KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Niman Sarif (57), petani anggrek jenis vanda douglas merawat tanaman anggrek di perkebunannya di kawasan Pondok Benda, Tangerang Selatan, Banten, Senin (6/4/2020).
Fakta Singkat
Hari Anggrek Nasional
- Lahirnya Hari Anggrek terinspirasi dari kisah sepasang suami istri, Mike dan Faith Young, sukarelawan konservatori anggrek di San Cristobal de las Casas, Chiapas, Mexico tahun 2010.
- Di Indonesia terdapat sekitar 750 famili, 43.000 spesies, dan 35.000 varietas hibrida anggrek dari seluruh dunia, 5.000 spesiesnya
- Pemerintah membuat regulasi yang dapat melindungi anggrek spesies melalui UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
- Regulasi lainnya yakni UU No. 5 tahun 1994 Konvensi PBB tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati; dan PP No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
- Keputusan Presiden No. 4 Tahun 2003 tentang Satwa dan Bunga Nasional menetapkan Anggrek Bulan (Puspa Pesona), Rafflesia Arnoldi (Puspa Langka) dan Melati Putih (Puspa Bangsa) sebagai Bunga Nasional.
Anggrek menjadi tanaman endemik di berbagai belahan bumi. Keberadaan tumbuhan anggrek dapat menjadi bioindikator alami kelestarian lingkungan. Semakin beragam jenis anggrek, artinya tingkat kelestarian alamnya makin tinggi.
Menurut laman Portal Informasi Indonesia, ada sekitar 750 famili, 43.000 spesies, dan 35.000 varietas hibrida anggrek dari seluruh dunia, 5.000 spesiesnya ada di Indonesia. Sebanyak 986 spesies tersebar di hutan-hutan di Pulau Jawa, 971 spesies di Pulau Sumatra, 113 spesies tumbuh di Kepulauan Maluku, dan sisanya bisa ditemukan di Sulawesi, Irian Jaya, Nusa Tenggara, dan Kalimantan. Oleh karena itu, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara pusat keragaman anggrek dunia.
Dalam sejarah, anggrek mulai ditulis dalam gambar dan sastra Cina dan Jepang pada 700 SM. Saat itu, anggrek digunakan sebagai obat-obatan herbal berbagai penyakit. Anggrek mulai dikenal di Inggris sekitar tahun 2500 – 3000 tahun yang lalu saat misionaris gereja dan tentara mengirim tanaman itu ketika kembali pada keluarga mereka. Hal itu kemudian menjadi tradisi para pelaut serta tentara Inggris ketika kembali dari perjalanan selalu membawa anggrek dari tanah seberang.
Saat itu, anggrek masih menjadi tanaman langka di Eropa, hanya orang kaya yang mampu mendapatkannya. Ditambah lagi, jika harus berbunga pada saat diberikan pada orang terkasih, maka anggrek membutuhkan perawatan tersendiri. Hal ini membut anggrek, kemudian, dikenal sebagai tanaman keluarga kerajaan.
Pada zaman dahulu kala, anggrek direpresentasikan dengan kaum laki-laki karena penamaan Orchidaceae berasal dari bahasa Yunani “orchis”, yang artinya testicle atau buah zakar. Istilah “orchid” diperkenalkan oleh John Lindley tahun 1845 sebagai kependekan kata dari orchidaceae.
Anggrek dianggap menjadi lambang kesuburan dan kejantanan. Mitos yang ada menyebutkan memakan anggrek muda dapat mendapatkan anak laki-laki dan makan anggrek tua untuk mendapatkan anak perempuan.
KOMPAS/ALIF ICHWAN
Pedagang tanaman Anggrek Bulan di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta, Kamsi (21/3/2019) sedang merapikan pot dan mengatur batang anggrek, agar menarik calon konsumen untuk membeli. Harga tanaman Anggrek Bulan ini ditawarkan sekitar harga Rp 70.000 sampai Rp 200.000.
Sejarah Hari Anggrek Nasional
Lahirnya Hari Anggrek Nasional di pelopori sepasang suami istri, yaitu Mike dan Faith Young. Mike dan Faith Young adalah sukarelawan di konservatori anggrek di San Cristobal de las Casas, Chiapas, Mexico tahun 2010. Pasangan ini sudah lama berusaha ingin memiliki anak, dan ketika tahun 2014 sang istri hamil, ternyata bayinya meninggal 16 April 2014. Kemudian, mereka menamainya bayinya dengan nama Orchid Faith dan pasangan tersebut tidak berhenti menjaga kelestarian anggrek.
