Paparan Topik | Kebangkitan Nasional

Hari Kebangkitan Nasional: Upaya Membangun Bangsa Melalui Olahraga

Tema Hari Kebangkitan Nasional atau Harkitnas 2024 yakni “Bangkit Untuk Indonesia Emas.” Tema ini dipilih agar Harkitnas 2024 dapat membawa nilai-nilai semangat dan kekuatan untuk bangkit menuju Indonesia Emas.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Pendukung menyalakan suar merayakan gol Indonesia saat nonton bareng pertandingan Timnas Indonesia melawan Irak dalam memperebutkan poisis ketiga Piala Asia U-23 di Alun-Alun Sidoarjo, Kamis (2/5/2024). 

Fakta Singkat

Hari Kebangkitan Nasional

  • Tema Harkitnas 2024: “Bangkit Untuk Indonesia Emas.”
  • Harkitnas diperingati setiap tanggal 20 Mei, bertepatan dengan hari kelahiran Boedi Oetomo, 20 Mei 1908.
  • Dalam konteks kekinian, ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk merayakan Harkitnas, salah satunya upaya meningkatkan prestasi olahraga nasional.
  • Dalam rencana aksi global Sustainable Development Goals (SDGs) 2016-2030, olahraga secara resmi disebut sebagai pendukung penting bagi pembangunan berkelanjutan dan dimasukkan dalam Agenda PBB 2030.
  • Per 15 Mei 2024, sebanyak 20 atlet Indonesia dari 9 cabang olahraga telah menggenggam tiket ke Olimpiade Paris 2024.
  • Target Indonesia sedikitnya tiga emas diyakini dapat direngkuh Indonesia untuk melampaui prestasi tiga dekade lalu.

 

Hari Kebangkitan Nasional, yang diperingati setiap tanggal 20 Mei, bukan hanya sekadar peringatan hari bersejarah. Namun, juga merupakan momentum bagi bangsa Indonesia untuk merefleksikan pencapaian serta menatap masa depan dengan optimisme.

Boedi Oetomo yang menjadi organisasi politik pertama di Indonesia, lahir pada tanggal tersebut pada tahun 1908 di Gedung Stovia. Pembentukan Boedi Oetomo dipelopori oleh para pemuda. Organisasi ini bermula dari kesadaran akan ketertindasan yang membangkitkan semangat kemajuan dan kemerdekaan. Kegiatan para pemuda diarahkan ke satu masa depan yang bermuara pada pembentukan satu negara-bangsa yang merdeka.

Kini, semangat yang dikobarkan para pemuda pada masa itu harus terus dijaga dan diwujudkan dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam konteks kekinian, ada banyak hal yang bisa dilakukan, termasuk dalam upaya meningkatkan prestasi olahraga nasional.

Tahun ini, Hari Kebangkitan Nasional atau Harkitnas terasa istimewa karena bertepatan dengan momentum kebangkitan sejumlah cabang olahraga nasional. Atlet-atlet Indonesia telah menunjukkan semangat juang mereka dalam merebut prestasi di dunia olahraga di kancah internasional, yang mengharumkan nama bangsa dan menggugah nasionalisme bangsa Indonesia.

Salah satu contohnya adalah pencapaian tim nasional Indonesia U-23 di Piala Asia 2024, yang berhasil mencapai babak semifinal. Pencapaian timnas Indonesia U-23 di Piala Asia 2024 seakan membangkitkan kembali memori Indonesia sebagai salah satu ”Macan Asia” terutama pada awal-awal masa kemerdekaan.

Sejak awal, langkah tim Indonesia U-23 di ajang Piala Asia U-23 2024 sudah memantik euforia di seluruh Nusantara. Skuad Garuda yang didominasi oleh pemain muda tampil penuh energi, membangkitkan harapan bagi anak bangsa melawan rasa inferior, dan membangun mental pemenang.

Dukungan warga Indonesia mengalir deras. Terlihat jelas dari acara nonton bareng yang digelar di berbagai tempat, mulai di stadion besar, kantor pemerintahan, sampai warung kopi. Perjuangan skuad Garuda Muda berhasil memberikan energi positif, mengobarkan rasa nasionalisme yang menyatukan warga, serta mengatasi sekat-sekat residu konflik dari kontestasi politik di Pemilu 2024.

Hal tersebut pun sejalan dengan tema Harkitnas 2024 “Bangkit Untuk Indonesia Emas”. Tema ini dipilih agar Harkitnas 2024 dapat membawa nilai-nilai semangat dan kekuatan untuk bangkit menuju Indonesia Emas.

