Letak Indonesia yang berada tepat di antara benua Asia dan Australia, serta antara samudera Hindia dan Pasifik mengakibatkan variabilitas cuaca dan iklim mengatur pergantian musim hujan dan kemarau. Saat terjadi penyimpangan cuaca dan iklim akan memunculkan cuaca ekstrem di sebagian wilayah Indonesia berupa bencana hidrometeorologi seperti angin puting beliung, banjir, longsor, dan banjir rob.
Faktor yang menyebabkan cuaca ekstrem di antaranya aktivitas Monsun Asia dan suhu hangat permukaan laut di kawasan Indonesia yang memicu banyaknya penguapan dan terbentuknya awan hujan. Ketika beberapa gelombang ekuatorial mulai dari gelombang Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan gelombang Rossby Ekuator muncul, melahirkan bibit-bibit siklon yang berpotensi menimbulkan cuaca ekstrem di kawasan.
Gelombang Rossby Ekuator berpropagasi ke arah barat yang terjadi di Samudera Hindia barat Aceh hingga Bengkulu dan berpotensi membentuk pola sirkulasi siklonik di wilayah barat. Sedangkan Gelombang Kelvin bergerak di wilayah Papua bagian selatan dan Samudera Pasifik sehingga berpotensi membentuk pola sirkulasi siklonik di wilayah timur. Di sisi lain, gelombang Madden-Julian Oscillation (MJO) berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia. Jika ketiga gelombang ekuatorial ini aktif pada wilayah dan periode yang sama maka akan meningkatkan aktivitas konvektif serta pembentukan pola sirkulasi siklonik di sebagian besar wilayah Indonesia.
Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), terdapat tiga bibit siklon tropis yang muncul akibat signifikansi dinamika atmosfer yang dipicu dari aktifnya gelombang ekuatorial tersebut sejak awal Maret 2024, yaitu Bibit Siklon Tropis 91S, 94S dan 93P yang termonitor berada di sekitar Samudera Hindia selatan Jawa, Laut Timor dan Laut Australia. Akibatnya diperkirakan menimbulkan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai kilat atau angin kencang di sebagian wilayah Indonesia sehingga akan berdampak terjadinya bencana hidrometeorologi. Atas dasar ini BMKG menetapkan sejumlah wilayah terdampak cuaca ekstrim yang diprediksi akan terjadi pada 14-18 Maret 2024. Prakiraan berbasis dampak (impact-based forecast/IBF) menunjukkan tingkat dampaknya mulai level Waspada hingga Siaga terhadap cuaca ekstrem.
Peta di atas menggambarkan sebaran wilayah yang terdampak cuaca ekstrem. Warna merah untuk menandai tiga provinsi terdampak dalam kategori Siaga (Banten, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur), sedangkan warna kuning menandai 12 provinsi kategori Waspada (Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua).
Selanjutnya, simbol gelombang berwarna biru untuk menandakan potensi gelombang tinggi dengan ketinggian 4 hingga 6 meter (very rough sea) yang dapat menimbulkan potensi banjir pesisir (rob) di pesisir selatan Jawa Timur hingga NTB dan beberapa daerah lainnya (daftar lokasi pada peta). Fenomena tersebut diperkirakan berasal dari bibit siklon tropis 91S di selatan Jawa dan 94S di Laut Timor-tenggara NTT. Kemudian fase Bulan Baru yang bersamaan dengan Perigee (jarak terdekat bulan ke bumi) di awal bulan Ramadhan juga berdampak pada peningkatan ketinggian pasang air laut maksimum.
Sumber
- Artikel Kompas.id, “Gelombang Ekuatorial dan Bibit Siklon Memicu Cuaca Ekstrem di Indonesia” (14 Maret 2024). https://www.kompas.id/baca/humaniora/2024/03/14/gelombang-ekuatorial-dan-bibit-siklon-memicu-cuaca-ekstrem-di-indonesia
- Siaran Pers BMKG, “BMKG Update Peringatan Dini: Waspada, Bibit Siklon Tropis Perpanjang Potensi Cuaca Ekstrem Hingga Awal Pekan Depan” (14 Maret 2024). https://www.bmkg.go.id/press-release/?p=bmkg-warning-update-waspada-bibit-siklon-tropis-perpanjang-potensi-cuaca-ekstrem-hingga-awal-pekan-depan&tag=press-release&lang=ID
- Artikel Kompas.com, “BMKG: Ini wilayah yang berpotensi hujan lebat dan angin kencang pada 17-18 Maret 2024” (17 Maret 2024). https://www.kompas.com/tren/read/2024/03/17/060000265/bmkg–ini-wilayah-yang-berpotensi-hujan-lebat-dan-angin-kencang-pada-17-18
Kontributor
Muhammad Fiqi Fadillah
Editor
Slamet JP