KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Pesawat Casa NC212-200 gabungan dari Skuadron 600 Wing Udara 1 dan Skuadron 800 Wing Udara 2 Pusat Penerbangan TNI Angkatan Laut melakukan terbang formasi (fly pass) dengan latar belakang parade kapal perang saat gladi bersih peringatan HUT TNI di Selat Sunda, Cilegon, Banten, Selasa (3/10/2017). Peringatan HUT TNI ke-72 yang rencananya dihadiri Presiden Joko Widodo di Pelabuhan Indah Kiat tersebut mengerahkan seluruh kekuatan alutsista TNI dari tiga matra (Darat, Laut dan Udara).
.
Fakta Singkat
Alutsista TNI
Alat Utama Sistem Senjata Tentara Nasional Indonesia
Kekuatan Militer Indonesia 2020
Nomor 16 dunia
SDM
800 ribu personel militer (400 ribu personel militer aktif, 400 ribu personel militer cadangan), 108,6 juta jiwa, SDM yang dapat diperbantukan saat ada perang
Kekuatan Udara
41 pesawat tempur, 39 pesawat serangan khusus, 54 pesawat angkut, 109 pesawat latih, 5 pesawat intai, 177 helikopter, 16 helikopter tempur
Kekuatan Darat
133 tank, 178 kendaraan tempur lapis baja, 153 artileri swagerak, 366 artileri tarik, 36 peluncur roket
Kekuatan Laut
7 kapal fregat, 24 kapal korvet, 5 kapal selam, 156 kapal patroli, 10 kapal penyapu ranjau
SDA
800 ribu barel per hari produksi minyak, 1,6 juta barel per hari konsumsi minyak, 3,2 miliar barel cadangan minyak terbukti
Logistik
126 juta jiwa tenaga kerja, 9.053 kapal sipil yang siap diperbantukan, 16 pelabuhan dan terminal utama, 437.759 km jalan raya, 5042 km rel kereta, 673 bandara yang dapat beroperasi
Keuangan
7,6 miliar dollar AS anggaran pertahanan, 344,4 miliar dollar AS utang luar negeri, 130,2 miliar dollar AS cadangan devisa dan emas, 3,4 triliun dollar AS keseimbangan kemampuan belanja
Geografi
904.569 km2 luas wilayah, 716 km cakupan garis pantai, 958 km perbatasan dengan negara lain, 579 km jalur air yang dapat digunakan
Dalam Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2014 disebutkan Alat Utama Sistem Senjata Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disebut Alutsista TNI adalah alat peralatan utama beserta pendukungnya yang merupakan suatu sistem senjata yang memiliki kemampuan untuk pelaksanaan tugas pokok TNI.
Pada tahun 2020, global fire power menempatkan kekuatan militer Indonesia di posisi ke-16 dari 138 negara di dunia. Indonesia mendapatkan indeks kekuatan 0,2544 (nilai sempurna 0,0000). Secara global, posisi pertama ditempati oleh Amerika Serikat dengan angka 0,0606 disusul Russia (0,0681) dan China (0,0691).
Di Asia Tenggara, Indonesia memiliki kekuatan militer terbesar. Kekuatan militer negara lain di Asia Tenggara setelah Indonesia adalah Vietnam di posisi 22 (0,3559) dan Thailand di peringkat ke-23 (0,3571). Negara tetangga Indonesia, Malaysia, berada di peringkat ke-44 dengan angka 0,6546. Sementara Singapura dengan angka 0,7966, berada pada peringkat ke-51.
Kekuatan militer sebuah negara, berdasarkan pemeringkatan global fire power dapat dilihat dari delapan unsur pembentuknya, yakni sumber daya manusia, kekuatan udara, kekuatan darat, kekuatan laut, sumber daya alam, logistik, keuangan, dan geografi. Alat utama sistem senjata (alutsista) merupakan salah satu pembentuk kekuatan tersebut, baik alutsista kekuatan militer darat, udara, maupun laut.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA (BAH)
Pasukan Marinir mengikuti HUT ke-71 Korps Marinir di Pantai Tambak Wedi di Surabaya, Selasa (15/11/2016). Kota Surabaya menjadi salah satu basis militer berikut industri pendukung militer.