AFP/WANG ZHAO

Ganda Apriyani Rahayu dan Siti Fadia Silva Ramadhanti mengembalikan kok ke pertahanan pemain Thailand, Jongkolphan Kititharakul dan Rawinda Prajongjai di perempat final ganda putri Piala Uber di Chengdu, China Jumat (3/5/2024). Apriyani/Fadia menundukkan pasangan peringkat 10 dunia itu dengan skor 21-17 dan 21-14. 

Olahraga Sarana Pembangunan Bangsa

Tak hanya sepak bola, semua pertandingan olahraga selalu memiliki daya tarik. Selama ini, sejatinya olahraga tidak hanya dipahami semata-mata aktivitas fisik belaka. Olahraga mengandung nilai-nilai tertentu yang bisa menyumbangkan konstruksi nilai-nilai dan budaya dalam masyarakat. Lebih jauh lagi, olahraga bahkan dapat menunjukkan karakter dan identitas sebuah bangsa.

Tak sedikit negara yang menggunakan olahraga sebagai kendaraan untuk meraih berbagai tujuan sosial dan kemanusiaan, seperti pendidikan, kohesi sosial, reintegrasi, diplomasi, dan perdamaian. Nelson Mandela dalam pidatonya di acara penghargaan Laureus World Sport Awards 2000, menyatakan, “Olahraga memiliki kekuatan untuk mengubah dunia. Olahraga memiliki kekuatan untuk mengispirasi, kekuatan untuk menyatukan orang-orang dengan cara tak bisa dilakukan oleh kegiatan lain.”

Dalam rencana aksi global Sustainable Development Goals (SDGs) 2016 – 2030 yang disahkan PBB pada 2015, olahraga secara resmi disebut sebagai pendukung penting bagi pembangunan berkelanjutan dan dimasukkan dalam Agenda PBB 2030.

Paragraf 37 dokumen Agenda PBB 2030 menyebutkan, “Olahraga merupakan pendorong penting bagi pembangunan berkelanjutan. Kami mengakui kontribusi olahraga yang semakin berkembang untuk merealisasikan pembangunan dan perdamaian dalam mempromosikan toleransi dan rasa hormat dan kontribusinya terhadap pemberdayaan perempuan dan orang muda, individu dan komunitas, serta tujuan di bidang kesehatan, pendidikan, dan keterlibatan sosial.”

Di Indonesia sendiri, sudah sejak lama olahraga memiliki andil besar dalam merawat semangat solidaritas dan persatuan antar-anak bangsa. Sering kali ajang yang dianggap tidak sepenting ekonomi ataupun politik itu justru menjadi penyelamat semangat nasionalisme bangsa ini di tengah berbagai ujian hebat.

Secara historis, menurut Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam, keterkaitan antara aktivitas olahraga dan rasa kebangsaan atau nasionalisme telah muncul sebelum Indonesia terbentuk. Pada masa kolonialisme Belanda, di tengah penerapan politik segregasi rasial dalam segala lini hidup masyarakat, anak-anak pribumi menguatkan identitasnya melalui organisasi (Kompas, 27/1/2018).

Salah satunya Persatoean Sepakraga Seloereoh Indonesia (PSSI) yang didirikan Soeratin Sosrosoegondo pada 1930. Nama itu berubah menjadi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia 20 tahun kemudian. Suasana perlawanan dari nama organisasi itu amat terasa dari penggunaan kata Indonesia, padahal waktu itu wilayah ini disebut Hindia Belanda.

Pengaruh politik segregasi, kata Asvi, mengakibatkan anak pribumi tidak bisa ikut serta dalam berbagai pertandingan sepak bola yang diselenggarakan orang Eropa dan Timur Asing. Diskriminasi itu yang mendorong Soeratin dan pribumi lainnya untuk melawan. Mereka tak mau dipinggirkan.

Aktivitas PSSI membuat pertandingan sepak bola di beberapa kota rupanya mempercepat penyebaran rasa kebangsaan dan integrasi bangsa. Sebab, jaringan antarpemuda di wilayah cikal bakal Indonesia semakin terbuka. Organisasi pemuda, salah satunya Jong Java, pun mengadakan turnamen bersamaan dengan kongres mereka.

