Paparan Topik | Keanekaragaman Hayati

Esai Ternate: Korespondensi Alfred Russel Wallace dan Charles Darwin

Bagi kalangan naturalis dan sejarah alam, "Esai Ternate" begitu terkenal. Kisah "Esai Ternate" layak menjadi inspirasi, bahwa capaian ilmu pengetahuan merupakan hasil kerja kolaborasi.

KOMPAS/LUKI AULIA

Sembilan jurnal milik naturalis Inggris, Alfred Russel Wallace, yang kini disimpan Linnean Society di London, Inggris, berisi catatan perjalanan Wallace selama delapan tahun menjelajahi Nusantara (16/3/2018). Selain catatan detail perjalanan ke berbagai daerah, Wallace juga membuat coretan-coretan dan gambar sketsa yang sangat detail dari flora dan fauna yang ia temukan sepanjang perjalanan. Seperti jurnal ini yang berisi catatan Wallace saat ia berada di wilayah Ambon.

Fakta Singkat

  • Pada 18 Juni 1858 Charles Darwin menulis surat singkat kepada Charles Lyell mengabarkan bahwa ia menerima surat dan sebuah esai tentang penjelasan mekanisme evolusi dari Wallace. Esai ini terkenal dengan sebutan “Ternate Esai”.
  • Pada 1 Juli 1858 artikel gabungan dari tulisan Darwin tentang teori evolusi dan Ternate Esai-nya Wallace dibacakan dalam pertemuan Linnean Society of London
  • Pada 1859 Charles Darwin menerbitkan mahakarya, yakni On the Origin of The Species.
  • Pada 1869 Alfred Russel Wallace menerbitkan buku terkenalnya, The Malay Archipelago. Buku ini masih terus diterbitkan hingga sekarang.

Pada 1858, Alfred Russel Wallace mengirim surat kepada Charles Darwin. Surat tersebut dikirimkan dari Ternate. Bersamaan surat itu, Wallace melampirkan sebuah esai yang menjelaskan mekanisme terjadinya evolusi karena seleksi alam.

Sebuah tulisan yang lantas terkenal sebagai “Esai Ternate”. Esai ini dianggap memantik Darwin untuk segera menyelesaikan teori evolusinya, yang telah ia susun selama 20 tahun. Setahun kemudian, pada 1859, Darwin menerbitkan magnum opusnya atau mahakarya yakni On the Origin of The Species.

Esai Ternate sempat menjadi polemik. Darwin mendapat tuduhan mencuri ide-ide Wallace untuk menyusun karyanya sendiri. Namun, tuduhan tersebut tak terbukti. Wallace dan Darwin berteman baik hingga akhir hayat mereka. Kisah “Esai Ternate” layak menjadi inspirasi, bahwa capaian ilmu pengetahuan merupakan hasil kerja kolaborasi.

KOMPAS/LUKI AULIA

Kulit ular piton sepanjang 3.6 meter ini dibawa naturalis Inggris, Alfred Russel Wallace, dari Ambon. Ular piton itu naik ke atap rumah yang di sewa Wallace lalu ditangkap dan dikuliti. Cerita ini ditulis Wallace dalam bukunya “The Malay Archipelago”. Kulit ular piton ini menjadi salah satu koleksi Linnean Society sejak 1958. Foto diambil pada 16 Maret 2018.

Sekilas tentang Alfred Russel Wallace

Alfred Russel Wallace lahir pada 1823 dan tidak berasal dari keluarga kaya, aristokrat atau intelektual, sebagaimana latar belakang ilmuan Eropa masa itu. Wallace seorang naturalis otodidak yang gemar eksplorasi.

Kerja kerasnya menjadikan ia seorang ilmuan yang disegani. Karya-karyanya menginspirasi banyak orang di bidang geografi, biologi, antropologi, sosiologi, dan politik. Selain dihormati sebagai pionir kajian bio-geografi, ia juga merupakan tokoh penting di balik hadirnya teori evolusi.

Sejak usia muda, Wallace gemar membaca. Ia terinspirasi dari kisah-kisah perjalanan para naturalis yang populer sebelum masanya, salah satunya adalah Alexander von Humbolth. Kemudian, pada usia 22 tahun Wallace membaca buku karya Roberth Chambers (1844), yang saat itu ditulis secara anonim, berjudul Vestiges of the Natural History of Creation.

Karya ini berisi tentang teori spekulatif pemikiran evolusi, mengenai bagaimana suatu spesies mengalami transmutasi. Saat itu pandangan demikian dicap radikal, tidak sejalan dengan pengetahuan teologi alam yang melihat alam sudah begini adanya sejak masa penciptaan oleh Tuhan.

