Paparan Topik | Ekonomi Digital

Digitalisasi Ekonomi Indonesia: Maraknya Transaksi Tanpa Tunai

Di era digital saat ini, internet telah menjadi tulang punggung kehidupan modern. Kehadirannya mengintegrasikan berbagai aspek kehidupan manusia, salah satunya cara bertransaksi.

KOMPAS/PRIYOMBODO

Pembeli memindai kode baca cepat untuk transaksi pembayaran di salah satu gerai kopi di pusat perbelanjaan di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, Senin (19/8/2019). Bank Indonesia meluncurkan Standar Kode Baca Cepat Indonesia atau QRIS yang berlaku bagi sistem pembayaran melalui aplikasi uang elektronik berbasis server, dompet elektronik, dan perbankan bergerak yang efektif diimplementasikan pada Januari 2020. Pedagang, termasuk pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi target awal penerapan QRIS.

Fakta Singkat

Ekonomi digital di Indonesia:

  • Internet telah menciptakan dunia yang lebih terhubung, informatif, dan dinamis
  • Konektivitas internet bukan hanya mengubah cara kita membeli barang, tetapi juga membuka peluang baru dalam berbagai sektor.
  • Bisnis kecil kini dapat menjangkau pasar global tanpa harus memiliki toko fisik.
  • Kemudahan akses ke layanan digital memungkinkan konsumen untuk melakukan belanja daring atau online, membayar tagihan, dan bahkan melakukan investasi dengan lebih mudah.

Internet telah menciptakan dunia yang lebih terhubung, informatif, dan dinamis, membawa perubahan besar dalam cara kita hidup, bekerja, belajar, dan berbelanja. Dahulu, bertransaksi berarti pergi ke toko fisik, mengantre, dan melakukan pembayaran secara tunai. Namun, dengan hadirnya internet, semua itu berubah.

Kini, kita dapat melakukan pembelian hanya dengan beberapa klik melalui telepon pintar. Dari belanja daring atau online hingga pembayaran tagihan. Internet memberikan banyak kemudahan yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya.

Konektivitas ini bukan hanya mengubah cara kita membeli barang, tetapi juga membuka peluang baru dalam berbagai sektor. Bisnis kecil kini dapat menjangkau pasar global tanpa harus memiliki toko fisik.

Masyarakat dapat dengan mudah menemukan informasi tentang produk, membandingkan harga, dan membaca ulasan sebelum melakukan pembelian. Semua ini berkontribusi pada pengalaman berbelanja yang lebih baik dan lebih informatif.

Infografik: Jumlah UMKM yang Masuk dalam Ekosistem Digital 2020

Masyarakat Semakin Terhubung

Transformasi ini juga mencerminkan bagaimana masyarakat semakin terbiasa dan bergantung pada konektivitas digital. Kemudahan akses ke layanan digital memungkinkan konsumen untuk melakukan belanja daring atau online, membayar tagihan, dan bahkan melakukan investasi dengan lebih mudah. Dengan demikian, internet bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga alat utama dalam melakukan transaksi keuangan.

Namun kemudahan ini menimbulkan ketergantungan pada teknologi. Seiring dengan semakin banyaknya kebutuhan yang dapat dipenuhi melalui layanan digital, ketergantungan masyarakat pada teknologi semakin meningkat.

Pembayaran digital menjadi salah satu contoh nyata dari perubahan ini. Dengan berbagai aplikasi dan platform pembayaran, kita dapat melakukan transaksi kapan saja dan di mana saja. Ini tidak hanya menghemat waktu, tetapi juga membuat proses pembayaran menjadi lebih efisien dan aman.

Salah satu sektor yang paling terdampak adalah transaksi keuangan. Berdasarkan survei Internet Indonesia 2024 oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), penetrasi internet di Indonesia menunjukkan pertumbuhan signifikan. Dari 64,8 persen pada tahun 2018, tingkat penetrasi internet meloncat menjadi 79,5 persen pada tahun 2024. Ini berarti sekitar 221 juta penduduk Indonesia kini terhubung dengan internet, menciptakan ekosistem digital yang semakin luas dan inklusif.

Grafik:

 

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Para petani muda memasarkan tanaman hiasnya melalui platform e-dagang (marketplace) di pusat pembudidayaan tanaman hias Titik Hijau, Bojongsari, Depok, Jawa Barat, Senin (26/10/2020). Penjualan melalui platform e-dagang telah dilakukan para petani muda ini sejak dua tahun lalu. Saat pandemi omset penjualan daring meningkat dua kali lipat ditambah dengan budidaya tanaman hias di masyarakat yang tengah ngetren.

Perubahan cara bertransaksi

Dengan adopsi teknologi yang semakin luas, pola perilaku masyarakat dalam bertransaksi juga mengalami transformasi. Di antara pengguna internet, perangkat genggam dan tablet menjadi pilihan utama untuk mengakses dunia digital.