Kekuatan militer Indonesia
Sumber daya manusia
Kekuatan militer sebuah negara dari sisi sumber daya manusia tidak semata dilihat dari jumlah personel tentaranya. Sumber daya manusia sebagai kekuatan militer mencakup juga total populasi, ketersediaan angkatan kerja, ketersediaan angkatan kerja yang siap untuk diperbantukan sewaktu-waktu, jumlah penduduk pada suatu tahun yang mencapai umur menjadi tentara, jumlah personel militer, jumlah militer aktif, hingga jumlah personel cadangan.
Jumlah personel militer menjadi pendukung utama kekuatan militer di suatu negara, terutama personel aktif yang siap langsung digunakan untuk pertempuran. Sedangkan kekuatan militer cadangan dapat dipanggil sesuai kebutuhan.
Di sisi lain, jumlah penduduk di suatu negara, terutama angkatan kerja yang memenuhi syarat untuk keperluan militer, memberikan keuntungan dalam situasi perang untuk membentuk pasukan perang terutama dalam perang jangka panjang.
Pada tahun 2020, ketersediaan personel militer di Indonesia kurang lebih 800.00 personel, dengan 400.000 personel aktif dan 400.000 personel cadangan. Jumlah personel militer aktif di Indonesia menempati uratan ke-13 dunia sedangkan personel cadangan menempati urutan ke-16 dunia.
Di sisi lain, dengan jumlah penduduk sebanyak 262,8 juta jiwa, sejumlah 130,9 juta jiwa penduduk Indonesia atau hampir lima puluh persennya merupakan angkatan kerja. Dari jumlah angkatan kerja tersebut, 108,6 juta jiwa merupakan sumber daya yang dapat diperbantukan untuk mendukung kekuatan militer. Secara jumlah penduduk serta penduduk yang siap diperbantukan dalam perang, Indonesia menempati urutan ke-4 di dunia.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Teknisi sedang menyiapkan pesawat Sukhoi milik TNI Angkatan Udara sebelum terbang di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (13/8/2014). Sukhoi merupakan salah satu jenis pesawat tempur untuk pertahanan dan menjaga keamanan wilayah Indonesia.
Kekuatan udara
Kekuatan militer suatu negara juga dipengaruhi oleh kekuatan pertahanan udaranya, terutama pesawat, baik yang dimiliki oleh angkatan udara, laut, maupun darat. Kekuatan udara tersebut terdiri atas pesawat tempur, pesawat untuk serangan darat, pesawat angkut, pesawat latih, pesawat intai dan misi khusus, helikopter, hingga helikopter tempur.
Pesawat tempur merupakan kekuatan udara utama karena dapat digunakan terutama dalam pertempuran udara untuk menyerang pesawat lain hingga menyerang objek di darat. Di sisi lan, terdapat juga pesawat yang khusus digunakan untuk menyerang target di darat.
Selanjutnya, pesawat latih juga dianggap sebagai faktor pendukung kekuatan militer udara karena mampu digunakan untuk berbagai keperluan. Sedangkan, pesawat angkut merupakan kekuatan militer udara sebagai pengangkut pasukan dan peralatan perang di suatu negara.
Kekuatan udara juga didukung oleh kepemilikan helikopter karena helikopter memiliki fleksibilitas dibandingkan dengan pesawat jet maupun baling-baling depan.
Pada tahun 2020, kekuatan pertahanan udara Indonesia berjumlah 462 pesawat yang terdiri atas 41 pesawat tempur, 39 pesawat serangan khusus, 54 pesawat angkut, 109 pesawat latih, 5 pesawat intai dan misi khusus, 177 helikopter, serta 16 helikopter tempur.