Wallace tidak seperti orang kebanyakan. Buku itu membuatnya meyakini adanya proses evolusi. Wallace sangat terkesan atas argumen dalam buku tersebut. Dalam surat untuk teman baiknya, Henry Walter Bates (seorang entomologi) yang dikirim pada Desember 1845, Wallace mengatakan “aku tidak menganggap karya itu sebagai generalisasi yang tergesa-gesa, melainkan sebagai hipotesis cerdik yang sangat didukung oleh beberapa fakta mengejutkan”.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Mural Ahli biologi Alfred Russel Wallace bersama asistennya Ali berada di lorong pemukiman yang dipercaya sebagai tempat tinggalnya saat tinggal di Ternate pada Januari 1858, Kota Ternate, Maluku Utara, Minggu (21/4/2019). Wallace kemudian mengirum surat kepada Charles Darwin yang dikenal dengan “Surat dari Ternate” yang kemudian menjadi tonggak penting bagi Darwin untuk menerbitkan bukunya, Origin of Species, pada 1859. Buku ini berisi proses seleksi alam yang memicu evolusi. Dari sini, Darwin dikenal sebagai Bapak Evolusi.

James Costa, peneliti yang mendalami keilmuan Wallace, menyebut buku Vestiges mendorong Wallace ingin memecahkan teka-teki bagaimana suatu spesies baru muncul. Caranya dengan memaparkan suatu analisis yang lebih komprehensif, dan didukung menggunakan bukti-bukti akurat.

Berbekal rasa ingin tahu, pada 1848 Wallace dan Henry Walter Bates menuju belantara Brazil. Perjalanan ini menjadi penanda awal karier perjalanan intelektualitas Wallace.

Setelah empat tahun bertualang mengamati, mencatat, dan mengumpulkan fauna eksotis Brazil, pada 1852, ia memutuskan pulang ke Inggris. Hampir saja nyawanya melayang. Saat perjalanan pulang, kapal yang ia tumpangi terbakar. Wallace dan beberapa kru kapal terkatung-katung di lautan selama sepuluh hari. Untung ada kapal lewat, mereka selamat. Namun, kecelakaan itu merenggut hampir semua catatan dan koleksi yang susah payah ia kumpulkan.

Wallace tidak putus asa. Dahaga pengetahuan lebih besar dibanding rasa takutnya, maka pada Maret 1854 Ia melakukan perjalanan lain menuju kepulauan Nusantara. Wallace menghabiskan waktu delapan tahun mengamati flora, fauna dan kehidupan sosial di wilayah kepulauan Malaysia dan Indonesia sekarang.

Hasil perjalanannya membuat Wallace makin terkenal. Dari Sarawak, Malaysia, ia menelurkan tulisan, terbit pada September 1855 berjudul “On the Law Which Has Regulated the Introduction of New Species’”. Sekarang, tulisan ini sohor disebut “Sarawak Law”, yakni sebuah penjelasan terperinci mengenai pola distribusi dan kemiripan spesies dalam satu wilayah (geografi) dan waktu (dari catatan fosil).

Penjelasan itu berujung pada simpul bahwa suatu spesies tidak tiba-tiba muncul. Kemunculan spesies baru, merupakan hasil evolusi dari spesies yang sudah ada sebelumnya. Dari karya ini, ia lantas disanjung sebagai peletak dasar kajian bio-geografi.

Wallace pula yang menyatakan ada pola-pola penyebaran, perbedaan, dan kemiripan spesies di Nusantara. Karena penemuan ini, namanya diabadikan untuk penamaan sebuah zona transisi, yakni Garis Wallace berupa batas imajiner yang memisahkan keanekaragaman spesies Asia dan Australia.

KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Salah satu lorong di kawasan Santiong, Ternate, yang diperkirakan pernah menjadi tempat tinggal Alfred Russel Wallace selama tinggal di Ternate, Maluku Utara. Foto diambil pada Jumat (23/3/2018).

Esai Ternate Memantik Polemik

Selama delapan tahun penjelajahan di kepulauan Nusantara, Wallace sempat lama bermukim di Ternate. Tempat tinggalnya di Ternate, ia jadikan basecamp untuk menulis dan menyimpan spesies hasil tangkapan dari kepulauan di wilayah Maluku. Dari kota ini Wallace mengirim sebuah surat dan esai kepada Charles Darwin. Sebuah esai yang menjadi batu loncatan penting bagi sejarah perkembangan ilmu.