Menyadari pentingnya kelestarian keberadaan anggrek di dunia, Mike dan Faith Young mengupayakan adanya hari Anggrek Nasional. Mereka mengupayakan diresmikannya Hari Anggrek Nasional yang ditetapkan pada tanggal kematian bayi mereka, yaitu 16 April. Dimulai sejak 16 April 2015, mereka pun mengampayekan Hari Anggrek Nasional.
Mike dan Faith Young terus menjaga kelestarian anggrek dan mengampanyekan pentingnya kepedulian pada anggrek. Bunga anggrek tumbuh epifit di atas permukaan tanah dan melekat pada pohon atau batu, tetapi mereka bukan parasit.
Anggrek bulan pertama kali ditemukan oleh Dr. C. L. Blume seorang botani asal Belanda. Namun, ada pula yang menyebutkan bahwa anggrek bulan pertama kali ditemukan di Ambon oleh Rumphius pada abad ke-17, kemudian diberi nama Epidendrum albummajus.
KOMPAS/RENY SRI AYU
Tondok Bakaru adalah desa yang memiliki potensi pariwisata alam dan anggrek (30/12/2019). Sejak 2017 warga secara mandiri mengembangkan pariwisata diantaranya dengan daya tarik anggrek.
Bunga Nasional Indonesia
Salah satu bunga yang dijadikan anggrek nasional Indonesia adalah Anggrek Bunga atau disebut juga Puspa Pesona Indonesia. Anggrek bulan memiliki bentuk kelopak yang memanjang, lebar dan berwarna putih. Setiap kuntum bunganya terdiri dari tiga kelopak, dua kelopak di samping dan satu kelopak di punggung. Selain Anggrek Bulan, ada pula Melati Putih, Jasminum Sambac (Puspa Bangsa), dan Raflesia Arnoldi yang disebut Bunga Padma Raksasa (Puspa Langka).Tiga jenis bunga tersebut ditetapkan sebagai Bunga Nasional dengan Keputusan Presiden No. 4 Tahun 2003 tentang Satwa dan Bunga Nasional.
Anggrek bulan atau Phalaenopsis amabilis dapat dibudiyakan dan menjadi tanaman koleksi, serta memiliki nilai ekonomis. Sifatnya yang tahan penyakit dan perubahan cuaca, membuatnya mudah untuk dikembangbiakkan. Bunga yang mampu bertahan cukup lama ini memiliki keunggulan pada bunganya yang mampu bertahan lama hingga dua bulan lebih. Ukuran diameter bunga anggrek bulan antara 6 – 10 cm. Jenis bunga ini banyak terdapat di seluruh Indonesia mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, sampai Papua. Walaupun bunga ini memiliki nama yang khas di setiap daerah, seperti Anggek Menur di Jawa Barat, Anggrek Wulan di Bali, dan Anggrek Terbang di Maluku.
Anggrek bulan memiliki batang yang pendek terbungkus oleh seludang daun, dengan jumlah daun yang tidak lebih dari lima helai. Daunnya berwarna hijau, tebal, berdaging, berbentuk lonjong bulat telur sungsang atau jorong, melebar di bagian ujungnya. Ujungnya tumpul terkadang sedikit meruncing dengan panjang 20 – 30 cm dan lebar 5 – 8 cm.
Anggrek kebanggaan nasional ini memiliki dua jenis akar, yaitu akar lekat dan akar udara. Akar lekat berfungsi melekat dan menahan keseluruhan tanaman agar tetap berada pada posisinya. Sementara akar udara berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman untuk menyerap unsur hara.
Kelebihan anggrek bulan adalah ia mengeluarkan tunas baru pada ruas batang bahkan pada tangkai bunganya, sehingga jika sudah mengeluarkan akar, dapat dipisahkan menjadi individu yang baru. Angrek Bulan termasuk epifit monopodial yang tumbuh menjuntai. Budidaya anggrek ini dapat dilakukan dalam laboratorium, dengan sistem kultur jaringan atau pun melalui pengecambahan biji anggrek pada media tertentu.