Selain mendirikan organisasi, kelompok pribumi juga mendirikan stadionnya sendiri. Stadion Sriwedari, Surakarta, Jawa Tengah, adalah arena olahraga pertama yang dibangun pribumi untuk pribumi. Arena itu dibangun oleh Raja Surakarta Pakubuwana X, 1932.

IPPHOS
Upacara penyerahan bendera PON dan bendera Merah Putih oleh Presiden Soekarno di Istana Yogyakarta tanggal 8 September 1948. Kedua bendera tersebut kemudian dibawa berjalan kaki oleh rombongan secara beranting menuju tempat pelaksanaan PON di Solo.

Peran Stadion Sriwedari sebagai saksi bisu kebangkitan nasionalisme berlanjut hingga Indonesia merdeka. Stadion itu menjadi arena yang digunakan pada Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama, September 1948.

Penyelenggaraan PON pertama di Solo dipicu salah satunya oleh kegagalan Indonesia mengikuti Olimpiade London tahun 1948. Pada saat itu, Indonesia belum dikenal luas sebagai negara dan belum diakui sebagai anggota International Olympic Committee (IOC).

PON I/1948 merupakan salah satu upaya untuk menunjukkan keberadaan Indonesia kepada dunia. Penyelenggaraan PON pertama di Solo kemudian memiliki dimensi politik, yakni meyakinkan bahwa negara Republik Indonesia benar-benar ada, benar-benar memiliki pemerintahan, dan benar-benar didukung oleh rakyat. Tanpa ada dukungan rakyat terhadap pemerintahan, tak mungkin terwujud kegiatan olahraga tingkat nasional (Kompas, 10/9/1983).

Penggunaan olahraga dalam proses pembangunan bangsa semakin terlihat pada masa Demokrasi Terpimpin. Presiden Sukarno menjadikan olahraga sebagai salah satu alat untuk membentuk suatu karakter bangsa dalam proses national building. Merujuk buku Politik Nasionalisme Sepak Bola Indonesia Era Soekarno 1950-1965 yang ditulis RN Bayu Aji, Sukarno meyakini olahraga dan sepak bola khususnya menjadi basis pembentukan dan penerapan nasionalisme serta para olahragawan merepresentasikan wakil-wakil bangsa dan negara (hlm 108).

Hal itu pun terlihat dari semangat untuk menyelenggarakan sejumlah pesta olahraga multicabang berskala internasional. Tahun 1958, Indonesia ditetapkan sebagai tuan rumah Asian Games kedua empat tahun berikutnya, yakni pada 1962. Kepedulian Bung Karno untuk menyelenggarakan pesta olahraga tersebut amat tinggi.

Bung Karno sebagai kepala pemerintahan menginstruksikan para menteri dan pejabat terkait agar segera membangun suatu komplek olah raga terbesar di Asia, yang di dalamnya mencakup seluruh fasilitas yang diperlukan. Bukan hanya untuk Asian Games 1962 tetapi juga untuk mendukung kegiatan-kegiatan olah raga, baik di tingkat nasional maupun internasional, setelah pesta olah raga se-Asia itu selesai diselenggarakan. 

Setahun setelahnya, Indonesia menyelenggarakan Games of the New Emerging Forces (Ganefo) di Jakarta. Penyelengaraan Ganefo bermula dari ancaman Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengeluarkan Indonesia dari keanggotaan IOC karena menolak keikutsertaan Taiwan dan Israel dalam Asian Games IV di Jakarta pada 1962.

Ancaman tersebut disambut oleh Presiden Soekarno dengan menarik diri dari IOC. Selanjutnya, dibentuklah organisasi tandingan IOC untuk mewadahi semangat olahraga di antara negara-negara Dunia Ketiga dan NonBlok, yakni Ganefo. Ganefo diikuti oleh negara-negara yang merupakan anggota Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 yang diselenggarakan di Bandung, Jawa Barat.

Dalam peringatan setahun Ganefo, 1964, Bung Karno berpidato, “Hai rakyat Indonesia, tua-muda, terutama sekali yang muda-muda, latih kau punya diri sehebat-hebatnya agar di dalam waktu 10 tahun paling banyak, 10 tahun, Indonesia, rakyat Indonesia menduduki tempat yang paling tinggi di lapangan olahraga.” Menurut Asvi, hal itu menunjukkan kehendak kuat Bung Karno untuk membangun karakter bangsa melalui olahraga.

Pada masa Orde Baru, olahraga juga ditempatkan sebagai sarana pembangunan. Hal ini tampak dari munculnya panji olahraga dan penetapan hari olahraga nasional pada tahun 1980-an.