Dengan jumlah tersebut, kekuatan udara Indonesia menempati uratan ke-28 di dunia, tertinggi di Asia Tenggara. Akan tetapi, khusus untuk jumlah kepemilikan pesawat tempur, Indonesia berada di urutan ke-48, di bawah beberapa negara ASEAN lain, seperti Singapura (22), Vietnam (28), Thailand (30), dan Myanmar (36).
KOMPAS/ADI PRINANTYO
Tank Leopard dikeluarkan dari garasinya di Markas Komando Batalyon Kavaleri 8/2 Kostrad, di Kelurahan Beji, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Rabu (19/11/2014). Dengan kehadiran Tank Leopard, TNI kini memiliki armada tank berkategori berat (heavy tank). Sebelum membeli Tank Leopard yang produk Jerman, TNI hanya punya armada tank ringan yakni Tank Scorpion.
Kekuatan darat
Kekuatan militer darat suatu negara dapat dilihat dari alutsista darat yang dimiliki, yakni tank, kendaraan tempur lapis baja, artileri, serta peluncur roket.
Kepemilikan tank dianggap sebagai kekuatan militer darat utama karena merupakan alutsista yang digunakan di garis depan dalam suatu perang bersama dengan dengan kendaraan tempur lapis baja.
Di sisi lain, kekuatan darat juga dilihat dari kepemilikan artileri, baik artileri swagerak maupun artileri tarik yang merupakan alutsista jarak menengah dan jauh. Kepemilikan pelontar roket, selain menjadi kekuatan darat untuk menyerang target jarak jauh, terutama lebih menjadi kekuatan psikologis untuk menekan moral musuh.
Pada 2020, Indonesia memiliki 133 tank. Di wilayah Asia Tenggara, Vietnam menjadi negara yang memiliki tank paling banyak sehingga berada di urutan ke-10 kepemilikan tank di dunia, disusul Thailand (25), Myanmar (37), dan Indonesia (49).
Selain itu, Indonesia memiliki 1.178 kendaraan tempur lapis baja. Dari jumlah tersebut, Indonesia berada di posisi ke-52 dunia, di bawah Singapura yang berada di posisi ke-25, Vietnam (29), Thailand (45), dan Malaysia (46).
Indonesia juga memiliki 153 artileri swagerak, 366 artileri tarik, serta 36 peluncur roket. Jumlah pelontar roket tersebut menempatkan Indonesia di posisi 57 dunia dari sisi kepemilikan pelontar roket, di bawah Kamboja (posisi 9), Vietnam (40), Myanmar (41), dan Malaysia (50).
KOMPAS/COKORDA YUSDISTIRA (COK)
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kanan) menerima penghormatan dari prajurit sebelum meninjau KRI I Gusti Ngurah Rai-332 di dermaga Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali, Rabu (10/1/2018). KRI I Gusti Ngurah Rai-332 adalah kapal perang terbaru TNI yang diproduksi perusahaan perkapalan asal Belanda, Damen Schelde Naval Shipbuilding, bekerja sama dengan PT PAL Indonesia.
Kekuatan laut
Kekuatan laut pendukung kekuatan militer suatu negara terdiri atas beberapa unsur, antara lain kapal pengangkut pesawat, kapal perusak, kapal fregat, kapal korvet, kapal selam, kapal patroli, serta kapal penyapu ranjau.
Dari beberapa jenis kapal di atas, kapal pengangkut pesawat, termasuk pengangkut helikopter, merupakan kekuatan utama militer di laut karena kemampuannya dalam mengusung pesawat tempur ke titik terdekat dengan sasaran atau pusat pertempuran.
Pada tahun 2020, kekuatan laut Indonesia berjumlah 282 alutsista yang terdiri atas 7 kapal fregat, 24 kapal korvet, 5 kapal selam, 156 kapal patroli, dan 10 kapal penyapu ranjau. Dari jumlah tersebut, kekuatan laut Indonesia menempati urutan ke-10 dunia dan nomor dua di Asia Tenggara setelah Thailand (posisi 8).