Bermula setelah Charles Darwin selesai menelaah artikel “Sarawak Law”, ia mengirim surat kepada Wallace pada 1 Mei 1857. Isi surat tersebut berupa persetujuannya terhadap paparan yang ditulis Wallace.

Dalam surat balasan itu pula Darwin berkeluh kesah, bahwa ia tengah menyiapkan sebuah teori yang akan menjawab mengapa suatu spesies berbeda satu sama lain. “Musim panas ini menandakan 20 tahun sudah sejak aku membuka buku catatan pertamaku, untuk menjawab bagaimana dan dengan cara apa spesies dan varietas berbeda satu sama lain”, tulis Darwin kepada Wallace.

Setelah beberapa kali berkorespondensi, pada Februari 1858 Wallace mengirim surat dengan menyertakan satu esai utuh berjudul “On the Tendency of Varieties to Depart indifinitely From the Original Type”.

Esai tersebut mengejutkan Darwin. Darwin tidak menyangka, berdasarkan penelusuran dari kepulauan nusantara, Wallace mampu menjelaskan bagaimana proses seleksi alam mendorong terjadinya evolusi.

Sebuah teori yang ingin dipecahkan oleh Darwin setelah melakukan pengamatan terkenalnya di Kepulauan Galapagos, 20 tahun sebelumnya. Pada saat itu Darwin telah dikenal sebagai ilmuan yang getol menjelaskan mekanisme seleksi alam yang mengakibatkan terjadinya evolusi. Namun masih pada tataran hipotesis yang butuh penjelasan lanjut.

KOMPAS/RADITYA HELABUMI 

Suasana Desa Dodinga, Jailolo Selatan, Halmahera Barat, Maluku Utara, Selasa (27/3/2018). Lorong di kawasan Santiong, Ternate, yang diperkirakan pernah menjadi tempat tinggal Alfred Russel Wallace.

Esai inilah yang sekarang dikenal dengan sebutan “Esai Ternate”, sebuah momen eureka dalam sejarah ilmu pengetahuan. Singkat cerita, satu tahun kemudian pada 1859, Darwin menerbitkan buku On the Origin of The Species.

Belakangan “esai ternate” menjadi perdebatan. Bukan karena isinya, melainkan tuduhan kepada Darwin yang telah memanipulasi tanggal kedatangan surat dari Ternate itu. Dengan begitu, Darwin dapat merevisi gagasannya tentang teori evolusi yang terjadi karena seleksi alam, sebelum ia mengabarkan kepada Charles Lyell, geolog hebat yang berperan penting dalam perkembangan intelektual Darwin.

Roy Davies (2008) menulis buku berjudul The Darwin Conspiracy: origins of Scientific crime, yang isinya menuduh Charles Darwin bertindak plagiat terhadap ide-ide yang terkandung dalam esai Ternate. Roy menelusuri bahwa pada Maret 1858 Wallace mengirim dua surat berbeda ke Inggris. Yang pertama untuk Frederick Bates (adik Henry Bates), yang kedua untuk Darwin.

Frederick Bates menerima pada tanggal 3 Juni 1858, dan sampai pada Charles Darwin pada 18 Juni 1858. Di sinilah persoalannya, mengapa tanggal selisih kedatangan berbeda 15 hari. Padahal dalam surat Darwin tertanggal 18 Juni 1858 yang ditujukan kepada Charles Lyell, ia menulis telah mendapat esai dari Wallace, dan pada hari itu juga esai tersebut dikirimkan kepada Charles Lyell.

Roy Davies angkat dagu, mengklaim telah membuktikan kasus pencurian hak intelektual yang diperbuat Charles Darwin.

KOMPAS/LASTI KURNIA

Foto reproduksi spesimen oleh Fred Edwards dan karya fotografi temuan naturalis Inggris, Alfred Russel Wallace, pada masa kini oleh Tim Laman dipamerkan di Plaza Senayan, Jakarta, Kamis (20/11/2008). Pameran yang berlangsung hingga 30 November tersebut untuk merayakan perjalanan lapangan dan penemuan teori evolusi yang disampaikan Wallace di Ternate melalui surat kepada Charles Darwin di Inggris pada 1858.

Kolaborasi

Setelah terbitnya On the Origin of The Species, mereka tetap berkorespodensi. Ikatan keduanya memang penuh debat. Sering adu argumen, tak menemui kata sepakat. Namun, bukan berarti harus menjatuhkan. Keduanya justru saling merujuk nama satu sama lain pada publikasi masing-masing.

Perdebatan makin menjadikan mereka lebih erat. Surat dari Darwin tertanggal 20 April 1870, tertulis ”Aku harap engkau senang dan merefleksikan sebab hanya sedikit hal dari hidupku yang dapat membuatku merasa puas, bahwa kita tidak pernah merasa iri satu sama lain, meskipun dalam rasa yang lain kita adalah rival”.