Pada tahun 1981, muncul slogan “memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat”. Secara resmi, ungkapan tersebut muncul dalam pidato kenegaraan Presiden Soeharto di depan sidang DPR, 15 Agustus 1981. Olahraga disebutkan sebagai bagian dari upaya untuk membangun bangsa dan negara. Slogan tersebut kemudian disebut sebagai panji olahraga.

Penggunaan olahraga sebagai sarana pembangunan juga dapat dilihat pada saat pencanangan Hari Olahraga Nasional pada tahun 1983. Pencanganan Haornas dilatarbelakangi semangat pembangunan. Menurut Presiden Soeharto dalam pencanangan Haornas, “Kita tidak mungkin mewujudkan masyarakat maju, adil, dan sejahtera lahir batin seperti yang kita cita-citakan jika masyarakat kita lemah jasmani dan rohaninya.” (Kompas, 10/9/1983).

Prestasi Olahraga Nasional

Di samping meningkatkan citra bangsa dan negara di kancah internasional, prestasi olahraga menjadi barometer kemampuan dan keberhasilan suatu negara dalam memajukan bidang keolahragaan.

Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah cabang olahraga mampu menunjukkan kemajuan yang positif. Dibuktikan dari sejumlah torehan prestasi di berbagai kompetisi dunia.

Sepak bola menjadi cabang yang paling mendapatkan sorotan. Sejak diasuh pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-yong sejak 2019, timnas sepak bola Indonesia mampu menunjukkan peningkatan level permainan. Berdasarkan rilis terbaru dari Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) pada 4 April 2024, Timnas Indonesia berhasil merangkak naik delapan peringkat dalam ranking FIFA, menempati posisi ke-134 di dunia. FIFA menjelaskan bahwa Timnas Indonesia merupakan negara dengan lonjakan peringkat tertinggi dalam rilis terbaru ranking FIFA. 

Di level Asia, prestasi baru diukir tim nasional Indonesia U-23 di Piala Asia 2024. Bermodal semangat muda, tim Indonesia mampu bersaing di Piala Asia U-23 2024 dengan berhasil lolos ke semifinal dengan mengalahkan tim-tim yang di atas kertas jauh lebih diunggulkan seperti Australia, Yordania, dan Korea Selatan. Sebelumnya, sejak turnamen ini digelar pada 2013, tim Indonesia belum sekali pun lolos ke putaran final.

Meski belum berhasil lolos ke babak final dan gagal mewujudkan mimpi tampil di Olimpiade Paris 2024, timnas U-23 Indonesia sejatinya telah mampu menunjukkan kualitas permainan yang semakin baik yang menjadi harapan akan munculnya prestasi pada masa mendatang.

Rata-rata usia pemain Indonesia yang dikirim ke Piala Asia U-23 masih relatif muda, yakni 20,8 tahun. Artinya, dengan usia para pemain yang masih di bawah 23 tahun, sepak bola Indonesia memiliki peluang besar untuk terus berkembang dan menorehkan prestasi. Talenta-talenta muda Indonesia ini merupakan modal utama yang perlu dirawat dan dikembangkan mulai dari sekarang. Intinya, untuk membentuk timnas yang kuat dibutuhkan banyak talenta muda yang harus terus dilatih dan diberi kesempatan mengasah pengalaman bermain di level dunia.

KOMPAS/JULIAN SIHOMBING

Penyambutan Alan Budikusuma dan Susi Susanti, peraih medali emas di Olimpiade Barcelona. Masyarakat ibukota pada Rabu (12/8/1992) turun ke jalan, menyambut dua pahlawan bulu tangkis tersebut, kemudian mereka diarak jip terbuka melintasi jalan protokol dari Senayan menuju Ancol. 

Di cabang bulu tangkis, tim bulu tangkis Indonesia berhasil mencapai final secara bersamaan pada Piala Thomas dan Uber di Chengdu, China, pada 5 Mei 2024 untuk pertama kalinya sejak 1998. Sayangnya, tim Thomas dan Uber Indonesia belum mampu mengembalikan Piala Thomas dan Uber ke Tanah Air.