Dengan jumlah kapal terbanyak yang dimiliki Indonesia, yakni kapal patroli, Indonesia berada di urutan ke-7 dunia berdasarkan jumlah kapal partroli, nomor dua di Asia Tenggara, di bawah Thailand (posisi 4).
Di ASEAN, jumlah kapal penyapu ranjau Indonesia paling banyak dan menempati posisi ke-17 dunia. Sedangkan, jumlah kapal selam Indonesia nomor dua di ASEAN dan nomor 24 di dunia setelah Vietnam (posisi 20) dengan 6 kapal selam.
KOMPAS/MEGANDIKA WICAKSONO
Suasana kilang pengolahan PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, Jumat (10/11/2017). PT Pertamina Refinery Unit IV Cilacap merupakan kilang terbesar dari 7 kilang Pertamina dengan kapasitas produksi 348.000 barrel/hari. Kilang yang dibangun pada 1974 ini memasok 60 persen kebutuhan BBM di Pulau Jawa dan 34 persen di Indonesia.
Sumber daya alam
Dari sisi sumber daya alam, produksi minyak menunjukkan kemampuan dukungan kekuatan militer di suatu negara.
Minyak merupakan sumber daya utama dalam perang pada zaman ini yang digunakan dalam berbagai peratan dan kendaraan militer, baik udara, darat, maupun laut. Produksi minyak yang besar di suatu negara merupakan bonus bagi kekuatan militernya.
Akan tetapi, jumlah tersebut perlu dikurangi dari nilai konsumsi dengan mempertimbangkan juga cadangan minyak di suatu negara. Cadangan minyak di suatu negara menunjukkan daya tahan kekuatan militernya untuk berperang dalam waktu yang lama.
Di Indonesia, pada tahun 2020 diperkirakan produksi minyak sebesar 800 ribu barel per hari dengan konsumsi 1,6 juta barel per hari. Selain itu, cadangan minyak terbukti Indonesia lebih dari 3,2 miliar barel.
Produksi minyak Indonesia menempati posisi ke-23 dunia, tertinggi di Asia Tenggara. Di sisi lain, konsumsi minyak di Indonesia menempati posisi 13 dunia, juga tertinggi di Asia Tenggara. Sedangkan, cadangan minyak terbukti Indonesia berada di posisi ke-29, nomor dua di Asia Tenggara setelah Vietnam (25) yang memiliki cadangan minyak terbukti sebesar 4,4 miliar barel.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA (BAH)
Pekerja menyelesaikan pembuatan kapal tanker pesanan Pertamina di galangan kapal PT Daya Radar Utama di Kabupaten Lamongan, Sabtu (27/2/2016). Untuk mengamankan kebutuhan energi nasional, hingga 2017 sebanyak 11 unit kapal yang siap dikirimkan galangan kapal. Selain delapan unit kapal dengan bobot mati 17.500 deadweight tonnage (DWT) dari galangan kapal dalam negeri, Pertamina juga akan menerima tiga unit kapal medium range dengan bobot mati 40.000 deadweight tonnage (DWT) dari galangan kapal China.
Logistik
Indikator berikutnya yang digunakan untuk mengukur kekuatan militer adalah logistik yang dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja, kapal sipil yang dapat direkrut untuk bertempur, hingga infrastruktur perhubungan.
Tenaga kerja yang dimiliki Indonesia sebesar 126 juta jiwa, nomor empat dunia dan nomor satu di Asia Tenggara. Dalam situasi perang, tenaga kerja ini dapat mendukung kekuatan militer terutama di bidang industri pertahanan, seperti pembuatan peluru, bom, seragam, alat kesehatan, hingga perlengkapan khusus penunjang perang.
Sementara, jumlah kapal sipil Indonesia yang dapat sewaktu-waktu direkrut untuk mendukung saat perang sebanyak 9.053 buah, nomor satu di dunia. Dalam keadaan damai, kapal-kapal tersebut merupakan kapal dagang untuk mendukung perekonomian suatu negara. Akan tetapi, dalam situasi perang, kapal-kapal tersebut dapat menjadi kekuatan militer di laut, misalkan untuk transportasi prajurit, mengangkut peralatan militer, hingga mengangkut suplai logistik dari satu tempat ke tempat yang lain.