Anggrek ini tumbuh di daerah tropis, tapi cukup sedikit matahari (1.200 – 20.000 lux) untuk menunjang kehidupannya, karena tidak tahan sengatan matahari langsung. Idealnya, anggrek ini berada pada ketinggian 50 – 600 mdpl dan berkembang dengan baik di ketinggian 700 – 1.100 mdpl. Anggrek epifit ini menempel pada pohon besar yang rindang dan menyukai tempat teduh, serta lembap terutama dengan curah hujan 1.500 – 2.000 mm/tahun.
Anggrek Bulan memiliki organ-organ sukulen atau berdaging tebal dengan kandungan air tinggi. Mereka dapat hidup dengan kondisi ketersediaan air yang rendah, dan air dapat diperoleh dari hujan, tetesan embun, dan uap air di udara. Namun, Anggrek Bulan tidak ditemui di daerah gurun karena perakarannya tidak intensif. Anggrek tersebar luas di Malaysia, Indonesia, Filipina, Papua, hingga Australia.
KOMPAS/LUCKY PRANSISKA
Salah satu bunga anggrek bulan (Phalaenopsis) koleksi Taman Anggrek Ragunan, Jakarta, Sabtu (13/3/2009). Di dunia saat ini tumbuh lebih 30 ribu spesies anggrek, mencakup 660 genus, dengan 75.000 hibrida terdaftar. Beberapa jenis anggrek termasuk tumbuhan yang dilindungi pemerintah diantaranya Anggrek bulan bintang (Paraphalaenopsis denevei).
Nasib Kritis Anggrek Kalimantan
Menurut Chairani, dkk dalam buku Anggrek Spesies Kalimantan Barat, dari 850 genus dan 20.000 spesies anggrek yang ada dunia, sekitar 2.500 – 3.000 spesiesnya berada di Hutan Kalimantan. Pulau Kalimantan adalah pulau ketiga terbesar di dunia setelah Greenland dan Papua Nugini, maka tidak heran jika anggrek di sana tumbuh subur dalam hutan.
Akan tetapi, ribuan anggrek Kalimantan telah punah, sedangkan ribuan lainnya terancam punah. Habitat asli anggrek adalah di hutan hidup dengan menumpang di pohon-pohon besar, tetapi anggrek bukan benalu. Di Kalimantan, ada sekitar 1.000 jenis anggrek yang tujuh di antaranya merupakan anggrek langka yang dilindungi undang-undang. Tujuh jenis anggrek tersebut adalah Paraphalaenopsis sepentilingua, Paraphalaenopsis laycocki, Paraphalaenopsis labukensis, Phalaenopsis gigantea atau anggrek bulan gajah, Coelogyne pandurata atau anggrek hitam, Spathoglottis aurea atau anggrek kuning, dan Grammatophylium speciosum.
Penyebab berkurang atau hilangnya spesies anggrek di Kalimantan adalah kegiatan eksploitasi hutan legal maupun illegal dan kebakaran hutan. Anggrek epifit yang tumbuh di pohon-pohon di Kalimantan ikut menghilang ketika pohon-pohon itu ditebang. Bahkan, pemanfaatan hasil hutan yang berlebihan justru mengkhawatirkan karena secara tidak langsung merusak habitat anggrek spesies. Selain itu, penambangan emas membuat anggrek kehilangan pohon untuk berkembang hingga akhirnya ratusan spesies punah.
Tidak dapat dimungkiri, kegiatan sistem perladangan berpindah—yang harus membakar hutan yang akan digunakan—memusnahkan seluruh plasma nutfah hutan yang ada dalam ekosistem, termasuk mikro organisme baik yang ada di pohon dan di tanah hutan itu.
KOMPAS/MEGANDIKA WICAKSONO
Maidi (28), penangkar anggrek hutan, prihatin atas maraknya pembukaan hutan perawan di Kalimantan Tengah (19/9/2014). Maidi tergerak untuk menyusuri sisa-sisa penebangan pepohonan kayu hutan. Dia memungut aneka jenis anggrek hutan yang berserakan dan menangkarkannya. Dia bermimpi anggrek hutan tetap lestari agar anak-cucunya nanti masih bisa mengagumi keindahan tanaman yang semakin langka itu.
