Peta Tematik | Hari Konferensi Asia Afrika

Negara-Negara Peserta KAA 1955

Hadirnya 29 negara dari Asia dan Afrika di Bandung tahun 1955, merupakan tonggak awal lahirnya Gerakan Non-Blok di tengah Perang Dingin antara Blok Barat dan Blok Timur.

Berakhirnya Perang Dunia II pada Agustus 1945, ternyata tidak mengakhiri beberapa perselisihan antar negara di dunia. Terlebih lagi persaingan antara kelompok negara Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet dan Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Persaingan kekuatan tersebut berlanjut pada Perang Dingin di antara keduanya. Tidak hanya masalah kekuatan senjata, tetapi juga bertentangan secara ideologi dan politik dan berebut pengaruh terhadap negara-negara lain di Asia dan Afrika.

Saat itu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) belum dapat berbuat banyak dalam mengatasi permasalahan dunia. Sementara dampak dari dua kekuatan besar tersebut menimbulkan permasalahan lain dengan masing-masing memberi dukungan terhadap negara-negara yang masih bertikai.

Bersamaan dengan itu, beberapa negara di Asia dan Afrika secara berurutan mendapatkan kemerdekaannya, mulai dari Indonesia (17 Agustus 1945), Vietnam (2 September 1945), Filipina (4 Juli 1946), Pakistan (14 Agustus 1947), India (15 Agustus 1947), Birma atau Myanmar (4 Januari 1948), Sri Lanka (4 Februari 1948), dan China (1 Oktober 1949).

Kondisi dunia yang demikian, Indonesia bersama dengan Pakistan, Myanmar, Sri Lanka, dan India, menginisiasi diadakannya Konferensi Asia-Afrika (KAA). Indonesia terpilih menjadi tuan rumah pada konferensi yang dilaksanakan pada April 1955 di Bandung, dihadiri oleh lima negara pencetus dan 24 negara Asia dan Afrika lainnya, termasuk dari kawasan Timur Tengah.

Komunike akhir KAA menghasilkan konsensus yang berisi perihal: (1) kerja sama ekonomi, (2) kerja sama kebudayaan, (3) hak-hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri, (4) masalah rakyat jajahan, (5) masalah-masalah lain, (6) deklarasi tentang memajukan perdamaian dunia dan kerja sama internasional. Hasil tersebut kemudian dideklarasikan yang selanjutnya dikenal dengan Dasasila Bandung, yaitu suatu pernyataan politik yang berisi mengenai prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian dunia dan kerja sama internasional. Dengan sendirinya deklarasi tersebut melahirkan faham Dunia Ketiga terhadap Dunia Pertama Washington dan Dunia Kedua Moscow, sekaligus mempererat solidaritas antar bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.

Sumber

Kontributor
Muhammad Fiqi Fadillah

Editor
Slamet JP