Namun, performa mereka patut dihargai. Terutama untuk tim Uber, ini menjadi hasil terbaik tim putri Indonesia sejak terakhir kali mencapai tahap yang sama pada Kejuaraan Piala Thomas dan Uber di Jakarta pada 2008. Pebulu tangkis era 1990-an, Yuni Kartika, menilai bahwa prestasi di Chengdu bukan hanya tentang Piala Uber. Hal itu juga menjadi titik balik tunggal putri Indonesia, nomor yang selama ini selalu diragukan dan dipandang sebelah mata (Kompas, 4/5/2024).

Sementara di turnamen individu, Jonatan Christie dan Fajar Alfian/Muhammad Rian berhasil meraih dua gelar juara All England 2024 di Birmingham, Inggris pada 17 Maret 2024. Berkat raihan prestasi ini, Indonesia keluar sebagai juara umum pada ajang final turnamen tertua bulu tangkis tersebut. Khususnya pada sektor tunggal putera, gelar All England tersebut merupakan penantian panjang setelah terakhir kali menjadi juara All England pada 1994 yang diraih oleh Hariyanto Arbi.

Prestasi di All England juga mengobati rindu akan gelar juara bulu tangkis Indonesia dari turnamen besar setelah minimnya gelar juara pada 2023 hingga awal 2024. Hal ini diharapkan bisa mengakhiri fase buruk sebelumnya dan menjadi titik balik untuk menemukan kepercayaan diri dan ritme terbaik menuju Olimpiade Paris 2024, terutama di sektor yang berpotensi meraih emas Olimpiade, tunggal putra dan ganda putra.

Tidak kalah dengan sepak bola ataupun bulu tangkis yang sudah memiliki nama besar, angkat besi menjadi cabang olahraga yang selalu berprestasi di kejuaraan internasional. Terbaru,  Rizki Juniansyah, menyabet dua medali emas Piala Dunia Angkat Besi di Phuket, Thailand pada 4 April 2024. Dengan total angkatan 365 kg, lifter asal Serang, Banten tersebut meneguhkan diri sebagai lifter terkuat di kelas 73 kilogram, mengalahkan rekan senegaranya, Rahmat Erwin Abdullah, dan memecahkan rekor dunia yang sebelumnya dipegang Shi Zhiyong di Olimpiade Tokyo 2020 yang kala itu mengangkat 364 kg (Kompas, 5/4/2024)

Sebelumnya, di Kejuaraan Angkat Besi Asia 2024 di Uzbekistan, lifter-lifter Indonesia juga menorehkan prestasi cemerlang. Rahmat Erwin Abdullah meraih tiga medali emas dalam tiga jenis Angkatan, turun di kelas 73 kg, Rahmat berhasil mencatat rekor dunia baru dengan angkatan snatch seberat 159 kg dan clean and jerk seberat 204 kg. Tidak hanya Rahmat, lifter lainnya juga memberikan kontribusi. Natasya Beteyob meraih satu medali perak dan dua medali perunggu, sedangkan Ricko Saputra membawa pulang dua medali perak dan satu medali perunggu dalam Kejuaraan Angkat Besi Asia 2024.

Perkembangan timnas Basket Puteri Indonesia juga membanggakan. Sejak sukses merebut medali emas SEA Games Kamboja 2023, yang merupakan medali emas pertama sejak partisipasi perdana pada SEA Games Malaysia 1977. Timnas basket putri Indonesia terus menunjukkan kemajuan yang positif.

Timnas basket putri Indonesia berhasil menjuarai Piala Asia FIBA 2023 Divisi B di Thailand. Sebagai juara Divisi B, maka Timnas Basket Putri Indonesia berhak promosi ke Piala Asia FIBA Divisi A, ini merupakan sejarah baru karena untuk pertama kalinya timnas putri promosi ke Divisi A sejak format dua divisi diterapkan mulai 1994.

Ironis sekaligus menarik, prestasi tersebut ditorehkan di tengah ketiadaan liga basket putri di Tanah Air sejak 2020. Dengan kata lain, raihan emas SEA Games dan gelar juara Piala Asia FIBA 2023 Divisi B mampu dicapai meski pemain tidak menjalani kompetisi reguler.

Melihat potensi yang besar tersebut, kehadiran liga basket putri sangat diperlukan. Kompetisi menjadi tempat untuk mengasah kemampuan, mengukur kompetensi masing-masing karena sering berhadapan dengan tim lain, sekaligus sebagai sarana untuk memantau pemain-pemain yang bisa dipersiapkan untuk pemanggilan timnas. Dengan kompetisi reguler, pemain kian teruji dari segi teknik ataupun mental, aspek yang perlu terus dipersiapkan agar bisa terus berprestasi.