Masyarakat sering kali tidak memiliki pengetahuan memadai tentang perlindungan anggrek spesies. Para penjual ini hanya mengikuti saja pemintaan pembeli. Maka dari itu, terjadilah pengumpulan dan penjualan ilegal anggrek. Apalagi, anggrek jenis tertentu, seperti Phalaenopsis, Paphiopedilum, Paraphalaenopsis terjual dengan harga tinggi. Seperti di perbatasan Malaysia dan Brunei Darussalam, penjualan anggrek spesies tidak terkendali.
Walaupun Indonesia telah meratifikasi peraturan dalan CITES (Convention on International Trade ini Endangered Species of Wild Flora and Fauna) yang mengatur perdagangan antarnegara dari jenis flora dan fauna terancam punah. Anggrek-anggrek langka tersebut termasuk dalam kategori tidak boleh diperjualbelikan.
Pemerintah membuat regulasi yang dapat melindungi anggrek spesies melalui UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, UU No. 5 tahun 1994 Konvensi PBB tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati, dan PP No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Di sisi lain, pelestarian anggrek sangat membutuhkan perhatian. Karena secara bisnis anggrek sangat menguntungkan selain untuk daya tarik wisata, anggrek dapat menjadi obat kosmetika atau tanaman obat. Anggrek digemari di seluruh dunia, maka komoditas perdagangan anggrek menarik bagi kolektor, peneliti, dan tentu saja penggemar anggrek.
Dalam laporan Global Forest Watch 2002, disebutkan bahwa Indonesia menjadi negara yang mengalami kehilangan hutan paling dramatis di dunia. Saat itu, diperkirakan 1 juta Ha lahan dihancurkan setiap tahun selama tahun 1990-an.
KOMPAS/AMBROSIUS HARTO
Anggrek hitam (Coelogyne pandurata) merupakan satu di antara 50-an spesies yang tumbuh di Cagar Alam Padang Luwai di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Spesies ini sangat tersohor dan agak mudah dijumpai di kawasan itu sebab berbunga sepanjang tahun, seperti dijumpai pada akhir September 2007.
Pada tahun 2010, dikabarkan Anggrek Bulan lokal dari Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan sudah tidak ditemukan lagi di sana. Selain itu, anggrek yang sudah hilang adalah Dendrobium lowii, Spathoglotis aurea atau anggrek tanah kuning, serta anggrek jenis dendrobium.
Padahal, anggrek tersebut hanya ada di tiga tempat di dunia, yaitu Filipina, Indonesia di Bogor, dan di Tanah Laut, tepatnya Pelaihari. Anggrek Bulan Pelaihari terkenal karena spesies itu sangat langka dengan bunganya bertahan hingga enam bulan. Rata-rata anggrek, bunganya hanya bertahan selama satu bulan. Selain itu, kuntum bunganya mencapai 25 – 30 buah, sedangkan anggrek lainnya hanya memiliki 10 – 15 kuntum. Bahkan, Anggrek Bulan Pelaihari memiliki banyak cabang dan tangkai, sedangkan anggrek lain hanya punya satu cabang. Harga Anggrek Bulan Pelaihari bisa mencapai 5 juta rupiah. Malangnya, kini anggrek terbaik di dunia itu tidak lagi dapat ditemukan di habitat asalnya, yaitu Pelaihari Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.
Demikian pula halnya dengan Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata). Anggrek ini adalah anggrek paling langka di dunia, dan menjadi maskot flora Kalimatan Timur. Anggrek ini hidup di hutan primer dengan menumpang pada pohon di wilayah yang tinggi kelembabannya atau di antara 1000 hingga 1500 kaki di atas permukaan laut.
Anggrek hitam memiliki 5 – 10 kuntum per tangkai kelopak dan mahkota berwarna hijau kekuningan dengan bibir dan bagian dalam bunga berwarna hitam dengan bintik-bintik dan kombinasi warna hitam. Umbinya berwarna hijau terang dengan permukaan mengkilap, di setiap umbinya, tumbuh dua helai daun kaku yang ujungnya mirip ekor ikan. Anggrek hitam ini membawa sifat warna hitam, dan jika disilangkan, hasilnya dapat berwarna hitam. Uniknya anggrek hitam bunganya menjuntai ke bawah dengan teratur, sehingga sangat digemari oleh kolektor anggrek. Ironisnya, kini plasma nutfah anggrek hitam semakin langka dari habitat aslinya.