Pada tahun 2023, persentase pengguna yang mengandalkan perangkat genggam mencapai 99,51 persen. Dominasi perangkat ini menandakan pentingnya kemudahan yang ditawarkannya dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam memfasilitasi transaksi pembayaran.

Salah satu inovasi yang semakin populer adalah penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Dengan QRIS, transaksi menjadi lebih cepat dan efisien.

Pengguna hanya perlu memindai kode QR menggunakan ponsel mereka untuk melakukan pembayaran, tanpa perlu membawa uang tunai atau kartu kredit. Ini tidak hanya menghemat waktu, tetapi juga memberikan rasa aman dan kenyamanan dalam bertransaksi.

Grafik:

 

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Rony penjual gado-gado dan ketoprak menunjukan tokonya pada aplikasi ShopeeFood di kawasan Tanjung Duren, Jakarta Barat, Jumat (13/8/2021). Pada masa pandemi Covid-19 ini selain mengadopsi metode pembayaran digital atau secara nontunai melalui uang elektronik, para pelaku UMKM makanan juga membuka toko melalui aplikasi pemesanan. Penggunaan aplikasi pemesanan tidak hanya untuk memenuhi protokol kesehatan tapi diharapakan dapat menambah pelanggan baru.

Sistem Pembayaran QRIS

QRIS, yang diperkenalkan oleh Bank Indonesia pada 17 Agustus 2019, merupakan inovasi pembayaran digital yang bertujuan untuk menyederhanakan transaksi keuangan.

Teknologi ini memungkinkan masyarakat melakukan pembayaran hanya dengan memindai kode QR menggunakan aplikasi perbankan atau e-wallet pada smartphone mereka. Kehadiran QRIS menjadi solusi yang menghubungkan berbagai penyedia layanan pembayaran, menciptakan ekosistem digital yang lebih inklusif dan terintegrasi.

QR code, yang menjadi basis teknologi QRIS, awalnya dikembangkan oleh insinyur Jepang, Masahiro Hara, pada tahun 1994. Kode ini mampu menyimpan informasi lebih banyak dibandingkan barcode tradisional, menjadikannya standar internasional dalam berbagai industri.

Ketika diadaptasi di Indonesia, QR code disesuaikan menjadi QRIS untuk memenuhi kebutuhan transaksi yang lebih praktis dan cepat, serta mendukung upaya digitalisasi ekonomi.

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Pertumbuhan Pesat Penggunaan QRIS

Data dari Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) menunjukkan adanya lonjakan signifikan pada volume dan nominal transaksi QRIS selama semester pertama 2024.

Tercatat sebanyak 2,36 miliar transaksi dengan total nilai Rp249,1 triliun, yang masing-masing meningkat 196 persen dan 191 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Rekor tertinggi terjadi pada Juni 2024, dengan 494 juta transaksi senilai Rp52 triliun, menunjukkan bahwa QRIS semakin menjadi pilihan utama masyarakat dalam bertransaksi. Peningkatan ini tidak hanya memperlihatkan popularitas QRIS sebagai metode pembayaran, tetapi juga menunjukkan peran pentingnya dalam mendorong inklusi keuangan.

QRIS membuka akses bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk bergabung dalam ekosistem ekonomi digital, memungkinkan mereka menjangkau pasar yang lebih luas dan meningkatkan volume transaksi.

Selain itu, QRIS membantu mempercepat proses pembayaran, meningkatkan efisiensi sistem keuangan secara keseluruhan, dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional.

Grafik:

 

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Mengapa QRIS Diminati?

Kelebihan utama yang membuat QRIS semakin diminati adalah kemudahan dan efisiensi dalam penggunaannya. Masyarakat modern membutuhkan solusi pembayaran yang cepat, aman, dan mudah diakses, yang dapat memenuhi kebutuhan transaksi harian tanpa harus menggunakan uang tunai atau kartu fisik. QRIS menyediakan semua itu.

Dengan hanya satu kali pemindaian kode QR, memungkinkan pembayaran selesai dalam hitungan detik. Hal ini tidak hanya memberikan kenyamanan bagi konsumen, tetapi juga membantu pedagang mengurangi waktu transaksi, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan mempercepat rotasi bisnis.

Pandemi COVID-19 juga mempercepat adopsi QRIS karena meningkatnya kebutuhan akan transaksi non-tunai dan tanpa sentuhan. Pembayaran digital menjadi solusi utama dalam menjaga keamanan kesehatan, karena tidak ada kontak fisik yang terlibat.

Ketersediaan QRIS di berbagai jenis usaha, mulai dari pedagang kaki lima hingga pusat perbelanjaan besar, semakin memperkuat posisinya sebagai pilihan utama. Tanpa perlu biaya besar atau perangkat tambahan yang rumit, pelaku usaha dapat dengan mudah mengadopsi QRIS dan menyediakan opsi pembayaran digital bagi pelanggan.