Olimpiade 2024

Olimpiade Paris 2024 yang akan diselenggarakan dari 26 Juli hingga 11 Agustus 2024 merupakan kesempatan emas para atlet memberikan prestasi bagi Indonesia. Performa positif para atlet di sejumlah cabang olahraga diharapkan bisa berlanjut hingga Olimpiade.

Sepanjang keikutsertaan Indonesia di ajang Olimpiade sejak 1952, medali emas terbanyak yang berhasil diraih ialah sejumlah dua keping. Torehan tersebut diraih pada Olimpiade Barcelona 1992. Artinya, sudah lebih dari 30 tahun yang lalu. Kala itu, Indonesia menyabet dua medali emas dari cabang olahraga bulu tangkis melalui tunggal putri Susi Susanti dan tunggal putra Alan Budi Kusuma (Kompas, 27/5/2023).

Setelahnya, dalam setiap perhelatan olimpiade kecuali Olimpiade London 2012, jumlah emas yang diraih tidak pernah lebih dari satu. Indonesia pun hanya mengantongi delapan emas dari total 16 kali partisipasi pada ajang multicabang sedunia tersebut. Bulu tangkis menjadi cabang yang paling banyak menyumbang medali.

Olimpiade Musim Panas edisi ke-33 nanti akan mempertandingkan 329 nomor di 32 cabang olahraga. Sedikitnya tiga emas diyakini dapat direngkuh Indonesia untuk melampaui prestasi tiga dekade lalu.

“Kami optimistis Indonesia akan membuat sejarah baru dalam peraihan medali di olimpiade. Olimpiade Paris 2024 merupakan kesempatan emas, mari kita dorong supaya dapat hasil maksimal. Indonesia, di atas kertas, bisa meraih tiga medali emas. Itu sudah merupakan rekor baru untuk Indonesia,” kata Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (26/5/2023).

Bulu tangkis diyakini akan tetap menjadi andalan. Cabang olahraga lainnya yang dipercaya turut berpotensi menyumbang medali emas adalah angkat besi dan panjat tebing. Untuk angkat besi, punya potensi karena memiliki atlet yang angkatannya sudah menjadi rekor dunia, yakni Rizki Juniansyah.

Sementara di cabang panjat tebing, Indonesia tercatat memiliki atlet-atlet yang sering meraih medali emas pada kejuaraan dunia panjat tebing serta memecahkan rekor dunia, khusunya pada nomor speed putra.

Per 15 Mei 2024, sebanyak 20 atlet Indonesia dari 9 cabang olahraga telah menggenggam tiket ke Olimpiade Paris 2024. Dua di antaranya merupakan cabang olahraga yang selalu mengirimkan wakilnya sekaligus menyumbang medali bagi Indonesia, yaitu bulu tangkis dan angkat besi. Selain dua cabang olahraga langganan, beberapa cabang olahraga lainnya juga menciptakan sejarah dengan mengirimkan wakilnya untuk pertama kali ke Olimpiade. 

Panahan menjadi cabang olahraga yang mengawali kelolosan Indonesia ke Olimpiade Paris 2024 lewat atlet panahan putra, Arif Dwi Pangestu. Tiket berhasil diraih Arif setelah menempati peringkat keempat nomor recurve putra di Kejuaraan Dunia Panahan 2023 di Berlin, Jerman, 7 Agustus 2023 (Kompas, 2/5/2024).

Setelah Arif, Diananda Choirunisa juga menyabet tiket ke Paris setelah meraih medali perunggu pada nomor recurve beregu campuran bersama Riau Ega Agatha di Asian Games Hangzhou 2022, 5 Oktober 2023. Indonesia akan berjuang menambah tiket dari kategori beregu. Panahan Indonesia akan mencoba mengejarnya di kualifikasi terakhir di Antalya, Turki, 15 – 16 Juni 2024.

Dari cabang panjat tebing, atlet panjat putri Desak Made Rita Kusuma Dewi berhasil meraih hal serupa. Desak merebut tiket itu seusai meraih emas kategori speed Kejuaraan Dunia 2023 di Bern, Swiss, 10 Agustus 2023. Desak menjadi pemanjat pertama Indonesia yang lolos ke Olimpiade setelah cabang olahraga ini pertama kali ditandingkan pada Tokyo 2020.

Pemanjat putra, Rahmad Adi Mulyono, kemudian menyusul langkah Desak pada 12 November 2023. Adi meraih tiket ke Paris setelah menyabet emas kategori speed Kualifikasi Zona Asia atau IFSC Climbing Asian Qualifier 2023 di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.