Menurut World Wide Fund For Nature (WWF), angrek hitam hanya dapat ditemukan di beberapa wilayah Kalimantan. Anggrek hitam dilindungi keberadaannya dan diatur dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1999.
Nasib anggrek kian mengkhawatirkan karena kesalahan kebijakan masa lalu yang menjadikan anggrek termasuk spesies langka sebagai komoditas pertanian. Hal tersebut membuat eksploitasi hutan pun tidak terkendali, bahkan dengan cara mengambil plasma nutfah untuk dijual.
KOMPAS/LUCKY PRANSISKA
Petugas cagar alam, Didimus menunjukan Anggrek hitam (coelogyne pandurata) satu dari 47 jenis angrek yang hidup di Cagar Alam Kersik (padang) luway di Kecamatan Seqolak Darat, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, Selasa (5/11/2013).
Budidaya Anggrek
Perawatan teratur dan telaten akan membuat anggrek subur dan indah. Maka dari itu, perlu diperhatikan beberapa hal:
Sirkulasi udara. Anggrek menyukai daerah berangin, maka tidak boleh berada di ruang tanpa angin.
Penyiraman. Sebenarnya, anggrek tidak membutuhkan terlalu banyak air, tetapi jika berada di daerah panas, penyiramannya harus dilakukan lebih sering. Namun, jika berada di pot besar dengan media yang lembab, tidak diperlukan penyiraman sebanyak anggrek dalam pot kecil. Cara termudah adalah dengan menyentuh media tanaman. Jika masih terasa lembab basah, penyiraman bisa ditunda. Pada musim panas, anggrek perlu disiram setiap hari, dan pada musim dingin, penyiraman bisa dikurangi.
Pemupukan. Anggrek akan lebih subur dan berbunga jika dipupuk, baik pupuk organik atau anorganik. Umumnya, pupuk anggrek adalah pupuk majemuk, yaitu cairan dan tepung yang terdiri dari tiga komponen utama nitrogen, pospor, dan kalium.
Media Tanam. Media tanam yang baik harus bersifat dapat menahan lembab dan mengeluarkan kelebihan air dan berongga. Misalnya saja, pecahan batu bata dan kerikil dapat menyimpan lembab, menyediakan rongga dan memuluskan jalan air. Namun, arang kayu mampu memberikan, melepaskan kelebihan air, tetapi dapat menyimpan kelembaban. Adapula media tanam sekam padi, bahkan moss, yang berfungsi seperti sabut, tetapi harganya mahal.
Media tanam yang cocok untuk anggrek epifit umumnya merupakan campuran dari pecahan batu bata/kerikil pada 1/3 bagian dasar, kemudian satu lapisan arang dan ditutup dengan potongan pakis atau serpihan kayu. Baik untuk menyisakan 2 – 3 cm ruang di bawah bibir pot, kemudian sabut, dengan potongan kayu disusun hampir setinggi pot. Sementara itu, untuk anggrek terestrial biasanya menggunakan media campuran dari batu bata atau kerikil di dasar pot, sabut kelapa, arang, dan pakis yang dicacah halus dapat ditambahkan pupuk kandang ataupun sekam padi.
Lain halnya dengan konservasi. Ada dua cara konservasi, yaitu secara ex-situ (di luar habitat) dan secara in-situ (dalam habitat). Ex-situ misalnya, menjadi koleksi di Kebun Raya Bogor. Kalimantan Barat memiliki Orchid Centre sejak tahun 2004 untuk meneliti dan mengidentifikasi beragam anggrek dan penyebarannya.
Dalam cara in-situ, konservasi dilakukan di habitatnya untuk melindungi ekosistem dan habitat alaminya. Anggrek tropis sebagian besar adalah epifit dengan sistem akar yang melekat pada pohon tanpa merusak pohon. Hal itu juga sangat membantu kelestarian plasma nutfah flora, bukan hanya anggrek. Konservasi in-situ juga membentuk ekosistem yang baik bagi hewan di sekitarnya, seperti mamalia, burung, ular, amphibi, ikan, serta kayu, seperti meranti, lamin, belian dan kayu komersial lain.
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN
Anggrek Eria pulchella di Desa Jambi Tulo, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Kamis (10/5/2018)
Upaya Konservasi Anggrek
Fenomena yang sama juga terjadi di Kawasan Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah. Keberadaan anggrek hitam sudah sangat sulit dijumpai di beberapa Kawasan Hutan Konservasi di Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut, Taman Nasional Tanjung Puting membuat demplot anggrek dengan tujuan untuk memulihkan/meningkatkan populasi anggrek hitam di Taman Nasional Tanjung Puting.