Adakalanya pula mereka bersepakat. Misalnya tahun 1866, Wallace dalam suratnya menyarankan agar memperkuat istilah “natural selection” dengan “survival of the fittest”, istilah yang diperkenalkan oleh Herberth Spencer (1864). Terma Survival of the fittest lebih mengekspresikan kondisi nyata, siapa paling kuat dan cerdik menghindari pemangsa dan kerasnya alam, dialah yang terus dapat bertahan dan bereproduksi. Berbeda dengan “seleksi alam” yang seolah menjelaskan mereka yang bertahan, karena mereka dipilih oleh “alam”. Darwin setuju atas masukan tersebut.

Wallace tidak pernah merasa dirugikan dari penerbitan the Origin of the Species. Sebaliknya ia malah semakin mangagumi Darwin. Dalam karya monumentalnya yang terbit pada 1869, the Malay Archipelago, Wallace dengan bangga mengatakan karya itu didedikasikan untuk Charles Darwin.

Pada akhirnya benar kata Jhon van Wyhe dan Kees Rookmaaker (2011), lebih baik mengarahkan perdebatan tuduhan penyalahgunaan hak intelektual yang dilakukan Darwin, menjadi sebuah kisah kolaborasi yang menginspirasi dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan.

Surat dari Ternate, menunjukan betapa perlunya kolaborasi dalam pencapaian ilmu pengetahuan. Seperti bagaimana kolaborasi Darwin-Wallace mencetuskan penjelasan gamblang tentang evolusi, yang mengubah cara pandang manusia melihat dunia. Produksi pengetahuan bukan kerja individu, namun kerja kolaborasi yang hasilnya harus dibaktikan untuk kepentingan semua spesies yang hidup bertopang bumi.  (LITBANG KOMPAS)

Linimasa Wallace dan Darwin

8 Januari 1823
Alfred Russel Wallace lahir di Wales, Inggris.

1844
Wallace bertemu Henry Walter Bates. Kawan baik yang menjadikan Wallace tertarik dengan entomologi; ilmu biologi yang mempelajari serangga.

1845
Pada umur 22 tahun, Wallace terinspirasi karya Robert Chambers berjudul Vestiges of the Natural History of Creation. Buku ini membedah bagaimana terjadi transmutasi (kata lain evolusi) di segala aspek, baik transmutasi pada bumi, masyarakat, atau spesies. Karya ini meyakinkan Wallace bahwa proses evolusi suatu spesies benar terjadi.

1848–1852
Alfred Russel Wallace dan Henry Walter Bates menjelajah Brazil. Mereka melakukan pengamatan dan mengumpulkan berbagai spesies serangga.

1854
Pada usia 31, Wallace memulai perjalanannya yang lain menuju kepulauan Nusantara, meliputi kepulauan di Malaysia dan Indonesia sekarang.

1855
Wallace menerbitkan buku On the Law which has Regulated the Introduction of New Species”. Tulisan ini terkenal dengan sebutan “Sarawak Law”.

1858
Wallace tiba di Ternate.

18 Juni 1858
Charles Darwin menulis surat singkat kepada Charles Lyell, mengabarkan bahwa ia menerima surat dan sebuah esai tentang penjelasan mekanisme evolusi dari Wallace. Dalam surat itu, Wallace meminta Darwin untuk meneruskannya kepada Lyell. Belakangan, esai ini terkenal dengan sebutan “Ternate Esai”.

1 Juli 1858
Artikel gabungan dari tulisan Darwin tentang teori evolusi dan Ternate Esai-nya Wallece dibacakan dalam pertemuan Linnean Society of London. Pembacaan ini dianggap sebagai pengumuman pertama kali teori evolusi dengan memberikan fakta dan bukti-bukti yang kuat.

1859
Charles Darwin menerbitkan karya magnum opusnya On the Origin of the Species. Terbitnya buku ini dipantik oleh Esai Ternate.

1869
Alfred Russel Wallace menerbitkan buku terkenalnya, The Malay Archipelago. Buku ini masih terus diterbitkan hingga sekarang. Selain berisi deskripsi tentang bermacam spesies di Nusantara, buku ini juga membicarakan kondisi sosial masa itu. Wallace mendedikasikan buku ini untuk Charles Darwin.

Sumber: https://www.darwinproject.ac.uk/; https://www.darwinproject.ac.uk/; pemberitaan Kompas. Diolah Litbang Kompas/TAG.

Referensi

Jurnal