Indonesia masih akan berebut jatah masing-masing satu tiket untuk atlet putra dan putri. Para pemanjat ini akan berjuang dalam dua seri kompetisi, yakni di Shanghai, China (16 – 19 Mei), dan di Budapest, Hongaria (23 Juni). Kedua kompetisi ini merupakan kualifikasi terakhir Olimpiade.

KOMPAS, 22 Juli 2012

Di cabang senam artistik, untuk pertama kalinya, Indonesia meloloskan pesenam ke Olimpiade. Sejarah ini tercipta melalui pesenam artistik Rifda Irfanaluthfi. Tiket menuju Olimpiade Paris 2024 berhasil digenggam Rifda setelah tampil di Kejuaraan Senam Dunia 2023 di Antwerp, Belgia, Senin (2/10/2023) malam waktu setempat.

Selanjutnya, petembak Indonesia, Fathur Gustafian, meraih tiket ke Olimpiade Paris melalui ajang Asian Rifle/Pistol Championship 2024 atau Kejuaraan Senapan dan Pistol Asia 2024, Januari 2024. Fathur mengunci tempat di Olimpiade Paris 2024 setelah menempati peringkat keempat dalam final nomor senapan angin putra 10 meter.

Bagi Indonesia, ini kali kedua atlet menembaknya lolos ke Olimpiade melalui babak kualifikasi. Sebelumnya, petembak nomor senapan angin putri 10 meter, Vidya Rafika, melaju ke Olimpiade Tokyo 2020.

Di cabang selancar ombak, Rio Waida kembali akan menjadi wakil Indonesia dalam ajang Olimpiade. Rio Waida meraih tiket ke Olimpiade Paris 2024 melalui ajang kualifikasi terakhir, International Surfing Association atau ISA World Surfing Games 2024 atau Gim Selancar Dunia Asosiasi Selancar Internasional, 3 Maret 2024.

Angkat besi sudah memastikan dua wakilnya akan berlaga di Olimpiade Paris 2024, yaitu Eko Yuli Irawan dan Rizki Juniansyah. Kepastian itu didapat pada kualifikasi terakhir di Piala Dunia Angkat Besi 2024, Phuket, Thailand, 2 April lalu.

Keberhasilan Eko lolos ke Paris akan membuatnya menjadi atlet Indonesia dengan keikutsertaan terbanyak di Olimpiade dengan total lima kali. Sejak Olimpiade Beijing 2008, Eko rutin tampil di panggung olahraga tertinggi dunia tersebut. Lifter asal Lampung ini juga rutin meraih medali.

Kemudian pada cabang bulu tangkis, Indonesia memiliki wakil pada semua nomor bulu tangkis di Olimpiade Paris 2024. Pada nomor tunggal putra, Indonesia meloloskan Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting. Lalu, Gregoria Mariska Tunjung menjadi wakil di nomor tunggal putri. Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto untuk ganda putra serta Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti untuk ganda putri. Pada nomor ganda campuran, Indonesia diwakili oleh Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari.

Kemudian, di cabang rowing, atlet dayung disiplin rowing, La Memo, lolos ke Olimpiade Paris 2024 setelah finis kedua perlombaan single sculls putra (MX1) di Kejuaraan Dayung Asia-Osenia di Chungju, Korsel, 21 April 2024. Memo mengulang kisah manis delapan tahun lalu ketika lolos ke Olimpiade Rio de Janeiro 2016 lewat ajang yang sama.

Adapun atlet rowing lain masih akan berjuang untuk meraih tiket dalam kualifikasi terakhir di Lucerne, Swiss, 19 – 21 Mei 2024. Mereka adalah Mutiara Rahma Putri dan Chelsea Corputtry (rowing ganda putri kelas ringan), Ardi Isadi dan Kakan Kusmana (ganda putra kelas ringan). Lalu, Ferdiansyah, Denri Maulidzar Alghifari, Ardi Isadi, dan Asuhan Pattiha (empat pedayung putra tanpa juru mudi) dan ganda putra Ihram dan Memo.

Sehari setelah kelolosan Memo, 22 April 2024, Federasi Balap Sepeda Internasional (UCI) memastikan Indonesia memiliki wakil balap sepeda di Olimpiade Paris 2024. Atlet yang mewakili Indonesia ialah atlet disiplin track nomor omnium putra, Bernard Benyamin van Aert. Bernard lolos kualifikasi setelah berhasil mengumpulkan poin sebanyak 1.552 pada berbagai perlombaan UCI.