Upaya konservasi di Tanjung Puting dilakukan dengan kegiatan pengelolaan di dalam habitatnya (in situ), dan untuk mendukung pengelolaan in situ telah dilakukan kegiatan pengelolaan di luar habitatnya (ex-situ) untuk menambah dan memulihkan populasi. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan manfaat ekologis sekaligus menjadi daya tarik pengunjung di sana.
Hal yang sama juga dilakukan di KPH Hulu Sungai di Desa Ambutun Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, dengan membangun Rumah Anggrek untuk konservasi dan edukasi, sehingga lebih banyak dari jenis anggrek spesies hutan Kalimantan.
Untuk mengatasi kelangkaan plasma nutfah anggrek di Pelaihari, dibentuk Kelompok Amabilis Lestari sejak tahun 2018. Tentu saja, kelompok ini mengharapkan ada bantuan laboratorium terkait pengembangan budidaya anggrek, sekaligus bimbingan teknis dari instansi terkait di Pelaihari. Pelatihan dan adanya laboratorium ini dapat mewujudkan tujuan kelompok untuk mengembalikan dan mengembangkan, khususnya populasi Anggrek Bulan Pelaihari (Phalaenopsis amabilis) yang keberadaannya langka dan misteri menjadi spesies yang mudah ditemui di wilayah Tanah Laut.
Sebuah penelitian, yang dilakukan di Kawasan Hutan Lindung Bukit Betung Kenepai, Kalimantan Barat pada Mei 2023, menemukan 16 jenis anggrek. Jenis tersebut terdiri dari 10 jenis anggrek epifit (Apendicula sp, Bulbophyllum auratum, Coelogyne sp, Cymbidium finlaysonianum, Cymbidium sp, Dendrobium crumenatum, Dendrobium secundum, Dendrobium Smithianum, Dendrobium sp dan Grammotophylum speciosum); dan 6 jenis anggrek teresterial (Arundina graminifolia Ascocentrum miniatum, Bromheadia finlaysoniana, Vanda sp, Vanda tricolor dan sp.). Hutan Lindung Bukit Betung Kenapai merupakan kawasan hutan dengan tutupan hutan masih asli, sehingga masih kaya akan flora dan fauna endemik kawasan.
Jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan Tuwanwowi, Papua Barat
No |
Genus |
Spesies |
1 |
Agrostophyllum |
Agrostophyllum sp. |
2 |
Appendicula |
Appendicula aff. reflexa |
3 |
Bulbophyllum |
Bulbophyllum arfakianum |
4 |
Calanthe |
Calanthe triplicata |
5 |
Coelogyne |
Coelogyne asperata |
6 |
Corymborkis |
Corymborkis veratrifolia |
7 |
Crepidium |
Crepidium sp. |
8 |
Dendrobium |
Dendrobium sect. Grastidium |
9 |
Dendrobium |
Dendrobium sect. Monanthos |
10 |
Dendrobium |
Dendrobium sect. Diplocaulobium |
11 |
Dendrobium |
Dendrobium sp 2 |
12 |
Dendrobium |
Dendrobium sp |
13 |
Dendrobium |
Dendrobium mirbelianum |
14 |
Goodyera |
Goodyera sp |
15 |
Grammatophyllum |
Grammatophyllum scriptum |
16 |
Grammatophyllum |
Grammatophyllum speciosum |
17 |
Hetaeria |
Hetaeria oblongifolia |
18 |
Macodes |
Macodes sanderiana |
19 |
Nervilia |
Nervilia aff. aragoana |
20 |
Podochilus |
Podochilus sp |
21 |
Polidotha |
Polidotha imbricata |
22 |
Spathoglottis |
Spathoglottis plicata |
23 |
Spathoglottis |
Spathoglottis papuana |
24 |
Thelasis |
Thelasis sp |
25 |
Thrixpermum |
Thrixpermum collinum |
Upaya konservasi anggrek terus dilakukan di Pulau Borneo ini, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan (Dishut Kalsel) mengkonservasi sebanyak 110 jenis anggrek spesies di Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam, Kabupaten Banjar. Taman Konservasi Anggrek yang dibangun pada 2021, yang memiliki fungsi sebagai kawasan pelestarian alam, yakni hewan dan tumbuhan. Tahura Sultan Adam memiliki luas sebanyak 113 ribu hektare yang mencakup Kabupaten Banjar dan sebagian wilayah Kabupaten Tanah Laut.