Peningkatan penetrasi internet dan kepemilikan smartphone di Indonesia turut mendukung adopsi QRIS secara masif. Menurut APJII, hampir 80 persen penduduk Indonesia telah terhubung dengan internet pada 2024, menandakan ekosistem digital yang semakin matang.

Masyarakat pun beralih dari cara pembayaran konvensional ke metode digital yang lebih efisien. Kompatibilitas QRIS dengan berbagai aplikasi perbankan dan e-wallet membuatnya semakin relevan dan mudah diakses oleh berbagai lapisan masyarakat.

Kesadaran masyarakat akan pentingnya transaksi non-tunai juga berkembang seiring dengan meningkatnya penggunaan QRIS. Transaksi digital tidak hanya menawarkan kemudahan, tetapi juga keamanan finansial yang lebih baik, dengan catatan yang tercatat otomatis dalam aplikasi.

Hal ini meminimalkan risiko kehilangan uang dan memudahkan pelacakan keuangan baik bagi konsumen maupun pelaku usaha. Bagi UMKM, penggunaan QRIS juga membantu dalam pembukuan yang lebih teratur dan transparan, menciptakan ekosistem keuangan yang lebih sehat.

Dukungan pemerintah dan otoritas keuangan dalam mempromosikan QRIS menjadi faktor pendorong lain yang signifikan. Bank Indonesia aktif melakukan kampanye edukasi dan memperluas jangkauan QRIS, termasuk menggandeng mitra internasional untuk memungkinkan transaksi lintas negara tanpa konversi mata uang.

Inisiatif ini memperkuat daya saing Indonesia di kancah ekonomi digital global, serta membuka peluang bagi UMKM untuk memperluas jangkauan bisnis ke pasar internasional.

Grafik:

 

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

KOMPAS/ALIF ICHWAN

Pengguna LinkAja bertransaksi dengan kode QR pada salah satu gerai pembuat kopi di Jakarta, Jumat (1/11/2019). PT Fintek Karya Nusantara yang memiliki izin penerbitan uang elektronik LinkAja, bekerjasama dengan Bank Mandiri memperluas jaringan penerimaan LinkAja di berbagai merchant besar dan popular seperti Gramedia, Bukalapak, Blibli, Sarinah, Citilink, KFC, dan Chattime dengan memanfaatkan mesin EDC Mandiri serta layanan top up e-money Mandiri.

Menuju Masa Depan Transaksi Digital

Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki, QRIS telah menjadi lebih dari sekadar tren. QRIS merupakan bagian integral dari transformasi ekonomi digital di Indonesia.

Kemudahan, aksesibilitas, dukungan infrastruktur, dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap transaksi non-tunai membuat QRIS semakin populer. Sejalan dengan visi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025 (BSPI 2025), QRIS berperan dalam mengintegrasikan ekonomi-keuangan digital nasional dan mendukung digitalisasi perbankan, memperkuat posisi Indonesia dalam peta ekonomi global.

Dengan dukungan teknologi dan kebijakan yang tepat, QRIS berpotensi menjadi standar utama dalam pembayaran digital di Asia Tenggara. Ini bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan inklusi finansial.

Masyarakat yang sebelumnya tidak memiliki akses ke layanan keuangan kini dapat menikmati kemudahan bertransaksi dengan QRIS.

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Tantangan dalam Era Digital

Namun, seiring dengan kemudahan yang ditawarkan, tantangan baru juga muncul. Salah satu tantangan terbesar adalah risiko keamanan siber dan penipuan online. Dengan meningkatnya jumlah transaksi digital, potensi ancaman terhadap data pribadi dan keuangan juga meningkat. Masyarakat perlu memiliki pengetahuan yang cukup untuk melindungi diri saat bertransaksi di dunia digital.

Penting bagi pengguna untuk memilih platform yang terpercaya dan selalu memeriksa keamanan transaksi. Ini termasuk mengenali tanda-tanda penipuan, menggunakan kata sandi yang kuat, dan tidak membagikan informasi pribadi sembarangan. Edukasi tentang keamanan digital harus menjadi prioritas, baik dari pemerintah, penyedia layanan, maupun masyarakat itu sendiri.

Dengan langkah-langkah yang tepat, QRIS dapat menjadi jembatan yang menghubungkan Indonesia dengan ekonomi digital yang lebih inklusif dan terintegrasi. Kerja sama internasional tidak hanya meningkatkan daya saing, tetapi juga memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap sistem pembayaran digital.

Ke depan, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemimpin dalam inovasi pembayaran digital di Asia Tenggara. Dengan mengatasi tantangan yang ada dan terus mendorong kolaborasi, Indonesia dapat memastikan bahwa ekonomi digitalnya berkembang dengan aman dan berkelanjutan. (LITBANG KOMPAS)