Berikutnya, Indonesia memiliki cakupan jalan raya sepanjang 437.759 kilometer, posisi ke-14 dunia dan nomor satu di Asia Tenggara. Jalan raya menjadi salah satu ukuran kematangan infrastruktur yang mendukung mobilitas di suatu negara serta menjadi penghubung bagi bandara, terminal, maupun pelabuhan. Dalam situasi perang, jalan raya sangat membantu dalam mobilisasi pasukan dan distribusi logistik, terutama dalam konsep perang total.
Di sisi lain, Indonesia memiliki rel kereta api sepanjang 5.042 yang dapat digunakan, nomor 35 di dunia dan nomor satu di Asia Tenggara. Panjang rel di suatu negara, dari kacamata kekuatan militer, menunjukkan tingkat fleksiblitas taktis saat terjadi perang. Jaringan rel merupakan salah satu pendukung bagi mobilisasi pasukan dan unsur-unsur militer lain.
Indonesia juga memiliki 16 pelabuhan dan terminal utama, nomor 7 dunia dan nomor satu di Asia Tenggara. Pelabuhan utama dan terminal ini mampu menjadi sandaran kapal-kapal besar sehingga dapat mengangkut banyak barang logistik atau personel pendukung militer dalam keadaan perang.
Selain itu, Indonesia memiliki kurang lebih 673 bandara yang dapat digunakan, nomor 10 dunia sekaligus nomor satu di Asia Tenggara. Keberadaan bandara merupakan salah satu kekuatan militer sekaligus titik lemah di sebuah negara. Pada saat perang, bandara dapat digunakan untuk memperlancar distribusi logistik maupun mempersiapkan serangan udara. Akan tetapi, bandara dengan spesifikasi landasan pacu tertentu dan dukungan fasilitas lengkap akan menjadi salah satu target utama dalam peperangan.
Berbagai infrastuktur logistik ini dianggap sebagai unsur kekuatan militer yang penting sebab dalam masa perang, distribusi logistik menjadi hal yang sangat krusial.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Petugas menata uang di cash center BRI, Jakarta, Selasa (12/10/2017). Bank Indonesia melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2017 mencapai 129,4 miliar dollar AS atau meningkat dibandingkan pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 128,8 miliar dollar AS.
Kekuatan keuangan
Kekuatan militer suatu negara dari sisi keuangan dapat dililhat dari belanja militer, utang luar negeri, cadangan devisa dan emas, serta keseimbangan daya beli.
Selama satu dekade terakhir, jumlah anggaran belanja pemerintah untuk urusan pertahanan terus meningkat. Pada tahun 2020, pos anggaran pertahanan negara dialokasikan sebesar Rp 127 triliun, yang terbesar sepanjang sejarah. Jumlah ini menempatkan Indonesia di posisi ke-31 dalam urusan belanja militer di dunia dan nomor dua di Asia Tenggara setelah Singapura (posisi 26).
Jika ditarik ke belakang lagi, melihat data yang dipublikasikan SIPRI, dari tahun ke tahun, sejak tahun 1988, anggaran belanja militer Indonesia terus meningkat. Pada tahun 1988, anggaran belanja militer Indonesia sebesar Rp 2,2 triliun. Kurang lebih 10 tahun berselang, anggaran belanja militer Indonesia meningkat menjadi Rp 8,9 triliun pada tahun 1999. Sepuluh tahun berikutnya, pada tahun 2009, anggaran belanja militer Indonesia tercatat sebesar Rp 34,3 triliun.
Sejak tahun 2010 hingga tahun 2020, tren anggaran belanja pertahanan meningkat. Hanya dua kali terjadi penurunan anggaran dari tahun 2015 ke tahun 2016 serta dari tahun 2017 ke 2018. Pada tahun 2015 anggaran belanja pertahanan adalah Rp 101,6 triliun. Angka tersebut turun menjadi Rp 98,2 triliun pada tahun 2016.