Sementara itu, di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), Jawa Barat banyak ditemui Anggrek dari jenis “Vanda tricolor Lindl” dan “Vanda tricolor var”, “suavis Lindl”. Untuk pemeliharaan indukan, dilakukan polinasi (penyerbukan) serta memperbanyak kultur jaringan melalui kultur embrio yang dilakukan secara in vitro. Tujuannya adalah agar memperbanyak anakan sehingga meningkatkan pertumbuhan embrio.
Anggrek ini biasa tumbuh menempel pada pohon dengan cabang atau ranting yang tidak terlalu rimbun dan berada pada ketinggian 700 sampai dengan 1600 meter di atas permukaan laut. Warna dasar bunga putih dan kuning dengan corak totol coklat. Jenis monopodial (batang utama jelas) memiliki daun berbentuk pita berdaging dengan tangkai bunga keluar dari ketiak daun dan bungan mencapai 15 kuntum.
Upaya konservasi anggrek juga dilakukan di Gunung Tanggamus di Provinsi Lampung yang memiliki ketinggian 2.100 mdpl. Gunung Tanggamus menyimpan sebanyak 93 suku, 195 marga, dan 303 jenis tumbuhan. Jenis terbanyak, yaitu Orchidaceae (28 jenis), Lauraceae (27 jenis), Rubiaceae (20 jenis), Meliaceae (10 jenis), dan Annonaceae (9 jenis).
Beragam jenis anggrek dari suku Orchidaceae yang telah teridentifikasi di Gunung Tanggamus, antara lain, Anoectochillus reinwardtii, Bulbophyllum biflorum, Bulbophyllum obtusum, Calanthe cecilae, Calanthe cf. flava, Ceratostylis leucantha, Eria multiflora, Paphiopedilum javanicum, Trichoglottis simplex, Trichotosia ferox, Thrixspermum pensile, Spathoglottis aurea, Nepenthes spathulate, dan Nepenthes gymnamphora. (LITBANG KOMPAS)
Referensi
- Chairani, dkk. 2005. Anggrek Spesies Kalimantan Barat. Jakarta: Jayakarta Agung.
- Latif, M. Nomenklatur Anggrek dan Siklopedia. Jakarta: Saksama.
- https://www.daysoftheyear.com/days/national-orchid-day/
- https://www.nationaldaycalendar.com/founder/mike-faith-young
- https://www.orchid-florist.com
- https://nationalgeographic.grid.id/read/133189803/menyelamatkan-ribuan-spesies-anggrek-liar-di-kalimantan-dari-kepunahan?page=all
- https://dlh.kulonprogokab.go.id/detil/1072/mengenal-si-cantik-phalaenopsis-amabilis-puspa-pesona-indonesia
- https://www.antaranews.com/berita/219239/anggrek-terbaik-dunia-hilang-dari-hutan-kalsel
- https://www.agrofarm.co.id/2023/06/potensi-budidaya-anggrek-hitam-di-luar-papua/
- https://kmisfip2.menlhk.go.id/news/detail/1216
- https://bbksda-papuabarat.com/keanekaragaman-jenis-anggrek-di-ksa-kpa-hutan-pendidikan-dan-latihan-tuwanwowi/
- https://jurnal.unka.ac.id/index.php/piper/article/view/922
- https://ksdae.menlhk.go.id/berita/4519/Cantiknya-Keanekaragaman-Anggrek-Gunung-Ciremai.html
- https://dishut.lampungprov.go.id/detail-post/jenis-anggrek-penghuni-gunung-tanggamushttps
- https://ksdae.menlhk.go.id/info/9216/konservasi-anggrek-lokal-ex-situ-di-skw-1-pelaihari.html
- https://kalsel.antaranews.com/berita/376152/dishut-kalsel-konservasi-110-anggrek-spesies-di-tahura-sultan-adam
- https://tntanjungputing.id/infopublik/detail/1
- https://indonesia.go.id/ragam/keanekaragaman-hayati/sosial/anggrek-indonesia
Artikel terkait