaspedia, 9 November 2020
- Suheri, A., Mantili, M., Rosmawiah, R., & Albert, A. (2022, September). Pengaruh Media Sosial Terhadap Nasionalisme dan Integrasi Bangsa di Era Modern. In Prosiding Seminar Nasional Universitas Pgri Palangka RAYA (Vol. 1, pp. 327-341).
- Brata, I. B., Rai, I. B., & Seloka, I. B. (2021). National heroes in the Indonesian revolution and the meaning for young generation. International Journal of Social Science, 1(4), 407-414.
- Putri, A. S. M., Setiawati, R., & Widodo, H. (2022). Implementasi Nilai Pancasila Pada Generasi Z. Jurnal Evaluasi Dan Pembelajaran, 4(1), 17-24.
- Yuliasari, R., & Virtianti, R. (2021). Type Of Heroism of Main Character and the Cause of Emergence of Heroism in the Movie ‘Percy Jackson: Sea of Monsters.’. Pujangga: Jurnal Bahasa dan Sastra, 7(2), 185-199.
Artikel terkait