Sementara itu, pada tahun 2018 anggaran belanja militer Indonesia sebesar Rp 107 triliun, turun dari anggaran tahun 2017 sebesar Rp 17 triliun. Meskipun terjadi dua kali penurunan, tren anggaran peningkatan selalu meningkat.
Tren peningkatan anggaran belanja pertahanan, menurut Wakil Menteri Pertahanan Sakti Wahyu Trenggono, dilakukan demi kepentingan nasional. Tujuannya, membangun efek gentar dari negara lain. Konsekuensinya, Indonesia tidak boleh tertinggal dengan kemajuan negara-negara lain (Kompas, 24/7/2020).
Di sisi lain, utang luar negeri Indonesia sejumlah 344,4 miliar dollar AS dengan cadangan emas dan devisa sebesar 130,2 miliar dollar AS dan keseimbangan kemampuan belanja 3,4 triliun dollar AS.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian bersama juru bicara Presiden Joko Widodo Fadjroel Rachman (kiri) melihat peta dunia sebelum mengikuti rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (5/3/2020). Rapat terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo tersebut membahas mengenai akselerasi program tol laut.
Kekuatan geografis
Sebagai salah satu kekuatan militer, kekuatan geografis meliputi luas tanah, panjang garis pantai, panjang wilayah perbatasan, serta jalur air di suatu negara.
Luas tanah dianggap sebagai unsur pembentuk kekuatan militer karena dapat menghasilkan sumber daya alam serta dapat menampung banyak populasi yang dapat digunakan sebagai kekuatan militer. Secara geografis, luas tanah Indonesia adalah 1.904.569 kilometer persegi, nomor 14 di dunia dan nomor satu di Asia Tenggara.
Sedangkan, panjang garis pantai menjadi kriteria untuk menambah kekuatan laut, misalnya kapal patroli, dalam melindungi potensi sumber daya laut di suatu negara. Indonesia memiliki cakupan garis pantai sepanjang 54.716 kilometer, nomor dua di dunia setelah Kanada yang memiliki cakupan garis pantai sepanjang 202.080 kilometer.
Panjang wilayah perbatasan menjadi faktor penting karena dapat memengaruhi dalam mendapatkan kawan terdekat serta menggambarkan kemampuan lalu lintas keluar masuk barang. Indonesia memiliki wilayah perbatasan bersama sepanjang 2.958 kilometer, nomor 62 di dunia.
Kekuatan militer dalam hal jalur air dilihat dari ketersediaan jalur air dan jarak terhadap akses air untuk melihat kecepatan gerak baik barang maupun kekuatan militer saat jalur darat dan udara macet. Di saat damai, jalur air dapat digunakan untuk lalu lintas barang dan mendukung aktivitas perdangangan. Indonesia memiliki jalur air yang dapat digunakan sepanjang 21.579 kilometer, nomor 8 di dunia dan nomor satu di Asia Tenggara.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO (RON)
Latihan Perang Marinir– Korps Marinir TNI AL lakukan latihan perang jarak dekat di Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Sabtu (5/3/2016). Keterampilan bertarung jarak dekat juga menjadi bagian dari kemampuan yang harus dilatih dan penting saat digunakan dalam operasi penyergapan dan juga saat Perang Kota.
Artikel Terkait
Tantangan Indonesia
Sebagai salah satu unsur pembentuk kekuatan militer sebuah negara, alutsista menempati posisi yang sangat penting. Selain demi upaya pertahanan negara, alutsista juga menjadi sarana untuk menunjukkan kewibawaan sebuah negara. Indonesia menghadapi dua tantangan terkait alutsista. Pertama, kondisi alutsista yang makin ketinggalan dengan teknologi terbaru. Kedua, pengadaan alutsista Indonesia masih tergantung dengan pihak luar negeri.