Upaya Mengoptimalkan Potensi

Sejauh ini, capaian prestasi olaharaga nasional masih belum optimal. Di kancah internasional, prestasi Indonesia masih kerap mengalami pasang surut. Untuk mampu konsisten dan memaksimalkan potensi, Indonesia perlu segera melakukan transformasi program pembinaan olahraga.

Hal itu pernah mengemuka pada seminar Refleksi Setahun Asian Games 2018 dan Rencana Peningkatan Prestasi Olahraga Indonesia di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Jakarta, Kamis (10/10/2019).

Dalam acara tersebut, Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, menyebutkan bahwa kurang optimalnya prestasi olahraga terjadi karena Indonesia tidak punya pembinaan akar rumput yang kuat, yang merupakan hal mendasar dan sangat penting.

Indonesia juga tidak memiliki program yang jelas untuk mengembangkan prestasi olahraga, tidak punya fokus cabang yang ingin dikembangkan. Sejauh ini, semua cabang coba difasilitasi sekalipun bukan cabang Olimpiade. Hal ini tentu menyulitkan di tengah anggaran olahraga yang sangat terbatas dan masih minimnya dukungan sponsor.

Selain itu, pembinaan olahraga juga belum benar-benar memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Padahal, di negara maju, iptek adalah komponen penting untuk meningkatkan performa dan prestasi atlet.

Terkait hal itu, pada September 2021, Menteri Pemuda dan Olahraga resmi meluncurkan Desain Besar Olahraga Nasional atau DBON. Desain yang mengatur peningkatan prestasi dari hulu ke hilir ini diharapkan jadi titik awal kebangkitan olahraga nasional. 

Disebutkan bahwa visi DBON, salah satunya, adalah upaya meningkatkan prestasi olahraga Indonesia yang merupakan bagian dari strategi membangun karakter dan harga diri bangsa. Adapun salah satu misinya adalah mencetak atlet-atlet berprestasi dunia dengan pembinaan atlet jangka panjang yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan sebagai faktor pendukung utama.

Strategi DBON adalah peningkatan prestasi olahraga nasional untuk menuju prestasi dunia/internasional dilakukan melalui pembinaan dan pengembangan fokus pada cabang olahraga unggulan Olimpiade dan Paralimpik.

Kemudian, penerapan sistem promosi dan degradasi kepada 14 cabang olahraga unggulan; penerapan sistem pembinaan, pengembangan, dan peningkatan prestasi olahraga; pembinaan dan pengembangan olahraga nasional dengan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi; serta peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga keolahragaan berstandar internasional.

Dalam DBON, ada 14 cabang prioritas untuk pembinaan prestasi, yaitu atletik, angkat besi, bulu tangkis, panahan, panjat tebing, menembak, wushu, karate, taekwondo, balap sepeda, renang, dayung, senam artistik, dan pencak silat. Sementara itu, ada lima cabang Paralimpiade yang akan menjadi prioritas, yakni bulu tangkis, tenis meja, angkat berat, atletik, dan renang.

Untuk mendukung DBON, Kemenpora juga menggandeng perguruan tinggi sebagai pemandu utama untuk prestasi khususnya untuk sport science(LITBANG KOMPAS)

Referensi

Arsip Kompas
  • “Menjadi Indonesia dengan Olahraga,” Kompas, 27 Januari 2018.
  • “Pemuda, Olahraga, dan Energi Bangsa,” Kompas, 5 September 2018.
  • “Hari Kebangkitan Nasional: Latar Belakang, Polemik, dan Profil Budi Utomo,” Kompaspedia, 18 Mei 2021.
  • “Membangun Harapan dan Masa Depan Melalui Olahraga,” Kompas, 19 Juli 2021
  • “Sejarah Hari Olahraga Nasional dan Momentum Kebangkitan Prestasi,” Kompaspedia, 9 September 2021.
  • “DBON Jadi Desain Indonesia Membangun Olahraga Nasional,” Kompas, 30 November 2021.
  • “Pasang Surut Prestasi di Pentas Dunia dan Arah Masa Depan Olahraga Nasional,” Kompaspedia, 9 September 2022.
  • “Indonesia Telah Loloskan 19 Atlet ke Olimpiade Paris 2024,” Kompas, 2 Mei 2024.
Internet