Untuk pengadaan alutsista, pemerintah terus meningkatkan anggaran pertahanan. Pada tahun 2010 jumlah anggaran untuk pertahanan sekitar Rp40 triliun. Angka tersebut terus merangkak naik mencapai Rp127 triliun untuk tahun 2020 (Kompas.id, 16/12/2019).
Akan tetapi yang menjadi cacatan, terdapat kecenderungan untuk memprioritaskan anggaran untuk belanja pegawai dibanding belanja modal untuk modernisasi alutsista. Padahal, hingga akhir 2019 kurang lebih hanya 50 persen alutsista yang layak digunakan di Indonesia (Kompas.id, 16/12/2019).
Selain itu, pemerintah membangun industri pertahanan dalam negeri. Tekad pemerintah Indonesia tersebut mencakup pengembangan industri pertahanan dalam bidang daya gerak, daya tempur, daya dukung dan bekal. Produk hukum yang memayungi kebijakan ini adalah Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan.
Dengan adanya industri dalam negeri yang khusus mengurus tentang alat utama berarti Indonesia makin berdaulat dalam pengadaan alutsista. Meskipun hal ini bukan berarti Indonesia menutup hubungan dengan luar negeri terkait alutsista. Tercatat Indonesia masih bekerja sama dengan Korea Selatan, Amerika Serikat, Perancis, Inggris, dan Rusia terkait alutsista.
Selain soal pengadaan alutsista, kerja sama dengan pihak luar juga terjadi dalam bentuk bantuan Indonesia dalam misi perdamaian. Misalnya, Indonesia mengirim beberapa alutsista TNI, yakni kapal perang (KRI) yang tergabung dalam Maritime Task Force (MTF) misi UNIFIL Lebanon. Selain itu, Indonesia juga mengirimkan pesawat heli MI-17 yang bertugas dalam misi MINUSMA di Mali.
Pada tahun 2020 ini, TNI terus meningkatkan kesiapan alutsista. Tahun 2020 hingga 2024 merupakan tahap ketiga rencana strategis kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF). Sebelumnya tahap kedua telah rampung pada tahun 2014 sampai 2019.
Data di Mabes TNI menyebutkan pada akhir 2019 target MEF terpenuhi pada angka 63,19 persen dari 100 persen yang harus tercapai pada tahun 2024. Padahal, target pada tahap kedua semestinya sudah 75,5 persen terpenuhi. Kendala yang dihadapi selain anggaran adalah proses pengadaan alutsista yang masih terkatung-katung, misalnya untuk pembelian pesawat tempur dan satelit militer (Kompas, 30/1/2020). (LITBANG KOMPAS)
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA (BAH)
Penerjun melakukan aksi ketepatan mendarat di atas tank saat Peringatan HUT ke-74 Korps Marinir Tahun 2019 di Lapangan Kesatrian Marinir Sutedi Senaputra, Bhumi Marinir Karangpilang, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (15/11/2019). Peringatan HUT ke-74 tahun Korps Marinir kali ini memilih tema “Profesionalitas, Loyalitas, dan Peng bdian Prajurit Petarung Korps Marinir Untuk NKRI”. upacara peringatan ini diikuti 1 Kompi Pasukan Khusus, 4 Brigade Pasukan Marinir serta 1 Kompi Pegawai Negeri Sipil (PNS) TNI AL.
Artikel Terkait
Referensi
- Pertahanan Keamanan: Alutsista untuk Kewibawaan Negara. Kompas, 18 Desember 2014 hlm. 4.
- Pertahanan: TNI Perlu Tingkatkan Kesiapan Alutsista. Kompas, 30 Januari 2020 hlm. 4.
- Pertahanan: Wamenhan: Membeli Alutsista Ada Strateginya. Kompas, 24 Juli 2020 hlm. 2.
- https://www.sipri.org/databases/milex. Diakses 3/10/2020
- https://www.globalfirepower.com/country-military-strength-detail.asp?country_id=indonesia. Diakses 3/10/2020
- Buku Putih Pertahanan Indonesia 2015
- Buku Putih Pertahanan Indonesia 2008